kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BESAR UKURANNYA, BESAR PULA POTENSI BISNISNYA


Jumat, 21 Mei 2010 / 20:29 WIB


Sumber: | Editor: Dikky Setiawan

Tanaman jahe identik dengan rasa panas dan pedas. Tapi, berbeda dengan jahe gajah. Rasanya yang tak terlalu pedas, membuat jahe jenis ini disukai pasar luar negeri. Potensi bisnisnya pun semakin terbuka lebar karena permintaan di pasar sudah meluas ke bentuk bubuk, permen, dan gel.

Jahe merupakan tanaman rimpang (akar umbi) yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Lazimnya, jahe berasa pedas. Rasa ini berasal dari senyawa keton yang bernama zingeron.

Namun, ada pula jahe yang memiliki rasa tidak terlalu pedas. Jahe jenis ini seringkali disebut jahe gajah. Sesuai namanya, jahe ini berukuran jumbo, yang melebihi ukuran jahe jenis lainnya. Lantaran rasanya yang tidak terlalu pedas, jahe gajah banyak diminati di pasar internasional ketimbang jahe emprit yang mempunyai rasa lebih pedas.

Ahmad Razak, Manajer Pemasaran Kelompok Tani Bumi Jaya di Banyuwangi, menuturkan, peluang bisnis jahe gajah di pasar luar negeri sangat potensial. Selain soal rasa, ukuran rimpangnya yang besar, juga lebih cocok untuk kebutuhan industri dibandingkan jahe emprit yang berukuran kecil.

Menurut dia, pasar potensial jahe gajah adalah Jepang. Di negeri Matahari Terbit itu, jahe gajah biasanya dijadikan campuran bumbu. Selain Jepang, Ahmad juga memasok kebutuhan jahe gajah ke beberapa negara lain melalui perusahaan eksportirnya.

Sebetulnya, papar Ahmad, permintaan jahe gajah di dalam negeri juga cukup besar. Namun, permintaan itu sebagian besar datang dari para eksportir, dan bukan konsumen rumah tangga. Bersama kelompok taninya, Ahmad bisa memasok jahe gajah 1 ton per hari. Rata-rata, kelompok tani Bumi Jaya mampu memproduksi jahe gajah 25 ton per bulan. Dengan harga jual Rp 6.500 per kg, Ahmad dan kelompoknya meraup omzet sekitar Rp 160 juta per bulan.

Hot-nya bisnis jahe ini juga dinikmati Fathy Yefry. Manajer Umum sekaligus pemilik PT Greenindo Fertiland di Sidoarjo, Jawa Timur, ini mengatakan, dia tertarik terjun ke bisnis jahe gajah lantaran prospek pasar, khususnya di luar negeri sangat bagus.

Apalagi, belakangan ini, bisnis jahe gajah terus berkembang. Jika dulu jahe gajah kerap diekspor dalam bentuk jahe kering, kini telah berkembang dalam beragam bentuk, seperti bubuk, permen maupun gel. Selama Yefry tidak memasok langsung jahe gajah ke pasar ekspor. Dia hanya memasok ke sejumlah perusahaan eksportir jahe.

Dalam sebulan, dia bisa memasok jahe hingga 20 ton. Jika sedang musim, pasokannya bisa naik hingga 150-200 ton per bulan. Untuk memenuhi pasokan tersebut, Yefry juga membeli jahe gajah dari sejumlah petani di Tulungagung, Trenggalek dan Blitar, Jawa Timur. Dia membanderol harga jual jahe gajah berkisar Rp 6.000-8.000 per kilogram dalam kondisi bersih dan basah. "Kalau dalam kondisi kering di atas Rp 15.000 per kg," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×