kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BUDIDAYA BUNCIS PRANCIS YANG MENGUTUNGKAN


Rabu, 21 April 2010 / 18:18 WIB
BUDIDAYA BUNCIS PRANCIS YANG MENGUTUNGKAN


Sumber: | Editor: Dikky Setiawan

Buncis prancis atau yang juga sering disebut french bean merupakan sayuran jenis kacang-kacangan yang mengandung protein tinggi. Buncis yang satu ini dipercaya berasal dari daerah Amerika Tengah atau Amerika Latin. Bentuk buncis prancis berbeda dengan buncis lokal yang kerap disebut buncis TW. Bentuk buncis prancis lebih bulat dan ukurannya lebih kecil, sedangkan buncis TW lebih pipih dengan ukuran diameter yang lebih besar.

Kelebihan lainnya, buncis prancis punya kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Selain itu, rasanya lebih manis ketika disantap. Tak heran jika permintaan pasar luar negeri akan buncis prancis ini sedemikian besar. Hal ini diakui Yuri Prasetyo, pemilik Surya Makmur Agrobis di Purbalingga.

Ia mencontohkan, Singapura dalam satu hari membutuhkan minimal lima ton buncis prancis. Namun, Yuri tidak bisa memenuhi permintaan tersebut. Hasil budidaya Yuri hanya mampu memasok satu ton buncis prancis per hari ke Singapura. Secara akumulatif, dalam satu bulan, ia bisa mengirim setidaknya 20 ton buncis prancis.

Yuri menjual buncis prancis tersebut seharga Rp 8.000 per kilogram. Saban bulan, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 160 juta dengan margin keuntungan sekitar 15%-20%. Meski kebutuhan luar negeri membeludak, permintaan buncis prancis di dalam negeri masih sepi. Menurut Yuri, hal ini terjadi lantaran buncis prancis belum banyak dikenal sebagai produk makanan yang bergizi di Indonesia. "Selain itu, karena harga buncis prancis lebih mahal ketimbang buncis lokal," katanya.

Soni Mulyadi, petani aneka sayur organik asal Bandung, pun mengakui sepinya permintaan di pasar domestik. Karena itu, Soni hanya memproduksi sedikit buncis prancis. Maklum, hingga kini, Soni hanya memasok kebutuhan aneka sayuran organik untuk pasar lokal.

Menurut Soni, permintaan pasar lokal sangat terbatas. Berbeda dengan kondisi di luar negeri. Restoran-restoran di luar negeri sudah terbiasa menggunakan produk ini sebagai bahan utama masakan mereka. Ia sendiri hanya bisa memproduksi buncis prancis sebanyak 50 kilogram (kg) setiap bulan. Ia memasarkan buncis prancis ke beberapa supermarket di sekitar daerahnya. Harga jualnya Rp 3.500 per kemasan 250 gram. Omzetnya tentu saja tak seberapa. Dengan asumsi dalam sebulan hanya bisa memanen sekali, omzetnya tak lebih dari Rp 700.000.

Sebenarnya, Soni ingin memasarkan produknya ke luar negeri. Karena, pasar buncis prancis hanya bagus di luar negeri. Sayang, Soni masih menemui aral untuk mengekspor produknya. "Mekanisme ekspor ke luar negeri rumit, peraturannya ketat," katanya.

Selain itu, Soni belum bisa memenuhi standar internasional pengiriman buncis prancis. "Ada standar khusus, bahkan sampai berapa panjang buncis pun ada standarnya," keluhnya. Meski pasar lokal tidak cukup bagus, Yuri tetap optimistis bisnis buncis prancis memiliki prospek yang cerah. Pasalnya, peluang ekspor buncis prancis masih terbuka lebar ke beberapa negara tetangga seperti Singapura.

Masa panennya lebih cepat dari buncis lokal

Selain unggul sebagai tanaman komoditas ekspor, buncis prancis juga punya kelebihan lain dibandingkan buncis lokal. Yaitu, dari sisi budidayanya. Budidaya buncis prancis tidak sulit. Sudah begitu, masa panennya pun lebih cepat ketimbang buncis lokal.

Yuri Prasetyo, pemilik Surya Makmur Agrobis, yang telah menggeluti budidaya buncis prancis sejak dua tahun lalu menuturkan, masa panen buncis prancis hanya 45 hari setelah ditanam. Bandingkan dengan buncis lokal membutuhkan waktu penanaman selama 60 hari sampai masa panen.

Soni Mulyadi, petani sayuran organik asal Bandung, menambahkan, buncis prancis juga lebih kebal penyakit daripada buncis lokal. "Buncis prancis jarang kena penyakit," katanya. Walaupun begitu, budidaya buncis prancis juga punya kelemahan tersendiri. Salah satunya, buncis prancis tidak bisa hidup di sembarang tempat.

Berdasar pengalaman Yuri, buncis prancis miliknya hanya bisa hidup dengan baik di dataran tinggi. Lahan tempat budidaya buncis prancis paling tidak berada di ketinggian antara 1.000 sampai 1.500 di atas permukaan laut (dpl). "Jika tidak, kemungkinan besar buncis prancis tidak bisa hidup dengan baik dan hasilnya pun juga tidak bagus," imbuh Yuri.

Di dataran tinggi pun, tak sembarang tanah sesuai sebagai media tanam buncis prancis. Tanaman sayuran yang satu ini butuh tanah yang gembur. "Jangan sampai tanah yang digunakan sebagai media hidup mengandung pasir," ujar Yuri mewanti-wanti.

Selain masalah lahan, buncis prancis juga membutuhkan perlakuan khusus. Menurut Yuri, budidaya buncis prancis perlu memakai plastik mulsa. Pemakaian plastik tersebut berfungsi untuk penyerapan sinar matahari. Dengan begitu, fotosintesis bisa berlangsung sempurna.

Selain itu, plastik mulsa juga berfungsi saat terjadi hujan. Dengan adanya plastik tersebut, tanaman buncis akan lebih terlindungi sehingga tidak rontok gara-gara air hujan. Agar menghasilkan kualitas yang bagus, Soni punya kiat sebisa mungkin menghindari pemakaian bahan kimia. Ia selama ini selalu menggunakan bahan-bahan organik dalam merawat tanamannya. "Harga jual buncis prancis organik lebih tinggi," ungkapnya. Maklum, rasa buncis prancis organik lebih manis ketimbang buncis prancis non-organik.

Yuri juga memiliki strategi budidaya secara khusus untuk memuhi permintaan ekspor dari luar negeri. Maklum, saban hari ia harus mengirim 1 ton buncis prancis ke Singapura. Agar kontinuitas produksi buncis prancisnya bisa tetap terjaga, Yuri membagi lahannya menjadi dua. Lahan pertama seluas dua hektare dia tanami dengan benih terlebih dahulu. Sementara, lahan kedua, yang juga seluas dua hektare, dia tanami buncis dengan jarak waktu 20 hari kemudian.

Ketika lahan pertama siap panen, Yuri akan memanen buncis prancis sebanyak 30 ton selama sebulan. Setelah 30 hari, lahan pertama sudah tidak produktif lagi. Pada saat itu, lahan kedua sudah siap panen dengan produktivitas rata-rata sama. Dengan cara demikian, ia bisa memenuhi permintaan klien setiap hari tanpa ada jeda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×