kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Erwin melihat ada laba Onna di setiap jendela


Sabtu, 05 September 2015 / 08:00 WIB
Erwin melihat ada laba Onna di setiap jendela


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

Erwin Salim tak pernah menyangka usahanya bisa sebesar sekarang. Pria kelahiran Medan ini memulai bisnisnya dari nol hingga saat ini produknya tersebar di seluruh Indonesia. Selama 40 tahun, dia fokus membesarkan nama PT Onna Prima Utama hingga memproduksi ratusan jenis kerai dan partisi jendela kualitas tinggi.

Kesuksesan Erwin dalam membangun perusahaan kerai dan partisi tak lepas dari kejeliannya melihat peluang pasar. Pada 1975, kebanyakan pengusaha dalam negeri belum melirik potensi dari penjualan produk kerai dan partisi. Beda halnya dengan Erwin. Padahal, dia akui, usahanya dirintis karena kepepet.

Pada tahun 1970-an, setelah tamat dari bangku SMA di Medan, Erwin merantau ke Jakarta. Usianya baru 20 tahun saat itu. Awalnya, ia bekerja di salah satu perusahaan asbes. Namun setelah dua tahun, Erwin memutuskan untuk berhenti karena ingin punya usaha sendiri.

Mulanya, Erwin terinspirasi untuk merintis usaha penjualan tenda aluminium untuk garasi rumah atau awning. Namun, Erwin melihat, di Jakarta, produk serupa sudah banyak dijual. Lantas, ia pindah ke Surabaya, Jawa Timur. Di situlah, ia memulai usaha dengan mengimpor pernak-pernik untuk membuat tenda aluminium. Kebanyakan produknya diimpor dari China. Sesampainya di dalam negeri, produk itu dipasang sendiri oleh Erwin.

Ia mengakui, tak mudah baginya untuk jadi pengusaha. Namun, kemampuan bahasa Mandarin dan Inggris jadi bekalnya untuk bernegosiasi dengan para importir. Pada awalnya, malah Erwin harus mendatangi satu per satu rumah untuk menawarkan jasa pembuatan tenda aluminium.

Klien pertama Erwin sangat beragam, mulai dari toko interior, kontraktor, hingga pembeli akhir. Setelah tiga tahun usahanya berjalan, baru Erwin membuka toko kecil-kecilan. Namun bukan berarti usahanya langsung berkembang pesat. Erwin bilang butuh waktu bertahun-tahun hingga usahanya berjalan dengan stabil.

Untuk mengembangkan sayap usaha, Erwin merasa harus membuka usaha di Jakarta. Maklum saja, pusat perputaran uang paling tinggi berada di Ibukota. Namun ia urung menutup usaha di Surabaya karena pasarnya juga bagus. “Toko di Surabaya, saya serahkan pada adik saya,” ujarnya.

Kembali ke Jakarta, Erwin menyewa toko untuk usahanya. Di sini, dia tak sekadar menyediakan jasa pemasangan tenda aluminium, tapi juga menambah produk, yakni kerai dan partisi jendela. Dia bilang, pembangunan Kota Jakarta yang jadi pemicu Erwin menambah jenis
produk.

Di Ibukota, usaha Erwin semakin besar. Produk-produk yang berada di bawah PT Onna Prima Utama semakin dicari masyarakat. Maklum, perusahaan yang menjual produk serupa hanya segelintir. “Kami berani menyediakan produk berkualitas dan itu dicari orang,” katanya.


Diterpa krisis moneter
Pada usia 40 tahun, PT Onna Prima kian mantap memasarkan produk kerai dan partisi jendela. Sesuai dengan visinya, There’s Onna in every window (Ada Onna di setiap jendela), produk Onna memang sudah tersebar di berbagai daerah di dalam negeri.

Namun, meski sudah dirintis sejak 1975, Erwin bercerita, usahanya baru mulai berkembang pada 2001 alias setelah krisis moneter yang melanda Indonesia. Pada 1998, usahanya berjalan sangat lambat meski tak sampai berhenti.

Pasalnya, permintaan yang datang sedikit sekali. Meski begitu, Erwin mengaku tak pernah sekali pun berniat menutup usahanya atau berpindah ke usaha lain. Pasalnya, sudah ada beberapa karyawan yang bergantung pada perusahaannya. “Lagipula saya sudah cocok dengan usaha ini, jadi saya yakin, dengan rajin dan kerja keras, usaha bisa terus berjalan,” ungkap pria yang Desember mendatang berusia 60 tahun ini.

Itu juga yang membuat Onna Prima Utama bisa sebesar sekarang. Erwin fokus pada pengembangan usahanya. Kebetulan, di dalam negeri, hanya ada sekitar tujuh perusahaan seperti Onna. “Banyak yang mencoba tapi gagal karena kalau mau mulai sekarang butuh modal yang besar,” sebut ayah dari empat orang anak ini.

Meski sederhana, cara ini membuat pihak-pihak yang bekerja sama dengan Onna percaya bahwa harga yang diberikan memang harga resmi. “Citra masyarakat terhadap perusahaan kami jadi bagus karena mereka tahu kami jujur dalam memberikan harga,” tambah Erwin.

Kini, Onna memiliki tiga lini produk utama, yakni Onna Blue, Onna Gold, Onna Platinum. Masing-masing lini tersebut, kata Erwin, disesuaikan dengan harga dan jenis produknya. Misalnya, Onna Blue yang diimpor dari China dipasarkan untuk kelas menengah ke atas. Sementara, Onna Gold diperuntukkan untuk kelas atas dengan produk yang diimpor dari Taiwan dan Korea. Adapun Gold Platinum yang didatangkan dari Italia, terbatas pada konsumen  yang memang mengejar kualitas terbaik.  

Erwin memang tak memproduksi sendiri komponen Onna. Di pabriknya, dia merangkai dan memberi sentuhan akhir, sesuai keinginan konsumen.

Ratusan produk yang dipasarkan Onna dibanderol dari puluhan ribu rupiah hingga jutaan ribu rupiah. Untuk mengembangkan pemasaran, Erwin punya jurus baru yang mulai diterapkan tahun ini, yakni dengan menawarkan waralaba.  

Awalnya, konsep ini ditawarkan Erwin pada keluarga sendiri, tapi banyak yang tertarik membuka waralaba Onna. Hingga kini, ada puluhan gerai milik mitra Onna yang tersebar di Jakarta, Semarang, Bali, Medan, Makassar, dan Surabaya. Dua gerai Onna juga sudah dibuka di Singapura karena Erwin memang mulai mengincar pasar luar negeri. Erwin bilang, mitra Onna bisa mengantongi omzet Rp 50 juta saban bulan. Erwin pun menargetkan dalam lima tahun, Onna sudah punya 500 gerai waralaba.                         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×