kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melipir ke tambak udang di Degayu, Pekalongan (3)


Senin, 24 April 2017 / 19:06 WIB
Melipir ke tambak udang di Degayu, Pekalongan (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

Menjadi ringan dalam urusan permodalan, namun menjalin kerjasama dengan investor bukan perkara mudah. Masalah juga tak terhindarkan. Seperti, aksi tarik-menarik terkait skema bagi hasil pun kerap terjadi. Hal ini pula yang saat ini dirasakan oleh pemilik lahan tambak udang di Kelurahan Degayu, Kecamatan Pekalongan Utara, Pekalongan, Jawa Tengah.

Gufron anggota kelompok tani udang Mina Barokah mengaku, baru saja berunding dengan investor untuk mengubah skema kerjasama. Hasilnya, para pemilik tambak mendapatkan jatah 10% dari pendapatan bersih. Sebelumnya, mereka mendapatkan bagian 10% dari total pendapatan kotor.

"Sekarang harus dikurangi biaya pakan dulu, ini karena kelompok sebelah seperti itu," katanya. Skema baru ini ditetapkan setelah masuk dalam masa perpanjangan satu tahun.  

Kedepan, Gufron berharap bisa mengolah sendiri tambah udang miliknya. Saat ini, dia masih terus mengumpulkan modal, sebab dia masih enggan memanfaatkan dana pinjaman perbankan atau bantuan pemerintah. "Bantuan benih dari pemerintah memang ada, tapi modalnya tak hanya benih saja," tambahnya.

Kini, para pemilik lahan sedang menggali ilmu dan pengalaman budidaya udang dari para akademisi dan ahli. Meraka rajin mengikuti pelatihan.

Maklum, risiko usaha tambak udang selalu ada. Seperti panen yang tak maksimal pada awal tahun ini. Gufron bilang, penyebabnya 50% tambak terkena penyakit kotoran putih alias white feses sehingga pertumbuhan benih udang kurang maksimal. Alhasil, mereka mempercepat masa panen dan harus menerima harga jual rendah dari tengkulak.

Salah satu faktor pemicu munculnya penyakit tersebut adalah kondisi cuaca yang tak menentu. Sayang, sampai sekarang mereka masih belum bisa menemukan solusi untuk masalah ini.

Berbeda dengan Gufron, Munadi cukup percaya diri untuk mengelola sendiri tambaknya. Ia memodali usaha tambak udang ini dari tabungan dan pinjaman bank.

Pada 25 April 2017 nanti, Munadi akan akan mulai proses tebar benih. Kali ini, dia menggunakan bibit dari wilayah Banten, Jawa Barat. Dia membeli benih udang ini Rp 43 per ekor. Sekali tebar, dia membutuhkan sekitar 1 juta ekor benih.  

Kedepan, Munadi pun berencana mengisi semua tambak miliknya dengan udang. Saat ini, yang aktif digunakan hanya satu kolam dari tiga kolam miliknya.  Dia pun berniat mewariskan usaha ini untuk anaknya. "Daripada susah cari kerjaan di zaman sekarang mending urus usaha sendiri saja. Kalau tidak dimulai sekarang kapan lagi," tambahnya.  

Tidak hanya itu, dia juga terus mengembangkan pengetahuan budidaya melalui pelatihan. Tak jarang, Munadi juga mengajak diskusi dengan para ahli serta para petambak yang berada di lokasi lainnya.                 
 
(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×