kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ451.001,79   8,19   0.82%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sinar matahari jadi kebutuhan vital (2)


Selasa, 21 Maret 2017 / 14:43 WIB
Sinar matahari jadi kebutuhan vital (2)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Para pedagang di sentra produksi dan penjualan mengaku tak kewalahan memenuhi pesanan pembeli. Sebab, bahan baku begitu mudah diperoleh. Hanya saja, dalam proses produksi, sinar matahari sangatlah penting untuk proses pengeringan genteng. "Kalau tidak kena matahari, genteng mudah rapuh," ujar Wasito Idris, salah satu pedagang genteng.

Telah memproduksi dan menjual genteng selama 50 tahun, Wasito mengaku,  cukup sulit untuk memprediksi cuaca beberapa bulan belakangan. "Kalau tahun lalu biasanya Februari sampai April musim kemarau, sekarang tidak tentu lagi," katanya.

Namun, proses produksi genteng tak berhenti meski kondisi cuaca tak menentu. Untuk mencetak 500-600 unit genteng per hari, Wasito memasok satu truk tanah liat dari lereng gunung di Malang. Modal yang dia keluarkan untuk membeli tanah liat sekitar Rp 500.000 per hari.

Proses pembuatan genteng cukup sederhana. Tanah liat tak perlu diproses lagi, tinggal dicetak sesuai ukuran genteng. Lantas, cetakan genteng dikeringkan dibawah sinar matahari. "Paling tidak genteng dijemur dari pagi hingga siang," jelas Wasito.

Oleh karena itu, sinar matahari sangat penting dalam proses pembuatan genteng ini. Effendi Harja, perajin lainnya, juga menegaskan pentingnya sinar matahari ini dalam pembuatan genteng. Pasalnya, kekuatan genteng sangat tergantung dari proses pengeringan oleh sinar matahari. "Kalau tidak kena matahari, genteng mudah patah dan akan terlihat retakan," sebutnya.

Sejatinya, proses mencetak genteng hanya perlu waktu sehari. Proses pembuatan genteng terlama terletak pada tahap pengeringan. Genteng setengah matang ini lantas dibakar dalam tungku sehari penuh.

Genteng yang masih basah setelah dicetak tidak boleh langsung dibakar karena genteng bakal pecah dan tidak tahan lama. Karena itulah, sinar matahari jadi kebutuhan vital bagi produksi genteng di Mngliawan.

Dalam sebulan, Effendi bisa membuat 1.800 hingga 2.000 unit genteng. Untuk memenuhi produksi sebanyak itu, dia menggelontorkan modal Rp 1,2 juta untuk membeli tanah liat.

Dia juga mempekerjakan dua karyawan untuk membuat genteng. Maklum, pesanan yang datang tak pernah berhenti. Tak hanya dari Malang, pesanan juga membanjir dari luar Malang.

Kualitas genteng yang kuat dengan harga bersaing menjadi kekuatan genteng dari sentra ini. Tak heran, produknya banyak dikenal.

Genteng asal Desa Mendir, Mngliawan terbagi menjadi beberapa macam. Ada yang berbentuk biasa atau datar. ada juga genteng gelombang yang memiliki dua lekungan. Selain itu juga ada genteng mantili dan genteng berwarna dan bercorak. "Banyak pembeli yang memesan genteng gelombang dan genteng warna untuk kantor dan bank," kata Effendi.

Genteng termahal yang dijual oleh Effendi adalah genteng warna dan bercorak. Dia membanderol dengan harga Rp 5.000 per unit. Selain itu, harga genteng berkisar Rp 3.000 hingga Rp 4.000.

Berbeda dengan Wasito, genteng yang dijual hanyalah jenis biasa dan gelombang. "Kalau pedagang genteng lain dibantu pegawai, sementara saya kerjakan sendiri," beber Wasito.                                          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Storytelling with Data (Data to Visual Story) Mastering Corporate Financial Planning & Analysis

[X]
×