kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Untung lebih tebal, desainer rambah pasar online


Kamis, 07 Desember 2017 / 11:15 WIB
Untung lebih tebal, desainer rambah pasar online


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Perkembangan dunia teknologi telah mengubah perilaku masyarakat. Yang tadinya mereka gemar berbelanja dengan langsung datang ke toko, kini menyerbu gerai online, lewat e-commarce ataupun marketplace. 

Sejumlah gerai fisik pun kian sepi pembeli. Bila ingin bertahan, mereka harus ikut arus dengan masuk ke jaringan online. Melihat fenomena tersebut, para fesyen disainer dalam negeri pun mulai menggeser strategi penjualannya. Seperti , Danjyo Hiyoji yang sudah merambah penjualan  produknya secara digital setahun terakhir ini. 

Danu Maulana, Bussiness Director Danjyo Hiyoji mengatakan, langkah ini mereka lakukan setelah terjadi penurunan pembelian di gerai mereka. Alhasil, mulai tahun 2015 lalu, dia memutuskan untuk menutup satu persatu gerai fisiknya yang kebanyakan berada di pusat perbelanjaan di Jakarta dan Surabaya. "Kami tarik semuanya pelan-pelan sampai Januari 2016 karena banyak yang tidak jalan," jelas Danu. Bahkan, Capsule Colection yang menjadi biasanya cepat terjual, terlihat lambat sekali penjualannya.  

Sembari menarik produk, Danu mulai membangun e-commarce dengan alamat www.danjyohiyoji.com. Tidak hanya itu, ia juga menjalin kerjasama dengan marketplace. 

Meski terlihat berat, hasil yang didapatkannya pun memuaskan. Tingkat penjualannya naik drastis. Yang tadinya stok menumpuk, kini jumlahnya makin menipis.  Sayangnya, Danu enggan menyebutkan nilai penjualan.  

Dalam sebulan, total produksi Danjyo Hiyogi  mencapai 500-1.000 helai pakaian. Seluruhnya digunakan untuk memenuhi pasar lokal. Harga yang dibanderol mulai dari  Rp 350.000 sampai dengan Rp 1,5 juta per helai.  

Fesyen desainer lainnya yang mulai menjajal pasar online adalah Barli Asmara, yang sudah menyiapkan lapaknya sendiri BarliAsmara.id sejak tahun lalu. Namun, tak hanya mengandalkan akun pribadinya, dia juga berkerjasama dengan sejumlah e-commerce di Indonesia seperti JD.ID dan Zalora. 

Koleksi ready to wear yang modern dan tetap mempertahankan kualitas menjadi produk andalannya. Dalam sebulan, dia bisa memproduksi sekitar 1.000 pieces. 

Barli pun mengakui, penjualan online sangat bagus. "Saat ini perbandingannya antara offline dan online sekitar 20% dan 80% ," katanya. 

Selain itu, penjualan melalui media digital ini dianggap lebih menguntungkan karena harga jual produk bisa lebih rendah ketimbang masuk dalam pusat perbelanjaan. Dia mematok kisaran harga busananya mulai dari Rp 450.000 sampai Rp 1 juta per helai.  
Fesyen desainer kondang ini memutuskan bermigrasi kedalam penjualan online, setelah melalui riset dan melihat fenomena makin lemahnya penjualan pada gerai offline.                           

Penjualan online potensial, perbanyak jaringan marketplace

Tren belanja online diperkirakan akan menjadi pilihan masyarakat ke depan. Karena kemudahan dan kepraktisannya, setiap orang tak perlu banyak buang waktu berlama-lama keluar masuk ke gerai-gerai busana.  

Desainer Barli Asmara pun mengamini hal tersebut. Menurutnya, potensi penjualan daring produk fesyen bakal bertahan dan makin besar karena setiap orang bisa melakukan transaksi dimana pun dan kapan pun.  

Barli juga terus menambah brand ready to wear untuk kian mendekatkan produknya ke konsumen. Sampai sekarang sudah ada tiga brand yang mengisi webstore Barliasmara.id yaitu All The Horses, White by Barli Asmara, dan Belle by Barli Asmara. 

Melihat potensi penjualan online ini, Barli akan menambah kerjasama dengan platform marketplace terbesar tahun depan. Saat ini, tim marketing sedang dalam tahap persiapan. 

Barli pun memasang strategi penjualan live. Artinya, para konsumen dapat memesan busana yang ditampilkan secara live melalui webstore dengan pelayanan 1x24 jam. 

Dapat menembus pasar dengan mudah, kendala yang kerap ditemui adalah penyusunan formula untuk menciptakan pakaian berkualitas. Dia mengaku cukup susah memproduksi pakaian dengan desain serta detail sempurna, dengan banderol harga terjangkau. 

Meski sudah kondang di jajaran fesyen desainer top Indonesia, Barli mengaku persaingan di bisnis pakaian ready to wear cukup ketat. Mereka harus berhadapan dengan pemain ritel global seperti H&M, Zara, dan lainnya. Oleh karena itu, Barli menganggap, salah satu caranya untuk bertahan dengan memberikan harga produk terjangkau. 

Dana Maulana, Business Director Danyjo Hiyoji menyatakan tidak dapat memprediksikan apakah pola belanja masyarakat bakal kembali berubah atau tetap mengandalkan media digital seperti sekarang.  Salah satu kendala yang dia hadapi dalam penjualan online ini adalah tak dapat berinteraksi secara langsung dengan konsumen serta tidak memiliki database. 

Interaksi ini bertujuan menjelaskan produk. "Kadang, mereka butuh pegang bahan dulu," katanya. 

Untuk menjaga kepuasan pelanggan, dia selalu memberikan pelayanan cepat saat ada kesalahan dalam pengiriman ataupun pengembalian produk. Sedangkan, untuk mendekatkan diri dengan konsumen serta menjaga keintiman dengan para konsumen loyal, Dana sering membuat pop up store di ajang bazar atau lainnya. 

Dia mengaku dengan berkomunikasi dan bertemu langsung dengan konsumen merupakan cara yang tepat untuk menciptakan keintiman serta dapat memahami permintaan pasar. 

Pop up store ini paling sering digelar saat momen-momen khusus. Misalnya pada saat menjelang Hari Raya Idul Fitri dan menjelang liburan akhir tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×