kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada uang di telur semut rangrang


Senin, 06 Februari 2012 / 12:32 WIB
Ada uang di telur semut rangrang
ILUSTRASI. Pekerja menyelesaikan pengerjaan proyek stasiun kereta Bandara Soekarno Hatta di Tangerang, Banten, Selasa (14/3/2017). TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN


Reporter: Andri Indradie | Editor: Tri Adi

Telur rangrang bisa menetaskan uang. Buktinya, pembudidaya semut rangrang penghasil kroto meraup untung menggiurkan. Harganya stabil, bahkan kadang melonjak. Permintaan dari para pehobi burung dan pemancing pun tak pernah sepi.

Di musim hujan seperti sekarang, kroto atau telur semut api menjadi sangat berharga. Telur semut rangrang (Oecophylla smaragdina) itu dicari para pemilik burung. Lantaran pasokan kroto dari alam berkurang, budidaya semut penghasil kroto cukup menjanjikan.

Sudah jadi siklus tahunan, setiap tiba musim hujan, kroto menjadi barang langka. Di Surakarta, kelangkaan itu membuat harga kroto melejit hingga mencapai Rp 60.000 per kilogram (kg). Di Bandung, kroto dihargai Rp 80.000 per kg. Bahkan, di Jakarta, harganya lebih gila lagi. Di musim kemarau, harga kroto Rp 120.000 per kg, sementara saat musim hujan bisa Rp 150.000 per kg.

Biasanya, para penjual di pasar burung mendapatkan pasokan kroto dari para pengepul yang membeli dari para pemburu kroto di alam seharga Rp 50.000 per kg. Di kota besar seperti Jakarta, harga jual pemburu ke pengepul bisa mencapai Rp 70.000 per kg.

Shadole Arihita Kaban, pebisnis sekaligus pengelola balai pembibitan Raja Kroto di Buah Batu, Bandung, bilang, prospek bisnis kroto cukup menggiurkan. Selain harganya stabil dan bagus, permintaannya cukup tinggi. “Di Buah Batu yang tergolong pinggiran Bandung, permintaan bisa sampai 180 kg per hari. Di Solo (Surakarta), permintaan rata-rata bisa mencapai 400 kg per hari,” ujar pria yang akrab dipanggil Ole ini.

Masalahnya, persediaan kroto di alam semakin menyusut lantaran pemburu kroto semakin bertambah banyak. Alhasil, beberapa orang mulai membudidayakan untuk mendapatkan pasokan kroto. Ole dan rekannya, Ervan Syarif, misalnya, memulai usaha ini sejak pertengahan tahun 2010 silam dengan bendera Raja Kroto.


Penangkaran

Suwandi Laksana, pebisnis kroto di Wates, Kulonprogo, Yogyakarta, bercerita, tak butuh lahan luas untuk budidaya rangrang. Menurutnya, lahan seluas satu meter persegi yang dilengkapi rak-rak bisa menampung 300 sarang hingga 500 sarang. Setiap sarang bisa menghasilkan setengah hingga satu ons kroto. Artinya, 100 sarang bisa menghasilkan 5 kg kroto.

Wawan, begitu nama panggilan Suwandi, menjual kroto ke pengepul seharga Rp 50.000 kg. Saat ini, tiap hari, ia bisa memanen hingga 15 kg. Artinya, omzet usaha Wawan bisa mencapai Rp 750.000 per hari alias Rp 22,5 juta per bulan.

Menurut Wawan, pada dasarnya, penangkaran semut rangrang terbagi dalam tiga bagian, yakni pembibitan, budidaya, dan pemanenan. Di tahap pembibitan, Wawan mencari koloni rangrang di alam. Lantas, semut-semut itu ditempatkan ke dalam wadah transparan.

Penangkaran dilakukan dengan membuat sarang rangrang pada media tertentu. Biasanya, media bisa berupa stoples transparan, bambu, atau pralon. Tapi, harap di catat, jika menggunakan bambu atau pralon, kita akan agak kesulitan saat memasukkan dan memanen semut. Selain itu, semut-semut yang mati juga tidak terpantau.

Yang paling mudah adalah menggunakan stoples atau wadah transparan lainnya. Wawan memanen kroto setiap hari dengan cara menumpahkan sarang ke atas saringan khusus. Hasilnya, “Kroto yang kita panen bersih dari semut. Pembeli yang ada di pasar burung pun senang,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×