kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ahmed rangkul petani Banyuwangi tanam padi organik


Kamis, 26 November 2015 / 15:07 WIB
Ahmed rangkul petani Banyuwangi tanam padi organik


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Tri Adi

Menggagas program padi organik di Banyuwangi, Ahmed Tessario merintis usaha beras organik bermerek Seblang Banyuwangi. Bermula dari menggandeng belasan petani, saat ini Ahmed telah mampu memproduksi 4 ton beras organik per bulan. Omzetnya ratusan juta rupiah per bulan.  

Menjalankan usaha yang mendatangkan untung sekaligus menyejahterakan masyarakat sekitar adalah aktivitas positif yang bisa dilakukan untuk berkontribusi pada lingkungan. Itulah yang dijalankan oleh Ahmed Tessario dengan mengusung usaha beras organik dengan merek Seblang Banyuwangi. Dia memberdayakan para petani di beberapa kecamatan di Banyuwangi untuk menanam beras organik.

Merintis usaha ini tidak mudah. Ahmed banting stir menjajal peruntungan di bisnis beras organik setelah dia bangkrut pada usaha sebelumnya di bidang minyak atsiri nilam. Dari obrolan singkat dengan salah satu tokoh masyarakat di Banyuwangi ketika dia ingin mencari ilmu tambahan mengenai bisnis minyak atsiri, malah tercetus ide membangun usaha beras organik.

Sejumlah permasalahan petani di sana seperti minimnya Ilmu pengetahuan dan sarana produksi pertanian membuat produktivitas lahan semakin menurun. Harga hasil panen yang diatur oleh tengkulak membuat pendapatan petani pun kecil. Inilah masalah yang hendak dipecahkan olehnya.

Dia awalnya mengajak 17 petani untuk menanam padi organik di lahan sekitar 100 meter persegi (m²). Pupuk dan benih dari Ahmed. Kegiatan ini diliput oleh satu satu media lokal yang memberitakan bahwa lahan yang ditanam beras organik panen dan tidak terkena hama wereng. Sementara padi yang ditanam dengan sistem konvensional terkena hama tikus. "Dari situ, petani menjadi bersemangat dan semakin giat menjalankan sistem tanam padi organik," kata dia.

Setahun setelahnya dia bisa menggandeng 24 orang petani di kecamatan Singojuruh dan dua kecamatan lainnya di Banyuwangi untuk memproduksi beras organik di lahan seluas 11 hektare (ha). Namun karena waktu itu pasar belum siap menerima produk dan sebagian tim tidak cocok dengan visi misi perusahaan, maka perusahaan harus merugi dan tidak memiliki uang membayar hasil panen dari petani.

Utang pun menumpuk. Sempat terpikir untuk putus asa dan berhenti, namun terselamatkan dari perolehan pinjaman dana dari Bank Jatim. Ahmed juga menjual aset untuk melunasi hasil panen petani. Setelah mendapat modal pinjaman, Ahmed pun memperbaiki sistem bisnisnya.

Dia secara intens memberi benih, pupuk dan memberi pelatihan prosedur menanam beras organik hingga panen. Tujuannya agar petani belajar mengembangkan beras organik. Dari situ, hasil panen pun meningkat menjadi 4 ton per bulan.  

Dengan harga jual Rp 25.000 per kg, omzet yang didapat mencapai Rp 250 juta hingga Rp 300 juta per bulan. Satu petani bisa mendapatkan penghasilan sekitar
Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per bulan.           

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×