kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Arguci dan sulam manik dikerjakan di rumah (2)


Jumat, 27 November 2015 / 16:18 WIB
Arguci dan sulam manik dikerjakan di rumah (2)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Proses produksi kerajinan arguci dan sulam manik dilakukan di rumah-rumah warga. Mereka menjahit di lantai ruang depan rumah. Awalnya arguci hanya digunakan sebagai hiasan pernikahan para bangsawan. Lama-kelamaan, kerajinan ini diaplikasikan untuk hiasan dinding dengan aneka motif dan ukuran.   

Jemari ibu-ibu perajin sulaman arguci dan sulam manik di Kelurahan Cempaka, Kecamatan Cempaka Banjar, Kalimantan Selatan tampak lincah menggerakkan jarum dan benang menjalin manik-manik di atas kain. Mereka biasanya mengerjakan aktivitas ini di lantai. Berbagai bahan baku manik-manik berwarna-warni dan produk yang telah selesai dibuat memenuhi beberapa bagian rumah yang digunakan sebagai tempat produksi. Bahkan mesin jahit pun umumnya diletakkan di tempat yang sama, dijalankan oleh pekerja lainnya.

Warga Banjar terutama para ibu memang aktif menjadi perajin produk yang menjadi salah satu produk unggulan khas Kalimantan Selatan ini. Banyak wisatawan baik dari Kalimantan maupun luar pulau memburu kerajinan ini ketika berkunjung ke Martapura maupun Banjarmasin. Sentra produksi kerajinan arguci dan sulam manik banyak tersebar di beberapa rukun tetangga (RT) di Kelurahan Cempaka. Kegiatan ini langsung berada di bawah pengawasan pemerintah desa.

Arguci dan sulam manik diaplikasikan pada kain beludru yang didominasi warna merah, hijau, biru, dan hitam. Membuat sulaman ini memang tidak mudah, butuh kejelian penglihatan, dan kesabaran untuk menghasilkan sulaman terbaik.

Suryani Hamzah, salah satu perajin yang KONTAN temui di sentra tersebut menyampaikan, setiap hari dia menyulam mulai pukul 8 pagi hingga pukul 3 sore. Yani, panggilan akrabnya bercerita, awal belajar menyulam, ia harus menggambar sketsa kaligrafi huruf Arab atau gambar rumah Banjar atau motif lainnya terlebih dulu dengan pensil. Setelah itu, dia mulai menjahit manik-manik mengikuti pola yang telah digambar.

Zaman dulu arguci hanya digunakan sebagai hiasan pernikahan yang hanya dapat dilihat di pesta keluarga kerajaan Banjar atau para bangsawan saja. Aplikasi arguci pun hanya boleh untuk pelaminan, panggung, hingga baju pengantin. Namun, seiring berjalannya waktu, kerajinan arguci dan juga sulam manik mulai banyak diaplikasikan ke barang-barang yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari seperti taplak meja, kotak tisu, sarung bantal, pajangan dinding, dan gorden untuk tirai hingga menjadi kerajinan khas.

Proses pemasangan manik dilakukan dengan tangan. Misalnya untuk hiasan dinding ukuran 1 m x 1,5 m, Yani membutuhkan waktu sekitar enam hari menyelesaikan payetnya. Produk anyaman arguci umumnya bertemakan Islam, karena banyak tulisan kaligrafi Arab. Itu sebabnya, kerajinan ini paling laris diburu saat menjelang Lebaran.

Herdiana, perajin lainnya lebih banyak mengaplikasikan sulamannya dengan motif rumah bubungan, rumah tradisional khas Kalimantan Selatan. Dari semua produk buatannya, hanya beberapa saja yang motifnya tulisan Arab. "Saya tidak terlalu pandai menganyam huruf Arab karena proses pembuatannya lebih sulit," kata dia.

Selain itu, Herdiana juga membuat motif bunga-bungaan, keris, atau motif-motif yang ada pada kain sasirangan. Motif seperti itu juga laris di pasaran. Banyak juga wisatawan yang menyukai motif yang bertemakan budaya Banjar.          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×