kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Aroma bisnis spa masih mewangi


Minggu, 08 Oktober 2017 / 18:10 WIB
Aroma bisnis spa masih mewangi


Reporter: Mia Chiara, Tri Sulistiowati, Venny Suryanto, Yovi Syarifa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Jakarta. Merawat tubuh kini sudah menjadi hal wajib untuk para kaum hawa. Mereka pun tak segan-segan untuk merogoh koceknya dalam-dalam untuk mendapatkan pelayanan seperti yang diinginkan.

Makanya, jangan heran bila bisnis spa makin menjamur. Tak hanya di ibukota, namun juga meluas hingga ke kota-kota kecil lainnya. Tak ingin lewatkan kesempatan, para pemainnya menawarkan kemitraan.  

Untuk mengetahui perkembangannya, KONTAN akan mengulas tiga usaha spa yang menawarkan kemitraan yaitu, Rumah Cantik Sehat Muslimah, Nest Family Reflexology and spa, dan Sang spa berikut ulasannya.  

Rumah Cantik Sehat Muslimah (RSCM)

Bisnis kecantikan yang dibesut Febriana Indriasari terlihat cukup ekspansif. Asal tahu saja, usaha ini mulai dibesut pada 2009 lalu di Yogyakarta. Dua tahun kemudian, Febriana mulai membuka kerjasama kemitraan.

Saat diulas KONTAN pada 2013 lalu terdapat enam gerai mitra, dua milik pusat dan empat lainnya milik mitra yang berlokasi di Purworejo, Bantul dan Bekasi. Selang empat tahun, total mitranya menjadi 15 yang tersebar dibeberapa kota seperti di Yogyakarta, Solo, Sragen, Palembang, dan Cilacap.

Diawal 2017, manajemen merevisi paket kerjasama yang ditawarkan, menjadi Rp 250 juta untuk Pulau Jawa dan Rp 300 juta untuk di luar Pulau Jawa. Sebelumnya, nilai investasinya sebesar Rp 200 juta. Dengan modal itu, fasilitas yang didapatkan mitra adalah seluruh perlengkapan salon dan spa, produk, pelatihan, marketing tools, sistem keuangan, dan perlengkapan tambahan lainnya.

Jasa yang ditawarkan oleh RSCM ini adalah lulur, spa, pijat, perawatan rambut, wajah, akupuntur, bekam dan lainnya. Untuk harganya dibandrol mulai dari Rp 150.000 sampai Rp 400.000 per paket. Berdasarkan perhitungannya, masa balik modal mitra sekitar dua sampai tiga tahun, dengan catatan, total pendapatan per hari sekitar Rp 3 juta.      

Agar bisnis mitra berjalan dengan lancar, sistem kontrol secara rutin pun dilakukan kepada seluruh mitra. Dia beserta manajemen juga memberikan konsultasi usaha untuk membantu mitra menghadapi masalah yang dialami.

Tidak hanya itu, inovasi pun juga dilakukan agar usaha dapat berkembang. Tidak lupa, pelayanan yang baik wajib dilakukan tujuannya, agar tamu mau kembali.  

Kendala usaha yang dirasakannya adalah sulitnya menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil. “Dari sisi SDM kekurangan karena, mereka harus mempunyai keahlian dibidang kecantikan, apalagi bila belum paham, harus ajarin dari nol,”  katanya pada KONTAN, Rabu (20/9).

Selain itu, Febri juga mengeluhkan makin ketatnya persaingan pada bisnis ini. Makin banyak pemain baru muncul yang menawarkan harga lebih murah.  

Nest Family Reflexology & Spa

Usaha yang sudah eksis sejak 2010 ini, menunjukkan perkembangan yang cukup baik. Sebelumnya, KONTAN sempat mengulasnya pada tahun 2015 lalu, saat itu jumlah gerainya ada empat. Selang dua tahun, ada dua mitra yang bergabung.

Jadi, kini ada enam gerai mitra yang tersebar di Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan, Kendari, Serpong dan Cikarang. Bila tak ada halangan, pada akhir tahun ada dua gerai yang bakal dibuka, berlokasi di Batam dan Jakarta.

Tidak banyak perubahan yang dilakukan manajemen terkait bisnis ini. Paket kemitraannya pun masih dipatok sama yaitu Rp 300 juta. Fasilitas yang didapatkan mitra adalah dukungan usaha selama lima tahun, garansi operasional selama lima tahun, pelatihan, produk, perlengkapan dan lainnya. Kerjasama ini mengenakan biaya royalti sebesar Rp 5% dari omzet.

Rencananya, pada akhir tahun ini manajemen bakal meluncurkan paket kemitraan dengan konsep under management alias seluruh operasional dikelola oleh manajemen pusat. Namun, biaya royalti juga lebih besar, yakni 7% dari omzet.
Fendy Julianto, Direktur PT Telur Emas Anugerah Mandiri mengatakan, tiap tahun akan meluncurkan layanan baru. "Harga juga selalu kami sesuaikan tiap tahun,” katanya.  

Asal tahu saja, manajemen menerapkan penyesuaian harga disetiap lokasi. Sehingga, harga layanannya pun berbeda-beda. Untuk kelas satu dipatok mulai dari Rp 60.000 sampai Rp 300.000, kelas dua Rp 70.000 sampai Rp 350.000, dan kelas tiga Rp 80.000 sampai Rp 400.000.  

Seluruh produk yang digunakan oleh rumah kecantikan ini, diproduksi sendiri dari pabrik terbaik di dalam negeri. Bahan bakunya pun didapatkan dari produsen lokal.

Fendy mengaku, setiap tahunnya Nest Family Reflexology & Spa ada kenaikan omzet sebesar 8%-12%. Faktor pendukungnya adalah adanya penyesuaian harga.

Untuk memastikan usaha mitra berjalan lancar, setiap mitra harus melakukan rapat rutin saban bulan dan tiga bulan sekali rapat bersama manajemen pusat. Hal ini ditujukan agar konumikasi dan kerjasama berjalan dengan baik.

Hambatan yang dialami oleh Fendy adalah rekrutmen karyawan. Tidak mudah untuk mendapatkan SDM sesuai dengan keinginan. Ditambah lagi terbentuknya imaji negatif dalam masyarakat terkait terapis. Untuk mengubah stigma tersebut, pusat pelatihan terapis pun dibuka. Saat ini, manajemen baru mempunyai satu, yang berada di Solo, Jawa Tengah.

SS Wulandari

Berbeda dengan dua pemain lainnya, Iman Sutrisno, pemilik SS Wulandari Salon & Spa justru menutup seluruh gerai milik pribadi dan mitra tahun lalu. Ada beberapa permasalahan yang mendorong penutupan gerai-gerai itu.

"Yang paling susah adalah sulitnya mencari tenaga kerja dan ada juga masalah lainnya sehingga kami putuskan untuk ditutup semuanya saja," katanya pada KONTAN, Kamis (21/9).

Asal tahu saja, saat itu total mitra yang masih menjalin kerjasama ada 25 mitra yang tersebar dibeberapa lokasi seperti Malang dan Bandung.

Namun, Iman tetap bertekun pada bisnis ini. Bila tidak ada halangan, ia berencana  untuk me-rebranding SS Wulandari tahun depan. Sekaligus, dia juga akan mengubah seluruh paket dan sistem kemitraan.

Tak hanya itu, Iman juga akan membuka training center untuk mendukung bisnisnya kelak. Maklum, turn onver terapis cukup tinggi pada sektor usaha ini.  

Sebelumnya, KONTAN sempat mengulas bisnis ini pada 2014 lalu. Saat itu, ada 15 gerai mitra yang tersebar di Jabodetabek, Malang dan Bandung. Manajemen memutuskan untuk fokus menggarap pasar Jawa terlebih dulu, sebelum memulai ekspansi ke luar Jawa.

Paket kemitraan yang ditawarkan kala itu adalah Rp 200 juta. Dengan modal itu, mitra berhak mendapatkan pelatihan, karyawan dan pengadaan perlengkapan salon.

Untuk lisensi merek kerja sama selama lima tahun biayanya berkisar Rp 50 juta. Harga pelayanannya pun dipatok mulai dari Rp 30.000 untuk potong rambut, hingga Rp 25.000 untuk spa dan ongkos rias wajah Rp 300.000.

Dalam sehari, pelanggan yang datang sekitar 10-20 orang. Malah di akhir pekan jumlah ini bisa naik dua kali lipat. Omzet rata-rata tiap bulan mencapai Rp 40 juta-Rp50 juta, dengan kisaran laba bersih mencapai 50%. Dari jumlah itu, SS Wulandari masih memungut biaya royalti 5% dari omzet.                                     

Pemilik sebaiknya bangun training center

Jika ditilik dari pertumbuhan gerai para pemain di atas, usaha spa terlihat masih potensial. Pengamat usaha Djoko Kurniawan pun menilai potensi usaha ini masih akan bagus kedepan. Pasarnya masih sangat luas, apalagi saat ini spa sudah menjadi bagian dari gaya hidup.

Harga pelayanan yang mahal pun tidak menjadi masalah asal mereka mendapatkan pelayanan terbaik. "Relaksasi adalah bisnis hiburan, jadi konsumen tidak akan sensitif dengan harga," tegasnya.

Meski begitu, tantangan terberat para pemilik usaha adalah soal manajemen karyawan terutama terapis. Karena, tak mudah mendapatkan terapis yang sesuai dengan standart masing-masing tempat usaha. Belum lagi, perpindahan karyawan yang cukup tinggi.

Solusinya, para pemilik harus membangun traning center untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli yang sesuai standar. Sehingga, saat ada terapis yang memutuskan keluar, manajemen akan cepat memberikan penggantinya. Lebih baik, pilih karyawan yang belum berpengalaman kemudian dididik hingga prefesional.

Pemilik usaha pun tetap diminta untuk menjaga standarisasi seluruh gerai untuk untuk menjaga kepuasan konsumen. Lalu, jangan biarkan gerai tergantung dengan satu terapis. Bisa jadi, "Kalau terapisnya keluar  maka pelanggannya pergi mengikutinya," tambah Djoko.  

Inovasi pun tak boleh ditinggalkan. Pemilik harus membuat pelanggan terus merasa penasaran dengan layanan baru. Misalnya,  lulur spa estrak kenanga dan lainnya.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×