kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Awalnya hobi main marching band, kini jadi pelatih


Selasa, 25 Februari 2014 / 17:43 WIB
Awalnya hobi main marching band, kini jadi pelatih
ILUSTRASI. Petugas Bancassurance Specialist melayanai nasabah pada?konter asuransi jiwa di kantor cabang sebuah bank di Jakarta, Kamis (4/11). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/04/11/2021.


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

Bagi Rahmawan Noviyanto, marching band sudah menjadi bagian dari hidupnya. Sejak kecil ia sudah mengenal dan belajar marching band.
Bahkan ketika masih duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar (SD), ia sudah bisa membuat aransemen musik.

"Nah, kakak saya melihat bakat saya itu dan kemudian dia yang mendorong saya mengembangkan bakat itu," katanya. Dari situ, ia lalu aktif bergabung di tim marching band sekolah. Hobinya itu terus berlanjut sampai kuliah di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

Kebetulan di kampusnya itu ada Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Marching Band, sebagai salah satu pilihan kegiatan ekstra kurikuler. "Saya pun bergabung di UKM itu selama dua tahun," ujarnya.

Setelah itu, dia memutuskan menjadi asisten pelatih untuk tim marching band di sekolah-sekolah atau instansi yang ada di Yogyakarta. "Setahun kemudian saya mulai menjadi pelatih," katanya.

Sampai saat ini, ia masih menekuni profesi sebagai pelatih marching band. Banyak pengalaman yang telah dia dapatkan selama menjadi pelatih. Salah satunya saat dia berkunjung ke Papua Nugini. "Di sana anak-anaknya sulit berhitung jadi sangat sulit untuk berkomunikasi dan melatih di sana," ceritanya.

Sampai saat ini banyak tim yang sudah dilatihnya, mulai dari tingkat sekolah seperti SD, SMP, SMA dan universitas hingga tim umum seperti korporat.
Sebagai pelatih, dirinya tidak hanya fokus pada permainan alat musik saja. Tetapi juga turut andil  memikirkan konsep pertunjukan, urutan musik, aransemen sampai dengan kostum yang akan digunakan oleh anak usahanya.

Ia mengaku, biasa mendapatkan ide atau konsep pertunjukan dari menonton video marching band luar negeri dan isu-isu global yang sedang ramai dibicarakan. Selama ini jasanya sering disewa untuk keperluan pertunjukan internal kantor, perlombaan sampai dengan kegiatan ekstra kurikuler.

Bila menangani tim untuk keperluan perlombaan, di awal kontrak dia tak pernah menjanjikan anak asuhnya itu bakal menang. Sehingga, tidak ada penalti yang dikenakan saat tim tersebut tidak menjadi juara di perlombaan.

Menjadi pelatih marching band juga banyak kendalanya. Salah satunya adalah karakter pemain yang sulit diatur. Ia mencontohkan, karakter pemain dari kalangan korporat atau pemerintahan umumnya  mempunyai sifat manja. Sementara dari kalangan mahasiswa kadang susah diatur.

Menjadi pelatih marching band ternyata cukup menguntungkan. Novianto bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 275 juta per kontrak dengan masa kontrak lima bulan. Nilai kontrak sebesar itu biasanya dia terapkan untuk instansi atau korporat.

Namun kalau untuk kalangan sekolah atau universitas, dia hanya mematok tarif kontrak sebesar Rp 600.000 per bulan. Ia mengaku hanya menerima maksimal dua kontrak dalam waktu yang bersamaan. Alasannya biar bisa fokus dalam melatih.

Kendati membatasi jumlah kontrak yang ditangani, rata-rata pendapatan per bulan pria ini masih bisa tembus Rp 60 juta per bulan.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×