Reporter: Tri Sulistiowati, Venny Suryanto | Editor: Johana K.
KONTAN.CO.ID - Meski tidak berpenampilan cantik seperti tanaman pekarangan lainnya, pohon binahong banyak diburu. Pasalnya, tanaman yang hidup dalam habitat hutan tropis ini banyak mengandung zat yang baik untuk kesehatan.
Kandungan antioksidannya dipercaya bisa menangkal radikal bebas, pemicu sel kanker. Sedangkan, kandungan zat alkoloid dapat menurunkan kadar gula darah.
Dengan mengkonsumsi tanaman rambat ini secara rutin dapat memberikan berbagai efek positif bagi tubuh, seperti menyembuhkan kencing manis, sesak nafas, darah tinggi, memulihkan memar, gatal-gatal, dan juga hidung mimisan.
Yolanda Sari, pemilik Primrose Garden asal Jakarta mengaku tertarik membudidayakan tanaman obat ini karena banyak manfaat yang didapatkan. "Keluarga kami ada turunan darah tinggi, jadi kami tanam untuk dijadikan lalapan," katanya pada KONTAN, Senin (16/10).
Karena banyak teman-temannya yang mencari anakan binahong untuk keperluan bahan baku kosmetik, pada tahun 2015 dia mulai fokus memperbanyak dan menjualnya. Berawal dari satu indukan besar, dia dapat menghasilkan puluhan anakan binahong yang dikembangkan diatas lahan seluas 60 m2.
Menggunakan media sosial sebagai tempat berjualan, konsumen pun datang dari berbagai wilayah seperti Bali, Samarinda dan Jakarta. Kebanyakan, pembelinya ibu rumah tangga.
Khusus untuk pengiriman luar kota, tanaman dikemas dengan wrap sehingga tidak berantakan dan rusak. Sedangkan, untuk sekitaran ibukota dia menggunakan jasa ojek online.
Perempuan yang lebih akrab disapa Yola ini mematok harga jual binahong miliknya tak terlalu mahal sekitar Rp 25.000 untuk anakan dan Rp 70.000 untuk indukan.
Pembudidaya lainnya adalah Puriyani Hasanah pemilik Popon’s Nursery asal Bogor, Jawa Barat. Meski menurutnya tanaman ini belum banyak dikenal, tapi banyak konsumen membeli sebagai tanaman obat. Awalnya, dia mendapatkan bibit ini dari seorang pembudidaya asal Bogor.
Selain dijual secara langsung, tanaman binahong miliknya juga digunakan sebagai keperluan suvenir, yakni berupa bibit mini setinggi 15-20 cm. Harganya, mulai Rp 4.000, Rp 10.000 dan Rp 25.000.
Menggunakan media digital seperti Facebook, Instagram, dan blog untuk promosi produk, konsumennya pun berdatangan dari berbagai wilayah, terutama dari Pulau Jawa.
Penjualannya pun tidak menentu setiap bulannya. Namun, kisarannya 50-100 binahong dikirim dari kebunnya tiap bulan. "Sekali belanja, bisa satu sampai tiga bibit sekaligus," katanya.
Mudah berkembang, perawatan binahong tak ribet
Selain kaya manfaat untuk kesehatan, binahong juga mudah dibiakkan. Menurut Yolanda Sari, pemilik Primrose Garden asal Jakarta, cara cepat untuk memperbanyak tanaman obat ini adalah dengan stek batang.
Untuk pembiakan cara ini, sebaiknya memakai batang binahong yang terdapat biji. Kemudian, tancapkan dalam media tanam campuran tanah dan sekam bakar. "Jangan lupa untuk melubangi polybag agar air tidak mengendap di bawah," terang Yola.
Setelah proses stek, letakkan tanaman baru tersebut ditempat yang rindang. Penyiraman cukup dilakukan sekali sehari atau dua hari, tergantung cuaca. Dan pastikan, tidak ada air mengendap di bagian bawah polybag. Sebab, bila terlalu banyak air maka batang bisa membusuk.
Saat batang stek sudah mengeluarkan daun baru dan tingginya sudah mencapai 30cm, sebaiknya langsung pindahkan ke polybag yang lebih besar atau pindah ke tanah. Agar tumbuh maksimal, binahong diberi pupuk kandang sebulan sekali.
Karena karakter tanaman ini merambat jadi harus diberikan rumah-rumahan yang terbuat dari bambu atau dirambatkan diatas pagar. Binahong butuh sinar matahari maksimal, untuk membantunya melakukan proses fotosintesis.
Yola menilai binahong merupakan tanaman yang bandel. Artinya, tahan dalam cuaca panas atau hujan. Hanya saja, rentan terkena kutu putih. Pestisida nabati, yang terbuat dari campuran cabai dan bawang putih, bisa membasmi hama ini.
Selain itu, bisa juga memakai bumbu dapur yang telah dihaluskan dan dibiarkan semalaman. Lantas, airnya disemprotkan pada tanaman yang terdapat kutu putih. "Proses ini lebih baik daripada menggunakan obat kimia, apalagi bila daunnya untuk dikonsumsi," jelasnya.
Sementara itu, Puriyani Hasanah pemilik Popon’s Nursery asal Bogor, Jawa Barat membiakkan binaong melalui umbi. Ia mengambil umbi tersebut dari indukan yang memang sudah berumbi. Umbi berdaun empat, menjadi bakal tanaman baru dan dapat diletakkan dalam tray atau polybag dengan media tanam tanah dan sekam, bercampur pupuk yang berasal dari kotoran kambing. Porsi pupuk organik ini sekitar 25% dari total media tanam.
Perawatannya pun cukup mudah karena, tanaman ini hanya butuh disiram dua hari sekali setiap sore hari. Sebaiknya, tanaman ditempatkan dibawah paranet dengan kelembapan tinggi. "Semakin banyak matahari dan sering disiram semakin cepat tumbuh tanpa harus disiram lagi," tambahnya.
Puriyani mengingatkan, hama paling banyak yang mengenai tanaman ini adalah ulat bertanduk. Bila jumlahnya tidak banyak dapat dimatikan secara manual dengan cara diambil secara langsung. Bila hama makin banyak baru disemprotkan pestisida organik.
Sedangkan, saat daun mulai diserang lalat buah cepat dipotong sehingga tidak berembet pada duan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News