kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45938,26   9,90   1.07%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Banyak UMKM belum manfaatkan kredit murah itu (2)


Kamis, 26 November 2015 / 15:19 WIB
Banyak UMKM belum manfaatkan kredit murah itu (2)


Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi

Penurunan bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 22% menjadi 12%, belum sepenuhnya berhasil menjaring minat para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tanah air. Sampai saat ini, masih banyak para pelaku UMKM yang belum memanfaatkan dana KUR. Salah satu alasannya karena adanya jaminan pengajuan KUR dan masih minimnya omzet usaha.

Kebijakan pemerintah menurunkan bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari 22% menjadi 12%, belum sepenuhnya berhasil menjaring minat para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di tanah air.

Paling tidak, kondisi itu bisa dilihat dari program sosialisasi KUR yang digelar pemerintah dan sejumlah perbankan. Contoh, sosialisasi KUR yang digelar Bank BRI Tbk lewat program Grebek Pasar di Pasar Karangayu, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (22/11).

Berdasarkan hasil wawancara KONTAN dengan sejumlah pedagang di pasar tradisional tersebut, sebagian dari mereka masih enggan mengajukan pinjaman dana KUR. Dalihnya, masih ada ‘rasa takut’ mereka berhadapan dengan pihak bank.

Kandi Sutoyo, misalnya. Pedagang buah di Pasar Karangayu Semarang itu mengaku takut untuk mengajukan pinjaman modal ke bank. Apalagi, salah satu syarat administrasi penyaluran dana KUR adalah adanya jaminan dari pihak debitur.

Karena itu, Kandi merasa khawatir jika harus memberi jaminan berupa aset tanah dan rumah yang selama ini ditempatinya bersama keluarga. Jadi, kata Kandi, sampai sekarang ia belum pernah merasakan manfaat dana KUR. "Saya berharap penyaluran dana KUR untuk modal usaha bisa semakin dimudahkan," ujar pria berusia 61 tahun tersebut.

Jadi, selama ini, Kandi mengaku modal usaha buah-buahan masih berasal dari kocek pribadinya. Aneka buah yang dijualnya, antara lain, semangka, nangka, pepaya, dan alpukat. Dari usahanya ini, ia bisa meraup omzet Rp 4 juta per bulan.

Pedagang buah lainnya di Pasar Karangayu Semarang yang juga belum pernah merasakan dana KUR adalah Siti Kamisah. Wanita berusia 31 tahun ini mengaku, selama lima tahun menjalankan usaha buah, ia belum pernah mengajukan pinjaman modal ke bank. Siti berdalih belum butuh dana besar dari pinjaman KUR untuk menunjang modal usahanya.

Siti mengatakan, dengan berjualan buah jeruk dan semangka, dia hanya butuh modal Rp 2 juta untuk membeli pasokan. Namun, Siti tak memiliki waktu tertentu untuk menyetok barang dagangannya. Aneka buah yang dijual Siti dibanderol Rp 5.000 hingga Rp 30.000 per kilogram. Dari usahanya ini, Siti mengaku bisa meraup omzet Rp 3 juta per bulan.

Tak berbeda jauh dengan Kandi dan Siti, Rasminah Arum pedagang kerupuk di Pasar Karangayu, juga belum pernah merasakan manfaat dana KUR. Rasminah bilang, untuk modal usaha, ia masih mengandalkan dana tabungannya pribadi. Rasminah berjualan aneka kerupuk yang dibanderol Rp 2.000-
Rp 5.000 per bungkus.

Alasan ibu empat anak ini enggan memanfaatkan dana KUR lantaran khawatir tidak mampu bayar. "Saya takut aset saya disita pihak bank kalau bunganya membengkak dan enggak bisa bayar," katanya. Dari usahanya ini, ia hanya mendulang omzet Rp 4,5 juta per bulan.    

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×