kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Batik Papua kian dicari pecinta fesyen


Rabu, 08 April 2015 / 20:34 WIB


Reporter: Rani Nossar | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Provinsi paling timur di Indonesia Raya ini tidak hanya terkenal dengan keindahan alam dan hasil bumi yang bergelimangan. Untuk urusan fesyen, tidak hanya koteka atau tenun, tetapi ada juga kain batiknya. Berbeda dengan batik dari daerah lain pada umumnya, Batik Papua banyak didominasi dengan motif burung cendrawasih yang cantik dan rumah hanoi. Tidak ketinggalan juga alat musik khas Papua, Tifa dan binatang seperti kadal dan buaya.

Hananto Tedjobaskoro, pria asal Pekalongan, Jawa Tengah ini mengaku sudah melirik peluang batik Papua sejak tahun 1993. Meski bukan asli orang Papua, Hananto melihat peluangnya sangat besar karena kata Hananto yang memproduksi dan menjual batik Papua sangat sedikit.

Lagipula, Hananto memang menyasar kelas menengah atas dan konsumen luar negeri sebab mereka justru yang banyak mencari. Ditemui saat pameran Inacraft di Jakarta, Hananto mengaku mulai akhir 2014 hingga sekarang Batik Papua perlahan semakin terkenal pamornya dan banyak dicari. Hananto bilang rata-rata yang membeli mengaku ingin memiliki variasi kain tradisional Indonesia sehingga tidak melulu batik Jawa atau songket Sumatera.

Hananto memiliki 2 toko di Jayapura dengan nama Citra Batik Jayapura. Meski kedua tokonya ada di Jayapura, namun semua produksinya dikerjakan di Pekalongan, Jawa Tengah. Hal ini disebabkan produksi di Jayapura lebih banyak memakan biaya operasional dan tidak menutup biaya. "Selama 3 tahun saya produksi di Jayapura, sampai tahun 1997 dipindahkan ke Pekalongan saja, " kata Hananto saat ditemui di Inacraft 2015 di Jakarta, Rabu (08/04).

Untuk produknya Hananto fokus memproduksi kain batik tulis dan kain cap, selain itu ia juga memproduksi pakaian jadi seperti kemeja, dress, rok, dan kain pantai. Untuk urusan desain, memang Hananto sendiri yang mengerjakan, maklum ia bilang sudah lama tinggal di Papua.

Bahannya bervariasi mulai dari kain katun, semi sutra sampai sutra full. Kapasitas produksi per bulan biasanya 500 pieces pakaian jadi dan lebih dari 10 kain batik tulis ukuran 2 meter. Harganya mulai dari Rp 250ribu hingga Rp 2 juta per helainya.

Peningkatan pemesan naik sebesar 40% dalam 3 bulan terakhir apalagi jika sekarang ini banyaknya artis dan figuyr publik yang mempromosikan batik Papua. Hananto bilang ia sering mengikuti pameran di Jakarta dan Surabaya. Dalam sehari saja, ia bisa menjual lebih 50-70 buah baik kain atau pakaian jadi. Untuk di tokonya, Hananto lebih menyasar untuk turis dan penjualannya juga bagus. Dalam sebulan saja jika dihitung penjualan di toko dan pameran, Hananto bisa mendapat omzet hingga Rp 300 juta per bulan.

Hananto bilang kelebihan batik Papua daripada batik yang lain terletak pada motifnya yang unik serta warnanya yang 'jreng' dan menyilaukan mata. Selain itu Hananto bilang banyak unsur sejarah dan arkeolog di dalamnya. "Hal ini justru menyedot wisatawan, " kata dia.

Selain itu pemain lain juga ada Merry Yani di Sorong, Papua Barat. Ia sudah membuka toko dengan nama Aneka Papua sejak tahun 2009. Merry bilang banyak yang mengirim ke Makassar, Ambon, dan kota-kota lain di Indonesia bagian timur saja. Namun, belakangan Merry juga mengaku mengalami peningkatan penjualan.

Merry mengakui banyak juga yang pesan untuk dijual lagi di Jakarta dan Bandung. Untuk produksi semua kainnya, kata Merry diproduksi di Jayapura. Sehingga setiap bulan ia tinggal pasok saja.

Dalam sebulan Merry bisa meraup omzet lebih dari Rp 200 juta per bulan, dengan rata-rata penjualan Rp 5-7 juta per hari. "Sorong itu kan dekat dengan tempat wisata Raja Ampat, jika wisatawan mau terbang biasanya transit di Sorong dan mereka banyak beli oleh-oleh banyak, " kata dia kepada KONTAN, Rabu (08/04).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×