kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berburu kerajinan bambu di Banyuwangi (1)


Sabtu, 23 September 2017 / 10:10 WIB
Berburu kerajinan bambu di Banyuwangi (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Daerah yang berada di bagian timur Pulau Jawa ini memang mempunyai banyak keistimewaan. Selain banyak  tempat wisata bagi para pelancong, wilayah ini juga punya banyak sentra usaha kecil. Salah satu yang paling tersohor adalah sentra kerajinan bambu di Desa Gintangan, Blimbingsari,  Banyuwangi, Jawa Timur.  

Saat tim Kontan.co.id berkunjung, pemandangan yang terlihat adalah galeri kerajinan bambu di sepanjang jalannya. Etalase galeri penuh dengan bermacam produk bambu, seperti, tas, songkok, kotak hantaran, tempat buah dan tempat nasi.

Konon, warga desa sudah mahir membuat produk bambu sejak jaman kerajaan, hingga terkenal  melalui legenda Patih Sulung Agung. Maka jangan heran, bila bambu merupakan usaha turun-temurun.  

Sentra ini berjarak 25 kilometer dari pusat kota Banyuwangi. Butuh waktu 1-1,5 jam perjalanan untuk menjangkaunya. Kendaraan pribadi menjadi pilihan transportasi, karena memang tak ada angkutan umum.  

Berdasarkan pengamatan KONTAN, ada lebih dari 10 pengusaha kerajinan bambu. Hampir semuanya mempunyai galeri di depan rumahnya. Para pekerja pun juga merupakan warga dari  wilayah itu.

Suparti, salah satu perajin mengaku, bila usahanya yang dibukanya saat ini merupakan warisan dari orangtua. Dia bilang, Desa Gintangan mulai dikenal masyarakat luas pada tahun 1990-an. Hal ini berawal dari kemenangan yang diraih oleh warga dalam kompetisi UKM di Surabaya, Jawa Timur.

Sebelumnya, produksi produk bambu desa ini hanya dikenal oleh masyarakat di Banyuwangi atau sekitar saja. Jenis produknya pun  masih terbatas, seperti Tempat mengukus nasi, langsat dan lainnya.

Namun, setelah memenangkan kompetisi, ada perwakilan Kementrian Perindustrian yang datang dan mendukung perkembangan perajin. "Mereka menciptakan berbagai model produk," terang Suparti.  

Perempuan yang lebih akrab disapa Mbak Ti ini, membuka bisnisnya secara mandiri pada tahun 1995. Saat ini, ada berbagai macam produk yang dijual mulai dari tempat buah, tempat tisu, songkok, tudung saji dan lainnya

Harganya, dipatok mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 100.000 per unit. Dalam sebulan dia pun bisa  mengantongi omzet belasan hingga puluhan juta rupiah. Maklum saja, selain melayani konsumen dari para wisatawan lokal, Mbak Ti juga bekerjasama dengan pemasok dan kargo untuk mengisi galeri kesenian yang ada dibeberapa negara Eropa.

Perajin lainnya adalah Widodo. Sama seperti Mbak Ti, sepak terjangnya di bisnis kerajinan bambu ini karena mewarisi usaha dari nenek moyangnya.

Dia pun berkisah, awal mula Desa Gintangan punya produk kerajinan bambu karena melimpahnya tanaman bambu di wilayah tersebut. Hampir setiap lahan perkebunan dan sepanjang aliran sungai tumbuh subur tanaman bambu.

Supaya produknya terus dicari, Widodo selalu menciptakan produk baru. Kini produknya tak hanya peralatan dapur dan aksesori interior rumha. Sementara, soal harga bervaria, mulai dari belasan hingga ratusan ribu rupiah.          

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×