kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berdayakan masyarakat Bangkalan lestarikan batik


Jumat, 19 Desember 2014 / 15:47 WIB
Berdayakan masyarakat Bangkalan lestarikan batik
ILUSTRASI. Promo BNI x KFC Paket 6 Ayam Goreng Rp 77.000 spesial edisi HUT BNI ke-77


Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Rizki Caturini

Berawal dari rasa khawatir akan nasib perajin batik Madura di daerahnya yang hampir gulung tikar, Uswatun Hasanah, wanita kelahiran Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura ini memutuskan untuk terjun ke bisnis warisan leluhur ini. Padahal, saat itu, profesinya adalah seorang dosen.

Tapi, siapa sangka usaha yang hanya diniatkan untuk menyelamatkan nasib batik Madura dan membantu masyarakat sekitar daerahnya kini menjadi usaha yang sangat menguntungkan. Batik-batik buatan Uswatun dan komunitasnya kini bahkan sudah bisa menembus pasar ekspor ke tiga negara di Asia, yaitu Jepang, Malaysia dan China.

Cerita kesuksesan Uswatun dimulai pada tahun 2011 lalu. Ketika itu para perajin batik di Desa Tanjung Bumi mulai sepi order, karena kalah bersaing dengan batik-batik impor dan batik lokal lainnya.

Berbekal pengetahuan akademisnya sebagai dosen kewirausahaan di Universitas Trunojoyo, Madura, Uswatun kemudian memulai usahanya. Dia mengumpulkan para perajin di daerahnya untuk kembali membatik dengan modal yang dia keluarkan sendiri.

Usaha batiknya diberi nama Joko Tole Collection. Nama itu dia ambil dari pahlawan daerah Madura Joko Tole, dengan harapan, usaha batik yang dibangunnya memberi manfaat dan menyelamatkan kehidupan masyarakat.

Ada dua jenis batik yang diproduksi Joko Tole, yakni batik celup Madura dan batik gentongan yang harganya lebih mahal. Tercatat ada 22 orang yang telah bergabung menjadi perajin batik Joko Tole. "Saya mencoba meyakinkan teman-teman di sini agar mau kembali membatik," ujar Uswatun.

Pada awalnya, membangun bisnis batik di daerahnya itu tidaklah mudah.Persaingan di pasar batik cukup ketat, karena selain harus bersaing dengan batik tulis asli Madura lainnya, Uswatun juga harus bersaing dengan produk batik dari daerah lainnya, bahkan batik impor dari China.

Namun dengan cara melakukan promosi di mana-mana, batik Joko Tole akhirnya perlahan diterima pasar. Order pun mulai meningkat sedikit demi sedikit. Usahanya makin berkembang ketika pada tahun 2014 ini, Uswatun terpilih sebagai Wirausaha Binaan Bank Indonesia (WUBI). Batik Joko Tole pun semakin dibanjiri pesanan karena BI memberi bantuan dalam hal promosi.

Untuk batik celup biasa, omzet bisa mencapai Rp 106 juta sebulan. Namun, Uswatun mengaku sulit menghitung omzet penjualan batik gentingan karena hanya diproduksi berdasarkan pesanan.

Proses pembuatan yang lebih lama membuat batik gentongan menjadi lebih eksklusif. Harga jual batik ini berkisar Rp 1,7 juta per helai. Sementara batik celup hanya Rp 200.000 per helai. Kini, Uswatun berharap usahanya bisa berkembang lebih besar, sambil terus menjalani profesinya sebagai dosen.      n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×