kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berenang rezeki di jasa pembuatan kolam renang


Kamis, 06 Januari 2011 / 10:48 WIB
Berenang rezeki di jasa pembuatan kolam renang


Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi

Jasa pembuatan kolam renang memang bukan jenis usaha baru. Tapi seiring dengan properti mewah yang tumbuh pesat, permintaan pembuatan kolam renang pribadi pun meningkat. Masih ada celah bagi pemain baru untuk masuk ke bisnis jasa ini.

Byur! Senangnya melihat anak-anak riuh bermain air di kolam renang. ”Fasilitas ini bisa mengakrabkan cucu-cucu saya kalau sedang bertandang ke sini,” kata Paulus Sutarjo. Dengan kolam renang pribadi itu, Sutarjo yang sudah tua bisa menemani cucu-cucunya bermain. Untuk itu pula, Sutarjo melengkapi kolam renangnya dengan fasilitas permainan supaya cucu-cucunya betah bermain di rumahnya.

Kebutuhan akan kolam renang saat ini memang bukan hanya untuk memenuhi fasilitas hotel, gedung perkantoran, atau kompleks perumahan. Akan tetapi, juga mulai menjadi kebutuhan keluarga dengan kemampuan ekonomi menengah atas. “Justru permintaan yang datang pada kami saat ini kebanyakan private pool alias kolam renang pribadi,” kata Oscar Gunadi, pemilik PT Indopool Megah Perkasa, penyedia jasa pembuatan kolam renang di Jalan Raya Joglo Jakarta Barat.

Ya, bagi pemilik rumah mewah, fasilitas kolam renang memang sudah menjadi salah satu kebutuhan. Tipe-tipe klaster perumahan yang berkembang saat ini juga seakan menuntut keharusan adanya kolam renang sebagai fasilitas pelengkap. “Orang kaya di negeri ini masih sangat banyak, ini peluang besar bagi bisnis semacam ini,” kata Manto, yang baru dua tahun ini mendirikan CV. Widya Jaya Sentosa Pool, penyedia jasa serupa.

Menurut Manto, prospek bisnis jasa pembuatan kolam renang untuk private pool akan sangat baik ke depan. Alasannya, pertumbuhan perumahan ber-cluster jauh lebih banyak dibandingkan pertumbuhan atau pembangunan hotel. Perbandingannya 1:10.

Tengok saja, dalam sebulan, Oscar, yang telah 9 tahun berkecimpung di bisnis ini bisa menerima 5-6 proyek pembuatan kolam renang pribadi. Sementara itu, Manto bisa menerima pesanan 1-2 proyek per bulan. Pemesan kolam renang pribadi ini tidak terbatas di Jakarta. Oscar bahkan bisa menggaet pesanan dari luar Pulau Jawa, seperti di Banjarmasin, Gorontalo, Lampung, Palembang, sampai Timika.


Perlu menguasai teknis pembuatan kolam

Nah untuk memulai usaha semacam ini, dana yang mesti disiapkan lumayan besar. Ambil contoh Oscar yang memulai bisnis ini dengan merogoh kocek sebesar Rp 200 juta. Uang itu dia pergunakan untuk menyewa ruko selama setahun (Rp 50 juta), biaya promosi selama setahun (Rp 50 juta), mengurus izin pendirian PT
(Rp 20 juta), dan inventaris perlengkapan kantor (Rp 30 juta), dan sisanya untuk lain-lain.

Sementara pengeluaran setiap bulan mencapai sekitar Rp 100 juta. Perinciannya untuk membayar gaji 21 karyawan dengan gaji rata-rata Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per orang. Jadi, total sekitar Rp 63 juta per bulan. Lalu, untuk biaya operasional, antara lain untuk listrik, telepon, internet, pulsa karyawan, bensin, dan mes karyawan sekitar Rp 40 juta per bulan.

Dalam sebulan, dengan proyek 6 kolam renang pribadi dan 3 kolam renang apartemen, omzet Oscar bisa mencapai Rp 2 miliar. Margin yang diperoleh sekitar 20% hingga 30%. Sebab, selain dikurangi biaya operasional dan karyawan kantor, total pendapatan juga dikurangi belanja material untuk proyek dan upah tukang.

Berbeda dengan Oscar, Manto mengawali bisnis ini dengan modal yang terbilang kecil. Pasalnya Sumanto tidak menyewa kantor, melainkan memanfaatkan rumah tinggal sebagai kantor. Karyawan Manto juga baru 3 orang. “Paling hanya menyiapkan uang untuk membuat CV saja, sekitar Rp 6 juta,” katanya. Membeli perlengkapan kantor dan operasional memakan biaya Rp 8 juta dan untuk ongkos iklan di internet Rp 3 juta per tahun. Kalau untuk pengeluaran kantor setiap bulan, sekitar 7 juta untuk bayar gaji karyawan dan biaya operasional Rp 8 juta.

Untuk membangun bisnis ini, bukan hanya uang yang mesti disiapkan. Kita juga harus memiliki keterampilan teknis dalam pembuatan kolam renang. Keterampilan yang dibutuhkan adalah keahlian di bidang sipil dan mechanical electrical (ME). “Untuk proyek semacam ini ahli sipil lebih tahu. Akan tetapi untuk hitungan engineering butuh orang ME,” kata Sugeng. Sugeng menyarankan, bila punya dasar pendidikan sipil, ada baiknya belajar ME. Begitu pula sebaliknya. Dua keahlian ini saling menunjang.

Pengetahuan atau keahlian dalam kedua bidang itu kita perlukan dalam menentukan harga jual jasa kita. Sebab, dalam usaha ini perlu perhitungan material, tenaga, dan bujet. Dengan begitu, kita baru bisa menentukan harga.

Nah, yang tidak kalah penting adalah pengalaman di lapangan. “Harus banyak belajar di lapangan supaya tahu lebih detail mengenai pengerjaan proyeknya. Kendala dan tantangannya,” imbuh Manto.

Pelaku bisnis ini juga harus belajar bagaimana sistem dan konstruksi membuat kolam renang yang bermutu baik dan mengikuti tren. Terkait dengan desain kolam renang, pelaku harus melek tren yang sedang berjalan. Menurut Oscar, jangan malas untuk melihat desain kolam renang terbaru di luar negeri. “Jangan sampai, desain kita monoton,” katanya.


Pemasaran efektif lewat media online

Soal pemasaran, bisnis semacam ini memang sangat mengandalkan relasi. Maklum, usaha jasa semacam ini sangat erat berhubungan dengan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang puas akan memanfaatkan jasa kita kembali atau mereferensikan jasa kita pada orang lain. Karena itu, pemasaran bisnis ini bisa dimulai dari mulut ke mulut. Selain menjaga kualitas mutu proyek, pelaku juga harus menjaga kualitas hubungan yang baik dengan pelanggannya.

Di kota besar seperti Jakarta, persaingan bisnis ini sebenarnya sangat ketat. Itu bisa terlihat dari banyaknya iklan jasa pembuatan kolam renang di yellowpages yang bejibun.

Karena itu, pebisnis ini harus rajin-rajin menjemput bola. Salah satu caranya adalah dengan mendekati para kontraktor pembangunan rumah. Biasanya, pembuatan kolam renang pribadi merupakan bagian dari pembangunan rumah baru. Para kontraktor pembangunan rumah akan mengalihkan pekerjaan ini kepada kontraktor khusus pembuatan kolam renang (sub-contract). Kalau Anda bisa menjadi subcontractor seperti ini, tentu ketersediaan order bisa lebih terjaga.

Menjemput bola langsung ke lapangan tak pantang Anda lakukan. Kirim karyawan pemasar Anda berkeliling mencari proyek-proyek pembangunan rumah di kompleks-kompleks elite. Begitu mereka mendapati ada proyek konstruksi rumah pribadi yang “patut” memiliki kolam renang, tawarkan jasa Anda. “Sering kami tertarik memakai jasa subcontractor yang menawarkan jasa langsung ke proyek,” kata Haryanti, seorang bos sebuah perusahaan kontraktor rumah pribadi.

Bisa juga Anda berpromosi lewat internet. Media ini terbilang efektif untuk menjangkau calon klien potensial. Maklum, orang kaya biasa mengakses dan mencari segala macam informasi dari internet. “Selama ini kami hanya beriklan di internet. Biayanya murah tapi bisa menjangkau kemana pun,” ungkap Manto berbagi cerita.

Kiatnya, Anda mesti pintar-pintar menunjukkan keunggulan komparatif Anda dibandingkan penyedia jasa sejenis. Misalnya, selain desain yang selalu up-to-date, Anda juga menyediakan garansi perbaikan dan perawatan gratis selama periode tertentu.

Jangan lupa, tampilkan foto-foto hasil proyek yang telah Anda kerjakan berikut harganya. Dengan begitu, calon pemesan bisa menimbang-nimbang lahan, biaya, ataupun model yang diinginkan. “Kalau saya tidak akan memasang banderol harga murah dalam iklan. Saya lebih mempromosikan mutu atau kualitas dan hasil kerja saya. Banderol murah itu kan hanya bahasa iklan, nanti belum termasuk ini itu. Jadi malah mengecewakan pelanggan,” kata Oscar.

Perlu diingat, saking banyaknya pengiklan jasa pembuatan kolam renang akan membuat calon pelanggan lebih jeli. Pelanggan tentu akan membandingkan kualitas dan harga yang sesuai dengan koceknya. Tak heran calon pelanggan sangat kritis karena uang yang akan dikeluarkan juga tidak sedikit.

Menurut Manto, biasanya dia tidak akan mengambil margin yang terlalu besar dari pelanggan yang memesan jasanya lewat internet. “Paling hanya 7% sampai 10%. Kalau tidak begitu, ya, tidak dapat pelanggan, pesaing makin banyak pelanggan juga semakin jeli,” paparnya.

Oscar mengatakan, persaingan bisnis ini memang semakin ketat. Tapi jangan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan pelanggan. Misalnya saja menerima pesanan pelanggan tanpa meminta uang muka. “Kalau sudah kenal tanpa uang muka tidak masalah. Tapi kalau pelanggan baru kenal, harus memberlakukan uang muka,” katanya. Biasanya pelaku meminta uang muka sekitar 20% di awal proyek. Selanjutnya dilunasi secara bertahap.

Bisnis ini bukan tanpa risiko loh. Hampir setiap pemain di bisnis ini mengalami pembayaran yang molor dari pelanggan. Untuk itulah, perlu sekali pendekatan yang lebih personal pada pelanggan.

Demi kelancaran bisnis, sudah seharusnya Anda menjalin hubungan baik dengan pemasok material. Dengan begitu, kita akan mudah mendapatkan pasokan material sekalipun uang yang kita bayarkan belum sepenuh harga.

Awalnya, tentu kita harus rajin berbelanja ke pemasok tersebut dan setoran lancar. “Biasanya kalau sudah kenal, uang belakangan pun akan dikasih barangnya,” ujar Manto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×