kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkah Deddy bergaul dengan Andy Warhol


Jumat, 03 Juli 2015 / 10:00 WIB
Berkah Deddy bergaul dengan Andy Warhol


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

Inspirasi untuk dekorasi ruangan bisa datang dari banyak hal. Ini tentu saja sangat subjektif, tergantung dari kepribadian atau suasana hati dekorator. Pilihan properti untuk dekorasi pun tak terhitung jenisnya. Yang cukup lazim digunakan, misalnya, lukisan.

Nah, beberapa tahun belakangan, ada jenis dekorasi yang jadi tren, yakni pop art. Kata pop art mungkin tak asing lagi di telinga, apalagi bagi anak muda. Pop art merupakan gerakan seni yang sudah muncul sejak tahun 1950-an di Inggris. Namun, seni pop art baru masuk ke Indonesia tak lebih dari sepuluh tahun belakangan.

Bila Anda pernah melihat hiasan dinding berupa gambar tokoh populer, seperti Marilyn Monroe atau Steve Jobs, dengan warna cerah dan bertabrakan, seperti itulah pop art. Ragam pop art ada banyak, tergantung aliran yang diikuti, misal Andy Warhol dan Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP). Warhol lebih akrab bagi orang Amerika. Sementara di Indonesia, aliran WPAP lebih banyak peminat.

Sejatinya, pop art merupakan desain gambar. Namun, banyak orang yang kemudian menjadikannya produk, seperti hiasan dinding, bantal, mug, bahkan asbak. Produk ini biasa dijadikan dekorasi untuk interior, baik di rumah maupun di kafe, restoran, atau ruangan lain.

Peminat produk pop art cukup banyak di Indonesia sehingga menjadi ladang usaha yang prospektif. Salah satu pemainnya, Deddy Satriawan, merintis usaha dekorasi pop art Stripe Store sejak tahun lalu.

Deddy mengaku usaha ini berawal dari minatnya secara pribadi terhadap desain. “Saya pernah menghadiri ekspo di China, lalu saya dapat ide untuk menjual produk pop art di Indonesia,” ceritanya.

Sebelumnya, Deddy sudah punya usaha yang juga berkaitan dengan desain di bawah bendera PT Maliq & Maleeqa. Ia memasarkan kaus untuk anak-anak dan remaja dengan merek usaha Just For Kids dan Typo Error. Usaha ini sudah dimulai sejak 2008.

Sebagai ekspansi bisnisnya, Deddy merintis Stripe Store, yang memproduksi dan menjual produk untuk dekorasi rumah dengan gaya pop art. Mayoritas produknya berupa hiasan dinding yang dengan gambar tokoh terkenal, kutipan, atau slogan yang populer.

Bila kebanyakan produk pop art hanya berupa kanvas, beda halnya dengan Stripe Store yang punya banyak produk. Selain hiasan dinding, Stripe Store memiliki sarung bantal, phone case, asbak, mug, hingga meja yang bertema pop art.

Deddy mengatakan, 90% produk di Stripe Store dibikin sendiri oleh karyawannya. Sisanya merupakan produk toko lain, tapi tetap sesuai dengan konsep pop art. Dari produk pop art yang dibikin sendiri, 70% merupakan hiasan dinding.

Selain membuat stok produk, Strip Store juga menerima permintaan produk sesuai keinginan pelanggan. Deddy mengatakan, biasanya pelanggan menginginkan foto pribadi sebagai hiasan pop art. Berbagai produk di Stripe Store dibanderol  Rp 100.000–Rp 500.000 per item. Selain desain, harga ditentukan dari ukuran produk. Untuk hiasan dinding berukuran kecil 20 cm x 20 cm, Deddy memasang harga sekitar Rp 100.000 per barang.

Stripe Store pertama kali dibuka di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan. Deddy bilang, produk-produk PT Maliq & Maleeqa sebelumnya memang dipasarkan di gerai yang ada di mal. Pengalamannya memasarkan produk di mal juga diterapkan pada Stripe Store. “Ada beberapa toko yang sengaja diletakkan berdekatan dengan gerai produk PT Maliq & Maleeqa lainnya,” cetus dia.

Melihat antusiasme pasar, Deddy tak butuh waktu lama untuk menambah cabang Stripe Store. Hingga kini, Stripe Store sudah punya lima gerai. Selain PIM, Stripe Store hadir di Kelapa Gading, Summarecon Mall Bekasi, Teraskota Serpong, dan Paris van Java, Bandung.

Di tiap gerai Stripe Store, Deddy menjual setidaknya 500 produk per bulan. Laba bersih untuk tiap produk sekitar 30%.


Kreatif mendesain
Tertarik menjajal usaha ini? Syarat utamanya tentu saja kreativitas dalam menghasilkan desain. Deddy bilang, sebenarnya inspirasi desain bisa didapatkan dari banyak hal. Stripe Store memiliki tim creative design dan production yang bekerjasama untuk menghasilkan produk-produk baru.

Yang membuat produknya diminati orang, menurut Deddy, ialah karena Stripe Store memiliki identitas dan konsep yang kuat. Alhasil, orang-orang yang sudah cocok dengan cita rasa seni yang ditampilkan pada produk Stripe Store pasti akan berulang datang kembali ke toko untuk membeli.

Desain produk yang baru jadi salah satu kunci sukses usaha ini. Dus, Deddy menegaskan, inovasi harus terus dilakukan, asal sesuai dengan konsep yang sudah ada. “Kami selalu berusaha menambah produk untuk menggaet customer,” sebut dia.

Pelanggan Stripe Store bukan saja berasal dari perorangan yang ingin mendesain rumah atau apartemen. Dedy bilang, ada juga pemilik usaha kafe atau restoran yang membeli produknya. Jadi, pasar produk ini cukup luas. Bayangkan saja jumlah kafe dan restoran yang terus bertambah.

Namun, yang jadi tantangan usaha ini ialah produk pop art bukanlah kebutuhan primer atau sekunder. Tak seperti baju yang bisa dibeli tiap bulan, penikmat pop art memang tak terus-terusan membeli produk. “Untuk beberapa pelanggan, mungkin membeli produk Stripe Store hanya beberapa kali dalam setahun,” tutur Deddy.

Di sisi lain, jumlah orang yang mengetahui dan tertarik dengan pop art semakin banyak. “Kalau beberapa tahun lalu yang tahu pop art masih sedikit, sekarang sudah semakin banyak jadi pasarnya cukup bagus,” kata dia.

Ketika merintis Stripe Store, Deddy tak butuh waktu lama. Hanya dalam dua bulan persiapan, ia sudah siap membuka gerai pertama di Pondok Indah Mall. Persiapan itu mencakup riset pasar, merekrut karyawan, dan produksi stok awal.

Adapun modal awal untuk membuka gerai, kata Deddy, sebesar Rp 300 juta. Sebagian besar modal itu digunakan untuk menyewa tempat di mal. Sisanya untuk merenovasi tempat usaha serta membuat stok awal. Walaupun mahal, Deddy memang lebih suka membuka gerai di mal. “Tempatnya sesuai dengan positioning kami karena mal sudah jadi gaya hidup bagi banyak orang, terutama untuk target pasar Stripe Store,” ungkapnya.

Untuk produksi, usaha ini membutuhkan mesin cetak stiker digital dan ruang penyimpanan stok. Adapun bahan baku yang diperlukan, yaitu kanvas dan kayu sebagai bingkai poster. Jenis kayu yang digunakan dapat berupa tripleks, MDF, dan multipleks.

Dalam seminggu, dengan jumlah 30 karyawan, Stripe Store bisa memproduksi hingga 2.000 produk. Adapun produk khusus permintaan pelanggan atau custom dibuat maksimal dalam sepuluh hari.

Di sisi lain, penentuan harga produk mencakup tiga hal, yakni menutup biaya sewa tempat, biaya produksi, dan keuntungan sebesar 30%. Deddy menargetkan, tiap gerai sudah balik modal dalam setahun.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×