kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkah melimpah dari kacamata limbah kayu


Rabu, 08 November 2017 / 11:15 WIB
Berkah melimpah dari kacamata limbah kayu


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Limbah industri mebel berupa potongan kayu biasanya berakhir ditempat sampah atau habis dibakar. Tapi, ditangan dingin Yogie Irawan Cendana, limbah kayu ini bisa disulap mencai bingkai kacamata unik. Mereknya East Wood.

Yogie merintis usaha funcraft ini sejak 2013 lalu di Solo, Jawa Tengah. Potensi market yang besar mengundang keseriusannya menekuni bisnis ini. "Konsumen mancanegara itu suka dengan produk kreatif, lagipula kita tidak mungkin bisa mengimpor produk teknologi, kan," cetusnya.  

Bali dia pilih sebagai kota peluncuran pertamanya, karena mengincar konsumen internasional. Kacamatanya pun berhasil menyedot perhatian dan pesanan pun membanjir. Bahkan, produknya bertengger di salah satu galeri di Prancis. Selain itu, dia juga mendapatkan buyer dari Spanyol, Australia dan Inggris. Begitu pula di pasar lokal, Meski lewat penjualan daring, produknya sudah dikirim dari Aceh hingga ke Papua.  

Setelah empat tahun berlalu, Yogie menambah  produknya yakni jam tangan kayu dan sepatu dari serat kayu. Jika harga kacama Rp 500.000-Rp 850.000, jam tangan dia jual mulai Rp 850.000-Rp 1 juta. Sementara, sepatu kulit Rp 500.000-Rp 700.000 per pasang.  

Total kapasitas produksinya 300 unit kacamata per bulan. Sedangkan untuk jam tangan dan sepatu jumlahnya masih terbatas karena masih dalam tahap percobaan. "Saya belum menentukan  jumlah produksi jam tangan. Yang pasti, setiap hari kami membuat dua unit jam," tambahnya.

Untuk tahap produksi, dia dibantu oleh tujuh orang karyawan. Saat pesanan membanjir, anak bungsu dari tiga bersaudara ini akan mempekerjakan peg tambahan hingga 15 orang.

Untuk pekerja, dia banyak mengajak para anak muda yang putus sekolah untuk bergabung. Terutama mereka yang ada disekitar lokasi workshop yang berada di Palur, Solo, Jawa Tengah.

Menggunakan bahan baku dari limbah kayu, dia menjalin kerjasama dengan empat pemain industri mebel yang ada di Solo. Dalam sekali belanja, dia dapat menyetok bahan untuk enam bulan masa produksi.  

Sempat kehabisan modal saat akan peluncuran produk

Optimis produknya bakal disambut pasar mancanegara, Yogie Irawan Cendana serius bergelut dalam bisnis kacamata ramah lingkungan yang dinamai East Wood. Berbekal ilmu desain dan duit Rp 20 juta, dia berbelanja berbagai perlengkapan produksi. Bahan baku sendiri, tak sungkan dia meminta pada teman-temannya yang pengusaha mebel.  

Sadar tak mampu berjalan sendiri, Yogie mengajak para pemuda disekitar tempat tinggalnya untuk bergabung. " Saya ajari (mereka) pelan-pelan karena cari pengrajin kacamata tidak mudah," ujar lelaki berambut gondrong ini.     

Sebagai tahap awal, Yogie pun membuat produk contoh sebanyak-banyaknya untuk promosi. Ternyata, langkah ini menggerus modalnya. Alhasil, saat ingin meluncurkan produknya di Bali, dia terpaksa meminjam uang dari teman dan sanak saudaranya.  

Namun, usaha ini tak sia-sia. Setelah peluncuran East Wood di Bali, laki-laki lulusan Universitas Negeri Solo ini langsung kebanjiran pesanan. Dia bilang, satu buyer bisa memesan 100 pasang kacamata.  

Meski merasa senang dengan respon konsumen, namun banyaknya pesanan juga membuat Yogie pusing. Lantara, dia tak punya modal untuk memproduksi pesanan para buyer tersebut.  

Alhasil, Yogie kembali mengajukan pinjaman modal. Kali ini, dia menggunakan dana pinjaman utnuk membeli alat produksi, instalasi listrik mandiri, sewa workshop dan lainnya. Sebab, sebelumnya produksi dilakukan di rumah perajin.  

Memenuhi semua pesanan dengan standar buyer menjadi kunci East Wood terus berkembang. Hingga sekarang, Yogie masih terus membenahi proses produksinya agar barang  buatannya bisa selalu diterima pasar mancanegara.

Asal tahu saja, proses pembuatan kacamata kayu ini sudah semi modern. Yogie mendesain produk menggunakan komputer, sehingga ukurannya lebih presisi. Ia juga menggunakan teknologi cutting laser dalam proses pemotongan kayu. Pengerjaan tangan (handmade) hanya dilkakukan pada tahap assembling atau penyempurnaan akhir.

Untuk menguatkan pasar, Yogie aktif merilis model kaca mata baru setiap enam bulan. Sampai sekarang sudah puluhan desain kacamata yang dibuatnya.

 

Menjaga kualitas agar bisnis langgeng

Bagi pengusaha start up urusan pasar bukan perkara mudah. Lewat keunikan produknya saja tak cukup. Promosi diberbagai channel  menjadi cara agar produk  cepat terkenal.

Langkah inilah yang dilakoni Yogie Irawan Cendana di tahun pertamanya berbisnis. Ia membuat kampanye isu produk ramah lingkungan, ragam budaya Indonesia, produk kreatif dan lainnya, untuk mendukung promosi East Wood.

Untuk mengembangkan bisnis, Yogie pun tak luput dengan inovasi. Tak hanya jam tangan dan kacamata, ia ingin melengkapi mereknya dengan bermacam produk outfit lainnya, seperti t-shirt dan sepatu. Tapi, tetap mengusung unsur kayu. Saat ini, jam tangan dan sepatu sudah masuk tahap trial pasar.  

Kendala yang dihadapinya saat ini adalah mempertahankan serta menjaga bisnisnya tetap berkesinambungan, sembari terus berinovasi.  Tidak hanya itu, karena mengincar pasar internasional, Yogie wajib  mengikuti standar produksi internasional.

Untuk membenahi dapur produksi, dia banyak menyerap kritik masukan dari para buyer yang ditemuinya, baik di acara pameran dan lainnya. "Mereka pasti bertanya terkait proses produksi dan meminta apakah kami bisa mengakomodir standarnya," ucapnya.

Arus keluar masuk karyawan pun juga menjadi kendala yang kini dihadapi. Mau tidak mau, dia harus memberikan training dari awal kepada karyawan baru untuk menumbuhkan taste yang sama.

Produk funcraft dengan konsep ramah lingkungan, seolah menjadi tren. Kian banyak bermunculan produsen kaca mata kayu. .
Yogie pun sudah merasakan adanya persaingan dalam bisnis  yang ditekuninya. Namun, dia masih santai menghadapinya.

Buatnya, persaingan dapat memicunya untuk lebih kreatif dalam membuat suatu produk. Lagipula, dia sudah menemukan akses langsung ke buyer di luar negeri dan sudah paham dalam memproduksi dalam jumlah besar.

Bahkan, kini, dia membuka ruang bagi para pemain baru yang akan memproduksi kacamata kayu. "Banyak yang datang ke saya untuk belajar, saya terbuka saja. Karena selera orang lain-lain maka tampilan poduknya pasti beda," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×