kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berkreasi dengan serat alam, Eka tembus pasar mancanegara


Rabu, 21 Februari 2018 / 11:25 WIB
Berkreasi dengan serat alam, Eka tembus pasar mancanegara


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Melihat besarnya potensi produksi serat alam, seperti enceng gondok, mendong dan pandan, Ekawati Prayogo terinspirasi memproduksi aksesori menggunakan material serat alam. Melalui usahanya yang bernama Natura Home Deco, perempuan asal Surabaya, Jawa Timur ini mulai memproduksi aksesori rumah tangga seperti taplak meja, kotak tissue, hingga kerajang cucian.

Sebelumnya, pada 2001 Eka memilih memproduksi tas wanita dari enceng gondok. Namun, dia melihat permintaan pasar tak sesuai ekspektasi, lalu memutuskan beralih membuat aksesoris rumah tangga. "Potensi pasar produk dekorasi rumah tangga lebih tinggi, kami melihatnya dari perkembangan toko ritel modern yang menjual aksesori serta kebutuhan dekorasi," katanya.

Dalam sebulan total produksinya mencapai tiga kontainer. Sekitar 95% dari total produksi ditujukan untuk pasar internasional seperti Amerika Serikat, Spayol, Belanda dan Prancis. Sisanya 5%, memenuhi pasar lokal.

Eka menjalin kerjasama dengan beberapa peritel modern, seperti Careffour dan Lotte. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku, dia bekerjasama dengan beberapa pemasok di Ambarawa, Pekalongan, Tasikmalaya dan Gombong. Ada 30 perajinnya yang tersebar di Yogyakarta, Pekalongan, hingga Lombok.

Harga produk kerajinan serat alam ini mulai Rp 15.000 sampai Rp 300.0000 per item. Sayangnya, Eka  enggan menyebutkan total omzet yang dikantongi saban bulannya.

Dalam usaha pembuatan aksesori ini, kendala yang sering didapati oleh perempuan 53 tahun ini adalah waktu pengerjaan yang cukup lama. Ia pun sering  kewalahan saat mendapatkan pesanan dalam waktu singkat. Maklum saja, proses produksinya masih semi handmade.

Tingginya curah hujan  belakangan ini juga membuatnya kesulitan mendapatkan material yang bagus. "Banyak bahan yang rusak dan berkutu," tambahnya. Penjemuran pun harus lebih lama.

Selain itu, belum profesionalnya tenaga kerja juga menghambat waktu produksi. Kebanyakan para perajin mengerjakan produk ini sebagai pekerjaan sampingan. Saat musim panen dan tanam tiba, mereka lebih memilih sibuk mengurus lahan pertaniannya.   

Kedepan, Eka berharap bisa mendapatkan sambutan lebih baik dari pasar lokal. Ajang pameran menjadi salah satu caranya untuk memberikan pengetahuan tentang produk ramah lingkungan, serta memperkenalkan langsung produk buatannya kepada konsumen. Dia optimis bila produknya bakal diterima oleh pasar lokal, tak hanya membuat produk yang fashionable tapi juga memberikan harga jual yang pas untuk pasar lokal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×