kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Bermain sambil belajar di kampung tengah kota


Sabtu, 05 Mei 2018 / 10:10 WIB
Bermain sambil belajar di kampung tengah kota


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Kian banyak kampung wisata dan desa wisata yang menawarkan konsep ruang bermain hijau bermuatan hiburan dan edukasi. Lokasinya pun tak sekadar di pelosok desa, melainkan juga di tengah kota.

Salah satunya Kampung Main Cipulir, yang berada diĀ  kawasan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. "Di sini anak-anak dapat diberi ruang dan pendidikan untuk bersentuhan dengan alam," kata Safitri Siswono, pemilik Kampung Main Cipulir kepada KONTAN.

Di area wisata ini, anak-anak dan keluarga dapat bermain dan belajar berbagai program yang disediakan. Misalnya, membatik, membuat produk kerajinan dari tanah liat, menangkap ikan, bercocok tanam, outbound, flying fox dan lainnya.

Agar bisa memanfaatkan fasilitas dan arena di sana, tempat wisata ini membanderol tiket masuk Rp 7.000 per orang. Untuk kunjungan lembaga atau keluarga yang ingin beraktivitas atau outbound, tarifnya mulai dariĀ  Rp 50.000 per orang.

Perempuan yang akrab disapa Fitri ini menyatakan para pengunjung kebanyakan berasal dari rombongan sekolah dari dalam dan luar Jakarta seperti Bekasi, Banten, dan Bogor. Tak heran bila saat liburan sekolah nanti serta Lebaran menjadi momen yang tersibuk bagi tempat wisata ini.

Rupanya, keberadaan Kampung Cipulir ini membawa berkah bagi warga sekitar lokasi. Tidak sedikit warga setempat yang membuka warung makan didepan rumah. Sebab untuk sampai ke lokasi pengunjung harus melewati jalanan dalam kampung yang dipadati rumah warga.

Selain itu, banyak juga warga sekitar yang menjadi pekerja lepas di Kampung Main Cipulir. Para pekerja lepas tersebut hanya bekerja saat akhir pekan. Sebelum resmi bergabung, mereka harus mengikuti pelatihan yang diberikan manajemen.

Padahal, sebelumnya penduduk sekitar merasa keberatan dengan keberadaan Kampung Cipulir karena bisa membuat suasana perkampungan di sana menjadi ramai dan tidak membuat nyaman penduduk sekitar.

Namun, Safitri berusaha meyakinkan penduduk sekitar kalau keberadaan taman ini bisa memberi efek ekonomi bagi warga sekitar. Setelah mendapat lampu hijau, ia pun mulai menyulap kawasan seluas 3 hektare yang dulunya berupa lahan pepohonan itu menjadi Kampung Cipulir.

Meski sudah dapat izin, tidak mudah bagi perempuan 42 tahun ini mempromosikan kawasan wisata itu, meski tiket masuk murah. Maklum, akses menuju lokasi cukup sulit dan infrastruktur kurang memadai.

Beruntung, keberadaan teknologi digital seperti media sosial membuat semuanya menjadi lancar. Secara perlahan, mulai banyak orang yang berkunjung ke sana berkat promosi media sosial serta dari mulut ke mulut.

Safitri tidak gentar dengan makin banyaknya pemain di bisnis ini. Ia kerap menambah fasilitas, seperti adanya waterboom, aula hingga acara lomba kicau burung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×