kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bersaing sehat dengan kompetitor agar makin sukses


Kamis, 17 April 2014 / 13:31 WIB
Bersaing sehat dengan kompetitor agar makin sukses
ILUSTRASI. Cara mengecek baterai health iPhone.


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Rizki Caturini

Diajeng Solo masih berumur tiga tahun, namun si empunya usaha, Ferry Kurniawan, sudah mencecap manisnya usaha ini. Omzet usaha batik Solo buatannya sudah mencapai Rp 100 juta per bulan. Sebagai pengusaha, ia tentu harus mencetak untung sebesar-besarnya. Namun nyatanya pria kelahiran Sidoarjo, Jawa Timur, ini tidak serakah dan lupa diri.

Contoh saja, jika sedang banyak pesanan produksi batik dan karyawannya sudah kewalahan, Ferry sering merekomendasikan ke pembatik lainnya yang juga ada di Solo, Jawa Tengah. "Antara para perajin batik di Solo biasanya kami saling berbagi pekerjaan ketika sedang sepi pesanan," ujar pria berusia 28 tahun ini.

Melihat pangsa pasar batik yang masih besar, banyak perajin batik yang kian sadar dengan makin bertambahnya pesaing. Ferry bilang, makin banyak warga Solo yang serius mengembangkan batik, baik sebagai perajin atau sebagai pedagang batik. "Manfaat paling nyata dari tumbuhnya industri batik di Solo adalah penyerapan tenaga kerja," ujar Ferry.

Meski persaingan kian sengit, namun jika hal itu disikapi dengan sehat antara sesama perajin, itu tidak lantas menjadi kendala bagi Ferry. "Saya memiliki motif yang khas sehingga tidak ada kekhawatiran dengan persaingan yang kian ketat," ujar Ferry.

Ferry pun tak jarang mendapat pesanan batik yang datang dari rekomendasi perajin batik lainnya. Dulu, ia juga belajar membuat berbagai macam motif batik dari kompetitornya. Itulah yang membuat ia merasa memiliki rasa kebersamaan dengan sesama perajin batik.

Agar usahanya terus berkembang, Ferry terus melakukan promosi dengan rajin mengikuti berbagai macam kegiatan pameran di dalam maupun luar Kota Solo. Ini dia lakukan agar Batik Diajeng Solo makin dikenal bahkan hingga luar negeri. Sebab, Batik Diajeng Solo memiliki nilai budaya khas Solo.

Ferry juga serius memberikan perlindungan hak paten atas motif dan desain Batik Diajeng Solo. "Saat ini kami sedang bekerjasama dengan beberapa perajin batik lainnya dan pemerintah daerah untuk mematenkan kerajinan batik kami," ungkapnya.

Ferry dan para pembatik Solo memiliki satu visi untuk mengangkat nama Solo melalui produksi batik bermotif khas. Agar batik-batik itu lahir dari tangan warga Solo asli, hingga saat ini merekrut perajin batik yang berasal dari Solo asli.

Sumber daya manusia (SDM) ia akui memang masih menjadi kendala hingga kini. Seiring berkembangnya usaha, tentu ia harus menambah perajin. "Namun mencari SDM bagi pengusaha memang selalu menjadi kendala," tutur Ferry.

Meski begitu, Ferry optimistis Batik Diajeng Solo terus berkembang. Tahun ini dia akan terus meningkatkan produksi batik agar pasar ekspornya makin luas. Selain Malaysia dan Jepang, negara Singapura akan menjadi salah satu negara tujuan ekspornya. Tidak hanya jumlah produksi, jenis produk pun akan dia tambah. "Saya akan mulai memproduksi bed cover batik untuk ekspor," ujar Ferry.  Dia bilang, agar makin sukses, menjalin kerjasama sekaligus bersaing sehat dengan kompetitor adalah salah satu jalannya.     n

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×