kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bertandang ke Jember melihat sentra genteng (1)


Kamis, 01 Januari 2015 / 15:07 WIB
Bertandang ke Jember melihat sentra genteng (1)


Reporter: Yuthi Fatimah | Editor: Rizki Caturini

Kota Jember di Jawa Timur terkenal sebagai salah satu wilayah penghasil tembakau utama di Indonesia. Oleh karena itu, sebagian besar penduduk kota ini berprofesi sebagai petani.

Meski begitu, banyak juga industri lainnya yang beroperasi di kota ini, salah satunya adalah pusat industri produksi genteng. Lokasi sentra ini berada di Desa Balung Kidul, Kecamatan Balung, Jember.

Lokasi sentra ini berada di sepanjang pinggir jalan memasuki Desa Balung Kidul. Tumpukan dan susunan genteng tampak berderet di pinggir jalan sebagai tanda tempat ini merupakan pusat pembuatan dan penjualan genteng dari tanah liat. Ada sekitar 50 perajin sekaligus penjual genteng di Desa Balung Kidul ini.

Nanang Suyitno, salah satu produsen dan penjual genteng di sentra ini, mengatakan, wilayah ini sudah sejak puluhan tahun silam  menjadi pusat produksi dan penjualan genteng. Meski usia sentra ini sudah tua, peredaran genteng buatan para perajin di Desa Balung Kidul ini terbatas hanya di sekitar daerah Jember, Banyuwangi. Paling jauh memenuhi pasar Bali.

Umiyati, penjual genteng lainnya mengaku sudah 14 tahun mengelola bisnis genteng. Ia menjual tiga jenis genteng, yaitu karang pilang, mantili, dan pres. Dari ketiga jenis tersebut, genteng karang pilang yang menurutnya memiliki kualitas paling bagus.

Oleh karena itu, harganya pun lebih tinggi dari jenis yang lain, yaitu Rp 1.800 per unit. Untuk genteng jenis mantili dibanderol sebesar Rp 1.000 per unit, sedangkan Rp 950 per unit untuk genteng jenis pres.

Harga tersebut hanya berlaku bagi pelanggan yang berada di sekitar Jember. Adapun harga jual untuk pembeli di luar Jember lebih mahal sekitar Rp 100-Rp 200 per genteng. "Karena disesuaikan dengan jarak pengiriman genteng," ujar Umiyati.

Dalam sebulan, Umiyati bisa menjual sekitar 25.000 unit genteng. Namun di akhir tahun seperti sekarang ini, penjualan bisa berlipat ganda menjadi 50.000 unit per bulan. Sebab, memasuki November hingga Desember biasanya adalah musim ramai proyek pembangunan seperti sekolah dan perumahan.

Umi bisa meraup omzet hingga Rp 60 juta per bulan ketika permintaan ramai seperti sekarang. Adapun pada bulan-bulan biasa omzet Umi sekitar Rp 30 juta. Umi menyatakan, keuntungan bersih yang dapat ia nikmati sekitar 15% dari omzet yang ia terima per bulan.

Sementara Imam Hariadi, pria yang menjual genteng sejak 1993 ini mengaku bisa meraup omzet hingga Rp 200 juta per bulan. Sebab, harga jual dibanderol lebih mahal, yakni berkisar Rp 1.200 hingga Rp 2.500 per buah. Dalam sebulan Imam juga bisa menjual genteng lebih banyak yakni sekitar 75.000−150.000 unit.

Untuk produksi, Imam dibantu oleh 25 karyawan. Jika musim hujan seperti sekarang, jumlah produksi bisa berkurang setengahnya. Sebab, proses pengeringan genteng membutuhkan waktu yang lebih panjang. Harga jual genteng pun sudah tersengat kenaikan harga BBM subsidi. Gara-gara harga BBM naik, harga genteng naik antara Rp 200-Rp 300 per unit.         

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×