kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bertandang ke sentra sapi perah di Malang (2)


Sabtu, 06 Mei 2017 / 10:05 WIB
Bertandang ke sentra sapi perah di Malang (2)


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Johana K.

Sentra peternakan sapi perah di Desa Sebaluh, Kelurahan Pandesari, Kecamatan Pujon merupakan yang terbesar di Malang, Jawa Timur. Setiap hari peternak memasok susu ke koperasi, untuk dikirimkan ke pabrik Nestle. Untuk menjamin pasokan susunya, para peternak selalu menjaga kondisi kesehatan sapi.

Seperti yang dilakukan oleh Patia Ningsih, salah satu  peternak sapi perah di Sebaluh. Semenjak beternak sapi pada 992, dia merawat baik-baik sapinya. Termasuk menjaganya supaya tak stress. Ini semua dia lakukan supaya susu yang dihasilkan berkualitas. "Kalau sapi suka sakit atau tidak bisa bangun itu susu tidak bisa diperah. Saya pernah mengalami kejadian itu selama sebulan," sebut Patia.

Kini, dia pun rutin memberi vitamin dan mengecek stamina sapi ke dokter. Hal ini juga dilakukan oleh peternak lainnya.

Sementara, soal pemasaran, dia menyerahkan sepenuhnya kepada koperasi. Sebab, seluruh penjualan susu ke pabrik Nestle dikelola oleh koperasi.

Selama ini, koperasi tidak menuntut kapasitas produksi dari para peternak. Hanya saja, ada beberapa aturan yang ditetapkan oleh koperasi bagi anggota. Seperti anggota yang sudah bergabung dengan koperasi tidak boleh menerima pesanan dari pembeli atau koperasi lain. "Beberapa bulan lalu ada salah satu anggota yang terima pesanan langsung dari pembeli dan langsung di non-aktifkan keanggotaannya," ujarnya.

Tidak hanya itu, koperasi juga kerap mengadakan pertemuan untuk bisa menerima masukan ataupun diskusi terkait usaha peternak sapi perah. Patia bercerita, hampir seminggu sekali, ketua koperasi mengadakan pertemuan di balai warga.

Di koperasi Desa Sebaluh, kurang lebih ada 100 anggota yang bergabung. Untuk bergabung, anggota tidak ada biaya iuran. Hanya, ketika anggota yang merupakan peternak sapi membutuhkan bantuan medis, pembayaran dilakukan dengan pemotongan hasil penjualan susu sebesar 20%.

Selain memperhatikan kesehatan sapi perahnya. untuk menjaga pasokan susu ke koperasi, Jamal Kurnia membeli sapi-sapi perah baru. Lalu, dia menjual sapi miliknya yang sering sakit-sakitan. "Biasanya kalau sapi sering sakit, saya jual lagi dan hasilnya beli sapi baru," tambahnya.

Menjadi peternak sapi dan penjual susu tidaklah mudah bagi Jamal. Dibantu sang istri, Jamal menjelaskan,  mengurus sapi butuh ketelatenan dan ketekunan. Apalagi, sang istri kerap terkena tendangan kaki sapi saat sapi-sapi itu harus dimandikan.

Karena itu, butuh tubuh yang kuat untuk mengurus sapi. "Jadi tidak hanya sapi yang minum vitamin, peternak harus sehat agar sapi bisa terurus dengan baik juga," imbuh Jamal.

Sulitnya mengurus sapi memang bukanlah isapan jempol. Tak heran, peternakan kerap menjadi tempat magang bagi sejumlah mabahsiswa dari sekolah ataupun universitas di  Mojokerto, Pasuruan, Bandung dan lainnya. Patia bilang, mereka belajar merawat sapi perah.

Selain itu, para peternak juga kerap dikunjungi turis serta karyawan Nestle yang ingin melihat kondisi sapi ataupun saat sapi diperah. "Koperasi juga pernah mengundang pihak Nestle untuk memberi penataran mengenai pengolahan yang higienis dan mengurus sapi agar sehat," kata Patia.       

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×