kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biar tak bergantung lagi pada pengepul anyaman


Minggu, 19 Agustus 2018 / 16:05 WIB
Biar tak bergantung lagi pada pengepul anyaman


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Desa Karang Gayam, Kebumen, Jawa Tengah menjadi salah satu desa penghasil kerajinan anyaman pandan. Namun, selama ini, para perajin hanya mengayam dalam bentuk lembaran. Lantas, lembaran anyaman itu dibentuk menjadi perkakas oleh perajin lainnya di luar Kebumen.

Untuk meningkatkan nilai jual dan mengurangi ketergantungan dari para pengepul anyaman, Muhammad Suwoto pun memberi pelatihan bagi perajin anyaman. Khususnya, para ibu rumah tangga di desa tersebut. Suwoto mengajari mereka untuk membuat produk anyaman jadi siap pakai.  

Niat Suwoto, awalnya hanya ingin mengubah nasib para perajin. "Saat permintaan terus menurun, terbersit ide untuk membuat anyaman jadi," kata Suwoto.

Ia sendiri belajar secara otodidak ketrampilan ini. Namun, laki-laki yang lebih akrab disapa Mas Oto juga pernah ikut kursus menganyam. Lantas, ia menularkan ketrampilan tersebut pada ibu-ibu Desa Karang Gayam.  

Mas Oto sudah memberi pelatihan sejak empat tahun lalu. Awalnya, ia bilang, cukup sulit untuk meyakinkan warga membuat produk jadi. Alasannya, warga takut barang tidak akan laku terjual. Apalagi, membuat produk jadi butuh kemahiran pula.  

Sebagai solusi soal pemasaran, pada tahun 2017 Mas Oto mendirikan Jaxee. Melalui Jaxee, ia menampung seluruh hasil karya para ibu rumah tangga. Kebanyakan, jenis produknya adalah aksesoris perempuan seperti sandal, topi, dan tas tangan (handbag), dompet, kipas, dan lainnya.

Harganya pun dibanderol bervariasi, mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 400.000 per buah. Konsumennya didominasi masyarakat kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Bali dan lainnya. Bahkan, sebagian produknya sudah dikirimkan keluar negeri melalui bantuan pihak ketiga.

Dalam sebulan, total produksinya sekitar 1.000 unit. Untuk mengelola Jaxee, laki-laki 32 tahun ini dibantu enam orang ibu rumah tangga. Mereka bertugas menyiapkan seluruh pesanan para pembeli.   

Meski sudah lama menjalin kerjasama, Mas Oto mengaku masih kesulitan melakukan kontrol kualitas untuk hasil produksi para ibu rumah tangga. "Mereka bukan anak buah saya, tapi mitra kerja sehingga tidak bisa diberikan tekanan," jelasnya.

Meski begitu, Mas Oto tetap punya target bisnis. Dalam jangka pendek, dia ingin menembus pasar luar negeri tanpa perantara pihak ketiga. Oleh karena itu, dia akan meningkatkan kapasitas produksi.

Dengan kebutuhan yang besar, Mas Oto berharap warga benar-benar bisa terlepas dari ketergantungan pembelian bahan baku dari pengepul luar kota dan memperkaya perajin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×