kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45934,39   6,03   0.65%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis ayam goreng masih renyah


Senin, 04 Maret 2013 / 12:00 WIB
Bisnis ayam goreng masih renyah
ILUSTRASI. Mata uang kripto.


Reporter: Revi Yohana, Marantina, Noor Muhammad Falih, Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Ayam goreng berbalut tepung menjadi salah satu menu andalan pengusaha makanan cepat saji. Meski banyak jenis makanan baru bermunculan, makanan yang akrab dengan sebutan fried chicken ini bisa dibilang menjadi salah satu jawara lantaran punya banyak penggemar.  

Ayam goreng tepung memang menggoda selera dari kalangan menengah bawah yang punya pasar luar biasa besar. Rasa gurih dan renyah daru lapisan tepung yang membalut daging ayam menjadi daya tarik anak-anak hingga remaja.

Menu makanan yang satu ini juga menjadi pilihan bagi orang yang memiliki waktu terbatas. Maklum, untuk menyantapnya, tidak membutuhkan waktu lama. Wajar bila banyakrestoran cepat saji yang mengandalkan menu ini terus bertumbuh hingga kini.

Agar pembaca bisa menghitung prospek dan potensi bisnis ini, KONTAN mengulas tiga merek usaha yang mengusung menu andalan ayam goreng tepung, yaitu Quick Chicken, Red Chicken dan Rocket Fried Chicken.

Gerai ketiga usaha ini masih terus bertumbuh. Bahkan, dua diantaranya tumbuh signifikan. Ketiga brand usaha ini mampu bersaing, lantaran membidik pasar menengah ke bawah yang terbilang besar. Simak ulasannya:

Quick Chicken

Quick Chicken berdiri sejak tahun 2000 di Yogyakarta. Pemiliknya mulai menawarkan kemitraan sejak 2008 silam. Brand yang satu ini sudah cukup dikenal masyarakat, karena gerai merek ini banyak dan telah tersebar di berbagai kawasan.

Saat KONTAN mengulas usaha ini April 2011, gerai Quick Chicken 146." Kini sudah ada total 229 gerai," kata Indra Sofyan, Franchise and Marketing Manager Quick Chicken. Sebanyak 72 gerai milik pusat, selebihnya milik mitra.

Semula, Quick Chicken hanya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, dalam setahun terakhir,  cukup banyak gerai yang dibuka di Jabodetabek, Kalimantan dan Sulawesi. Menurut Indra, selain karena promosi, gerai terus bertambah karena pihaknya menjaga ketat penerapan standar operasional setiap gerai.

"Kami fokus pada pengembangan internal. Jika operasional baik, maka pengunjung pasti ramai. Baik pelanggan maupun calon mitra tentu akan tertarik," kata Indra.

Strategi lainnya, dengan memberikan harga yang kompetitif. Bagi pelanggan, Quick Chicken menawarkan paket mulai dari Rp 8.500 untuk satu paket nasi, ayam goreng tepung, serta minuman.

Sementara, bagi calon mitra, harga paket investasi pun telah dipangkas menjadi lebih murah. Sebelumnya, Quick Chicken menawarkan paket investasi sebesar Rp 316 juta. Ini sudah termasuk franchise fee Rp 25 juta selama 5 tahun, peralatan, bahan baku awal, renovasi dan opening fee.

Sekarang, paket investasi diturunkan menjadi Rp 297 juta "Harga franchise fee sebetulnya naik, tapi kami bisa menekan harga beli perlengkapan dan renovasi karena membeli dalam partai besar," papar Indra.

Quick Chicken menargetkan tahun ini bisa menambah 40 mitra. "Dalam dua bulan pertama, target tersebut telah tercapai 15% atau sudah ada 6 mitra baru," klaim Indra.

Red Chicken

Red Chicken merupakan kemitraan ayam goreng tepung yang awalnya berdiri di Semarang pada 2009. Setahun kemudian, pemilik Red Chicken, Muhammad Mashar, membuka peluang kemitraan untuk memperluas jaringan bisnisnya.

Ketika awal 2012 KONTAN mengulas kemitraan ini, sudah ada enam gerai Red Chicken yang dimiliki oleh mitra, selain satu gerai milik sendiri.Hanya dalam setahun, gerai ini berkembang pesat, hingga memiliki total 33 gerai saat ini. Sepuluh di antaranya milik Mashar. Gerai tersebut tersebar di Surabaya, Cirebon, Semarang, Bandung, Pematang Siantar, dan Palembang.

Mashar optimistis, selama ayam goreng citarasa Barat masih dinikmati masyarakat, bisnis ayam goreng miliknya akan terus berkibar. Apalagi, Mashar menyajikan ayam goreng tepung dengan harga yang relatif murah. Sampai sekarang, dia belum menaikkan harga jual produk. Satu potong ayam dijual berkisar Rp 4.000-Rp 7.000.

Dia bilang, lantaran Red Chicken menyasar konsumen  kelas menengah, bisnis ini punya banyak pesaing. Jadi, Mashar tidak berani mengambil resiko penurunan omzet mitra, jika mengerek harga jual produk.
Dengan harga jual yang sama, dia yakin, mitra bisa mengantongi omzet mulai dari Rp 220.000 hingga Rp 1,7 juta dalam sehari. Artinya, saban bulan mitra bisa meraup omzet berkisar Rp 6,6 - Rp 51 juta. Setelah lima tahun berjalan, mitra wajib membayar royalty fee 5% dari omzet.

Sejauh ini, paket investasi yang ditawarkan Red Chicken tidak berubah dibandingkan tahun lalu. Red Chicken menawarkan enam paket pilihan, yakni paket mini konter senilai Rp 3,8 juta. Lalu, paket becak senilai Rp 6 juta. Paket booth dengan investasi Rp 6,8 juta. Paket motor roda tiga sebesar Rp 9,8 juta. Paket corner senilai Rp 19,8 juta. Adapun paket termahal, full resto dengan biaya Rp 68 juta.

Mashar mengklaim, keberhasilannya menggaet mitra juga didukung banyaknya pilihan paket yang ditawarkan. "Kebanyakan mitra tertarik beli paket mini konter, karena investasi yang relatif terjangkau," ujarnya.

Pria asli Semarang ini tidak menargetkan pertambahan jumlah mitra di tahun ini. Dia bilang, tahun ini ingin fokus memperbaiki kualitas produk. Dia akan menambah produk minuman, seperti es teh di setiap gerai Red Chicken.

Rocket Fried Chicken

Meski tidak secepat dua brand sebelumnya, namun bisnis Rocket Fried Chicken (RFC) asal Bandung masih menunjukkan pertumbuhan. Tahun lalu, RFC memiliki 70 gerai, di mana 60 gerai merupakan milik mitra. Tahun ini, RFC baru menambah lima gerai milik mitra.

Marketing Franchise RFC Reno Syafrudin bilang, pertumbuhan agak lambat lantaran banyak kompetitor baru bermunculan di Bandung.

Menurut Reno, setidaknya ada dua brand franchise ayam goreng krispi baru yang hadir di Bandung. Keduanya menjadi kompetitor kuat RFC. "Mereka bahkan menawarkan paket waralaba yang lebih murah. Tapi, saat ini, kami belum berencana mengubah harga jual produk maupun paket franchise," katanya.

RFC menawarkan 4 paket investasi. Paket pertama, kios 24 meter persegi (m2) dengan investasi Rp 65 juta. Lalu, paket ruko 40 m2 sebesar Rp 105 juta. Paket mini cafe 80 m2 senilai Rp 165 juta, dan paket resto 120 m2 dengan investasi Rp 225 juta.

Mitra akan dibekali dengan hak penggunaan merek Rocket Fried Chicken, manajemen dan sistem franchise yang teratur, dukungan survei dan training dari pusat, bahan baku, promosi, dan resep.

Reno tidak mengubah besaran paket investasi, lantaran dia masih yakin bisnis ini menarik dan memberi keuntungan bagus. Asal tahu saja, target konsumen dari RFC cukup besar, yaitu dari kalangan menengah ke bawah. Harga menunya sangat terjangkau, yaitu berkisar Rp 6.000 hingga Rp 7000.

Mitra diharapkan bisa balik modal dalam 10-26 bulan. "Bahkan di Tolitoli, Sulawesi Tengah sudah ada yang balik modal dalam 6 bulan," klaim Reno.

Kata Reno, supaya target balik modal tercapai, ia menyarankan mitra membuka gerai di lokasi yang belum  ada kompetitor. Selain itu, tempat juga harus cukup luas, agar bisa menarik konsumen yang betah nongkrong berlama-lama di gerai RFC. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×