kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis es krim masih tetap menggoda


Minggu, 21 September 2014 / 16:15 WIB
Bisnis es krim masih tetap menggoda
Asing Banyak Melego Saham-Saham Ini Saat IHSG Menguat Tipis pada Selasa (4/4)


Reporter: Cindy Silviana Sukma, Primasyah Kristanto, Rani Nossar, Tri Sulistiowati | Editor: Rizki Caturini

Saat panas terik di siang hari, menjilat dan menyeruput es krim terasa begitu menyegarkan. Tidak hanya rasa es krim yang nikmat serta sesasi dingin yang mampu mengurangi dahaga, bisnis kudapan ini pun tidak kalah menggiurkan. Banyak pelaku usaha kuliner menawarkan bisnis es krim lewat kemitraan.

Nah, pasarnya yang selalu ada membuat bisnis ini masih mendapat tempat. Ini terbukti beberapa tawaran kemitraan es krim yang pernah KONTAN ulas sebelumnya, mengalami pertumbuhan bisnis yang lumayan. Seperti Es Krim 99 dan Ice Kitchen yang mampu menambah mitra usaha di berbagai daerah. Hanya Es Krim Goreng Kezam yang mengalami penurunan jumlah mitra.  

Untuk mengetahui kondisi usaha dan perkembangan serta kendala bisnis yang selama ini mereka dihadapi, kali ini KONTAN akan mengulas perkembangan ketiga brand es krim tersebut. Berikut ulasannya:  

Es Krim 99

Es Krim 99 mulai berdiri pada tahun 2012 di Surabaya, Jawa Timur. Saat KONTAN mengulas usaha ini pada Februari 2013 lalu, mitra usaha Es Krim 99 sudah mencapai 35 mitra. Lokasi usaha mitra masih terpusat di Pulau Jawa, seperti Sidoarjo, Surabaya, Depok, dan Bandung.

Kini, lebih dari setahun berselang, mitra Es Krim 99 meningkat cukup tinggi dari 35 mitra menjadi 85 mitra. Lokasi mitra pun makin tersebar ke kota-kota di luar Pulau Jawa seperti Medan, Pekanbaru, Balikpapan, Banjarmasin, hingga ke Sorong, Papua. Sedangkan pusat hanya memiliki dua gerai yang berlokasi di Malang dan Surabaya.

Subrata Kesuma, pemilik Es Krim 99 membeberkan, pertumbuhan jumlah mitra usaha yang positif disebabkan oleh gencarnya manajemen pusat melakukan inovasi produk. Awalnya Es Krim 99 hanya menawarkan empat varian rasa seperti cokelat, stroberi, durian, dan vanila. Selain itu, dulu satu mangkuk es krim hanya untuk satu rasa.

Sekarang, Subrata menciptakan tambahan rasa hingga mencapai 11 pilihan rasa seperti anggur, melon, bluberi, leci, dan masih banyak lagi. Ia juga menawarkan menu satu mangkun es krim bisa dicampur hingga tiga rasa dengan tambahan taburan biskuit cokelat. "Saya berusaha memanjakan konsumen, namun dengan harga jual yang murah hanya Rp 2.000 per mangkuk," kata dia.

Harga jual sebesar itu sudah mengalami kenaikan. Awalnya dia hanya membanderol es krim seharga Rp 1.000 per mangkuk. Selain harga jual, nilai investasi yang ditawarkan pun meningkat. Saat pertama kali menawarkan kemitraan, paket investasinya sebesar Rp 6,9 juta untuk pengadaan peralatan pembuatan es krim, pelatihan, lisensi, serta alat-alat pendukung seperti kulkas atau freezer. Sekarang, paket investasi naik menjadi Rp 8 juta. Hal ini disebabkan harga mesin pembuat es krim dan bahan baku yang naik.

Bagi Subrata, keuntungan yang besar dengan mematok harga jual yang tinggi tidak menjadi tujuan utamannya. Menurut dia, yang terpenting adalah membuat Es Krim 99 dikenal banyak orang sebagai es krim yang murah meriah dengan rasa lezat.

Hingga akhir tahun 2014, Subrata tidak menyebutkan target pertambahan mitra. Sebab, kata dia hampir setiap bulan ada mitra baru. Namun hingga kini dia belum memiliki mitra di Jakarta. "Pasar Es Krim 99 mungkin memang cocok di luar daerah, karena di Jakarta sudah terlalu banyak alternatif kudapan, " kata dia.

Ice Kitchen

Usaha ini dirintis Salman Rijae sejak 2009 ketika dia masih di Purwokerto, Jawa Tengah. Dia menawarkan produk es krim goreng, yakni roti yang diisi dengan es krim yang kemudian digoreng. Dengan adonan khusus, es krim tidak mencair ketika digoreng.

Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan Ice Kitchen ini pada November 2013, Ice Kitchen sudah memiliki 15 mitra usaha. Kini, mitra Ice Kitchen sudah berkembang menjadi 25 mitra. Menurut Salman Rijae selaku pemilik Ice Kitchen, peminat es krim semakin tinggi karena makanan ini praktis dijadikan sebagai kudapan di kala senggang dan ketika panas terik.

Paket investasi yang ditawarkan sudah mengalami kenaikan. Pada dua paket booth portable, ada kenaikan harga sebesar Rp 500.000 dari harga Rp 3,5 juta dan Rp 4 juta menjadi Rp 4 juta dan Rp 4,5 juta. Menurut Salman, kenaikan ini dikarenakan harga bahan baku untuk membuat booth mengalami kenaikan. Selain mendapatkan booth, mitra tetap mendapatkan bahan baku awal, peralatan serta pelatihan karyawan.

Namun dia tidak menaikkan harga paket investasi gerobak aluminium yang sebesar Rp 6 juta dan paket counter aluminium yang sebesar Rp 12 juta. Selain itu, dia juga tidak menaikkan harga jual per menu, masih tetap di harga Rp 7.000 hingga Rp 8.500 per porsi.

Varian rasa yang ditawarkan mulai dari cokelat, vanila Oreo, moka, strawberry dan durian. Untuk taburan, konsumen bisa memilih susu coklat, strawberry, blueberry atau white cream. Salman bilang, kelebihan dari es krim goreng yang disajikan Ice Kitchen adalah bentuk es krim yang lain daripada yang lain. Roti yang dia gunakan berbentuk bulat dan ukurannya juga lebih besar dibanding produk lain.

Menurut Salman, satu gerai Ice Kitchen sanggup menjual sekitar 20 hingga 100 porsi per hari. Adapun omzet yang diperoleh berkisar antara Rp 2,8 juta−Rp 8 juta saban bulan. Ke depannya, Ice Kitchen akan menambah varian menu yakni es krim moci dan ice cream sandwich. Untuk mendongkrak penjualan,

Salman juga tetap gencar mempromosikan produknya melalui internet dan media sosial. Salman bilang, kendala yang selama ini sering dialami terletak pada pengiriman paket usaha. “Terkadang molor selama beberapa hari, apalagi yang di luar Jawa,” ujarnya. Hingga akhir tahun ini Salman menargetkan pertambahan mitra sebanyak 30 mitra.

Es Krim Goreng Kezam

Usaha ini didirikan Esty Surwanti di Bekasi, Jawa Barat pada tahun 2012. KONTAN sempat mengulas kemitraan ini pada Juli 2013. Pada saat Esty telah memiliki 14 mitra usaha. Namun kini, mitra usahanya tersisa 11 gerai. Menurutnya, kemuduran jumlah mitra usaha karena pemilihan lokasi penjualan yang kurang strategis. Meski begitu, lanjut Esty, minat mitra usaha baru masih cukup banyak. Namun, ia kini lebih selektif mencari mitra termasuk penentuan lokasi usaha.

Selain itu, bisnisnya pun meredup. Jika dua tahun lalu mitra bisa menjual sekitar 100 potong per hari, kini penjualan sebanyak 100 potong baru bisa tercapai dalam dua hari.

Sementara untuk paket investasi yang ditawarkan naik dari Rp 7,5 juta menjadi Rp 10 juta. Mitra akan mendapatkan booth, perlengkapan jualan, pelatihan, standing banner, termasuk biaya royalti Rp 2 juta dan bahan baku awal sebanyak 100 porsi es krim goreng.

Dia dulu menjanjikan, omzet mitra usaha bisa mencapai Rp 9 juta per bulan. "Rata-rata mitra dalam satu hari bisa mendapat omzet sekitar Rp 300.000−Rp 400.000 atau lebih," kata Esty. Adapun harga jual es krim dibanderol mulai Rp 6.000 hingga Rp 15.000 per porsi. Dengan laba bersih sekitar 20%, mitra bisa balik modal sekitar tiga bulan.

Hingga akhir tahun, Esty tidak menargetkan jumlah mitra baru. Namun, ia berharap mitranya mendapat kemudahan ijin membuka booth di mini market seperti Indomaret atau Alfamart.                      

Konsultan Proverb Consulting, Erwin Halim menilai, potensi usaha es krim masih tergolong bagus karena pasarnya juga masih besar. Apalagi Indonesia adalah negara tropis, sehingga masyarakatnya menggemari es krim sebagai kudapan untuk mengurangi dahaga.  

Sayangnya, sebagian besar pemilik usaha es krim di sini tidak maksimal melakukan branding usaha. Tujuan utama menjalankan branding dalam bisnis itu adalah agar usaha mereka lebih dikenal oleh masyarakat yang merupakan target pasar mereka.

Cara paling cocok untuk melakukan branding adalah dengan menggunakan strategi bellow the line seperti promosi lewat media cetak, menyebarkan brosur, dan lainnya. Selain itu, membuat produk yang berbeda dari yang lain sebagai ciri khas juga bisa menjadi pilihan, atau seperti menambah aneka topping dan rasa es krim yang lebih beragam.

Kesuksesan usaha es krim juga ditentukan oleh lokasi. Bila lokasi tidak strategis, otomatis tidak dapat menjangkau target konsumen. Para pemilik usaha es krim juga bisa memberikan pilihan kepada mitra dengan model gerobak usaha menggunakan sepeda. Sehingga, mereka bisa berpindah-pindah lokasi dan juga tidak perlu membayar uang sewa tempat. "Mereka bisa memilih lokasi yang banyak pembelinya," jelasnya.

Pemilihan lokasi yang kurang tepat tentu akan mempengaruhi penjualan. Ini terjadi pada usaha Es Krim Goreng Kezam. Mitra usaha berkurang lantaran beberapa mitra tidak mampu meraih target penjualan lantaran lokasi usaha tidak tepat sasaran.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×