kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis gerai sushi masih gurih


Selasa, 02 Februari 2016 / 16:13 WIB
Bisnis gerai sushi masih gurih


Reporter: Elisabeth Adventa, Izzatul Mazidah, Jane Aprilyani, Teodosius Domina | Editor: S.S. Kurniawan

Peluang usaha makanan asing memang sudah sejak lama menarik perhatian. Salah satunya sushi yang merupakan salah satu olahan kuliner Jepang yang disukai masyarakat di tanah air. Tidak sedikit dari pelaku usaha sushi yang bermunculan di tanah air menawarkan kemitraan usaha untuk mengembangkan usaha.

Kali ini, KONTAN akan mengulas kembali tiga tawaran kemitraan sushi yaitu Zushioda Japanese Street Sushi, Sushi Similikiti, dan Dekuzasushi. Usaha mereka ada yang berkembang, ada pula yang menutup usahanya. Simak ulasan lengkapnya: 

Zushioda Yatai

Usaha yang dirintis Aditya Yodha pada pertengahan 2009 ini menawarkan sushi dengan konsep kaki lima. Sejak berdiri, Aditya langsung menawarkan peluang kerjasama.

Saat KONTAN mengulas tawaran kemitraan Zushioda pada tahun 2014 silam, tercatat ada15 gerai mitra yang beroperasi tersebar di Jakarta, Bekasi, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Bali, dan kota lainnya.

Lebih dari setahun berselang, saat ini Zushioda sudah memiliki 28 gerai, yakni 27 gerai milik mitra yang tersebar di Jawa, Bali Sumatra, Kalimantan, hingga Sulawesi dan satu gerai pusat yang ada di Galaxi City, Bekasi. "Tahun ini, rencananya akan menambah tiga gerai di Malang, Samarinda, dan Tarakan,” ujar Aditya.

Menurutnya, sejak tahun 2012 bisnisnya mulai berkembang baik. Ini terlihat dari banyak mitra yang mau bergabung. Kondisi ini terus berlanjut hingga tahun 2015.

Sementara untuk paket investasi, terjadi peningkatan dari Rp 75 juta menjadi  Rp 80 juta. Kenaikan nilai investasi tentunya diimbangi dengan menu yang kian beragam.

Zushioda kini tidak hanya menyediakan menu sushi, tetapi juga menu di luar sushi, seperti ramen dan snack ala Jepang. Total ada 60 menu campuran dengan 10 menu sushi. “Menu sushi andalan kita namanya Ryujin Roll. Sushi dengan panjang 60 cm yang ujungnya ada kepala lobster,” ujar Aditya.

Kedai sushi ini membanderol menu dengan kisaran harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000 per porsi, kecuali menu Ryujin Roll yang dijual Rp 65.000 per porsi. 

Sistem kemitraan yang diterapkan oleh Aditya cukup sederhana. Pada paket Rp 80 juta, mitra akan dapat peralatan lengkap, booth dan bahan baku  awal. Itu di luar biaya sewa tempat, karyawan dan perlengkapan kedai seperti kursi dan meja.

Pusat tidak mengutip biaya royalti atau bagi hasil per bulan, namun semua bahan baku impor per bulan wajib diambil dari pusat.

Rata-rata omzet yang diperoleh para mitra daerah Jabotabek sekitar Rp 3 juta–Rp 5 juta per hari. Praktis dalam satu bulan mereka bisa mengantongi Rp 90 juta–Rp 150 juta per bulan. Laba bersih yang dikantongi para mitra mencapai 30%–40% dari omzet per bulan.

Dari situ, target balik modal sekitar lima bulan. Hal tersebut terjadi karena terkendala mahalnya sewa tempat dan gaji karyawan.

Aditya mengaku kendala lain yang dihadapi oleh dirinya yakni sulitnya mengontrol cabang dengan jumlah banyak dan lokasi yang berjauhan. “Cabang banyak, beda kota, seleranya juga beda. Kadang ada yang mau inovasi menu sesuai selera mereka,” ujar pria lulusan teknik mesin ini.

Karena kendala itulah, Aditya berusaha membatasi mitra yang mau bergabung di tahun ini. “Saya lebih selektif juga kalau memilih investor. Lebih baik cabang sedikit tapi bisa terurus daripada banyak tapi sulit untuk mengurusnya," tuturnya. 

Sushi Similikiti

Pelaku usaha lainnya yang menawarkan kemitraan sushi adalah Amanda Yuko. Mendirikan usaha sejak Januari 2012, Yuko pun langsung menawarkan kemitraan.

Saat KONTAN mengulas tawaran ini pada Mei 2013, gerai Sushi Similikiti mencapai tujuh gerai, di antaranya enam gerai milik mitra dan sisanya milik pusat. Kini, dengan perkembangan waktu, jumlah gerai Sushi Similikiti ikut bertambah hingga sebanyak 15 gerai,  yaitu 14 gerai milik mitra dan sisanya milik pusat.

“Jumlah mitra yang bergabung banyak dari luar Jakarta, seperti area Jawa itu di Yogyakarta, Pekalongan, Kediri, dan Bali,” ujar Amanda.

Kemitraan yang ditawarkan pun sudah berbeda. Jika sebelumnya, ada dua paket kemitraan yakni paket sushi similikiti senilai Rp 9,3 juta dan bubble drink senilai Rp 10 juta.

Saat ini, dua paket yang ditawarkan adalah sushi similikiti dan sushi takoyaki. Dua paket investasi ini pun bertambah nilainya, yaitu Rp 15 juta untuk paket sushi dan Rp 21,5 juta untuk paket sushi takoyaki. 

Mitra akan mendapat 200 porsi awal, booth kecil, dan semua perlengkapan dan peralatan usaha untuk paket sushi similikiti. Sementara untuk paket sushi dan takoyaki, mitra akan mendapat 200 menu porsi sushi, 100 porsi takoyaki, booth besar, dan perlengkapan juga peralatan usaha.

Di samping perubahan paket kemitraan yang ditawarkan, harga menu pun mengalami kenaikan. Jika, sebelumnya, harganya Rp 8.000 hingga Rp 18.500 per porsi, kini untuk sajian sushi seharga Rp 8.000 hingga Rp 28.000 per porsi.

Sedangkan untuk paket sushi takoyaki dibanderol seharga Rp 65.000 hingga Rp 350.000 untuk menu lengkap.

Amanda menyebut, kenaikan harga menu dan paket kemitraan ini tak semata-mata dilakukan begitu saja. Hal ini karena adanya kenaikan harga bahan baku yang harus diimpor dari luar negeri.

Oleh karena itu, kenaikan harga menjadi kendala utama yang dialaminya. “Jangankan harga, untuk mendapat bahan baku saja butuh waktu sekitar sebulan baru masuk ke Indonesia,” ucap Amanda.

Tetapi Amanda tetap gencar dan aktif melakukan promosi di media online seperti Kaskus, Instagram, Twitter, dan lainnya. Ke depannya, ia menargetkan tahun ini bisa menggandeng lima mitra.

Dekuza Sushi

Bisnis makanan Jepang milik Nurul Hidayah Indah ini sudah dirintis sejak tahun 2011. Untuk mengembangkan usahanya, pada tahun 2013 Dekuza menawarkan kemitraan usaha.

Ketika diulas KONTAN pada Juni 2013, Dekuza memiliki dua mitra usaha. Saat ini, Dekuza telah memiliki total tujuh gerai.

Dua gerai yang terletak di Malang dikelola oleh pusat, lima gerai lainnya dikelola oleh mitra. Saat ini, mitra Dekuza tersebar di Sidoharjo, Malang, dan Semarang.

Sementara untuk paket kemitraan Dekuza, pengelola telah menaikkan biaya investasi. Paket outdoor yang dulunya senilai Rp 7 juta, sekarang telah naik menjadi Rp 18 juta. Sedangkan paket indoor atau restoran dari sebelumnya Rp 10 juta kini telah menjadi Rp 25 juta.

Dengan paket investasi tersebut, Dekuza akan memberi dukungan penuh kepada mitra dalam hal pasokan bahan baku, peralatan, sistem, dan manajemen operasionalnya. Mitra juga akan mendapat pelatihan mengenai cara penyajian sushi supaya ada standar pengolahan dan penyajian yang sama.

Untuk kemitraan ini, pusat tidak menarik biaya royalti. Namun mitra wajib membeli semua bahan baku untuk usaha dari pusat. Dengan demikian, kualitas rasa masakan bisa tetap terjaga. Harga menu makanan cukup bervariasi, mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 15.000 per porsi.

Menyangkut kendala, Indah menjelaskan, kini bisnis kuliner ini memiliki banyak saingan sehingga perkembangan bisnisnya lebih lambat dibanding periode awal pembukaan. Meski demikian, dia menargetkan akan membuka 10 gerai lagi selama tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×