kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis kentang goreng sudah loyo?


Minggu, 22 Juli 2018 / 12:05 WIB
Bisnis kentang goreng sudah loyo?


Reporter: Elisabeth Adventa, Nur Pehatul Janna, Puspita Saraswati, Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Siapa yang  tidak kenal makanan olahan kentang. Menu panganan ini kerap menjadi camilan wajib di restoran cepat saji yang digemari banyak kalangan. Terlebih kawula muda. Tak heran bila banyak pebisnis yang terjun ke bisnis makanan tersebut.

Tak jarang, si pebisnis menawarkan kemitraan makanan olahan kentang tersebut. Dalam catatan KONTAN, tawaran kemitraan olahan kentang sempat berkembang beberapa tahun yang lalu, tepatnya di mulai tahun 2011.

Dengan bentuk kentang yang tidak melulu dipotong stik, olahan kentang mulai marak yang berbentuk twister atau kepingan kentang. Apalagi dengan variasi rasa yang beragam, membuat camilan ini sempat menjadi primadona.

Sayang, makin maraknya camilan anyar dan produk makanan kekinian lain, membuat pamor camilan kentang kalah bersaing. Bisnis makanan ini pun mulai merdup. Imbasnya, tren kemitraan usaha ini mulai menunjukkan gejala penurunan.

Untuk lebih jelasnya, berikut pemaparan tiga tawaran kemitraan kentang olahan.

Kentang Spiral Revo

Ini adalah merek olahan kentang milik PT Revo Indonesia. Saat berdiri sejak tahun 2013 lalu, Revo Indonesia langsung menawarkan program kemitraan.

Saat diulas KONTAN pada Desember 2016,  Kentang Spiral memiliki 40 gerai. Saat ini, sejatinya jumlah gerai kentang olahan ini bertambah banyak, menjadi 82 gerai. Puluhan gerai tersebut tersebar di berbagai kota di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.

Lokasi gerai Revo biasanya berada di kawasan sekolah, mal, kantin perkantoran dan pelataran minimarket. "Untuk kentang spiral, kami sedang stop cari mitra baru karena manajemen ingin fokus terhadap mitra dan outlet yang ada," kata Hendra, Manajer Pemasaran PT Revo Indonesia ke KONTAN.

Hendra menjelaskan  penghentian sistem kemitraan Kentang Spiral Revo berlaku sejak awal Juni 2018 lalu. Pihak PT Revo Indonesia melihat perkembangan bisnis olahan kentang  sudah tidak bersaing lagi, ketimbang bisnis kuliner lain. "Menurut kami, tren kentang spiral sudah habis masanya," tandasnya.

Untuk itu, Revo Indonesia mulai menjajaki bisnis kuliner lain yang tengah tren saat ini. Seperti menggarap makanan seblak dan bakso pangsit rebut. "Kami mulai garap dua sektor bisnis kuliner itu," jelas Hendra.

Terkait dengan paket kemitraan Kentang Spiral Revo, Hendra menyebut tidak ada perubahan hingga saat ini. Yakni untuk paket kentang spiral saja sebesar Rp 4,5 juta. Dengan paket ini mitra  mendapatkan satu unit booth, 20 item perlengkapan usaha, seragam, media promosi, serta bahan baku untuk 200 porsi kentang spiral.

Sementara itu, untuk paket produk kombinasi, tersedia pilihan paket investasi senilai Rp 6,5 juta. Paket investasi tersebut sudah termasuk menu kentang goreng dan mitra juga bebas biaya royalti. Sedangkan fasilitas peralatan sama dengan paket lainnya.

Selain persoalan laju bisnis, Hendra bilang, bisnis olahan kentang ini masih terkendala soal pasokan bahan baku. Sejatinya, bahan baku kentang berasal dari dalam negeri. Tapi terkadang pasokan kurang. Beruntung masih ada pasokan dari kentang impor.

Meski terkadang menghadapi masalah di fluktuasi harga bahan baku, manajemen Revo Indonesia masih tetap mempertahankan harga jual kentang olahan tersebut. Tujuannya adalah tetap menjaga pasar yang ada.

Sejak pertama dipasarkan dengan beragam varian rasa, kentang spiral dibanderol mulai Rp 6.000 hingga Rp 7.500 per porsi. Sementara kentang goreng dijual dengan kisaran harga Rp 9.000 hingga Rp 10.000 per porsi

Pota Potatoes

Pelaku usaha olahan kentang lainnya adalah Dana Prihadi. Bisnis olahan kentang miliknya yang juga berada dibawah naungan perusahaan Pioni Adya Group (PAG) yang berdiri pada tahun 2009 ini nampaknya kian mengalami pasang surut.

Sebab, sejak membuka kemitraan pada tahun 2011 dan diulas KONTAN pada tahun 2016 lalu, usaha miliknya tercatat memiliki jumlah mitra sebanyak 870 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkan 13 gerai  di antaranya merupakan gerai pusat.

Dana menyebut bila ada penurunan sejumlah mitra. Sejak  2017 hingga saat ini gerai yang ia miliki tinggal 500 gerai saja. Itupun setelah ada penambahan 43 gerai mitra pada tahun ini. "Jumlah tersebut sudah termasuk  ada 13 gerai yang sudah tutup tahun ini," katanya ke KONTAN.

Sementara untuk paket investasi, ia mengatakan tidak ada perubahan. Yakni tetap menawarkan tiga paket, seperti paket non gerai Rp 3 juta, paket standar Rp 6 juta dan paket super Rp 7 juta. Bagi mitra yang ingin tipe full counter, pihaknya menyediakan paket senilai Rp 24 juta.

Untuk mitra yang ingin bergabung, ia mengingatkan soal potensi pasang surut di bisnis ini. Ada beberapa hal yang menjadi kendala utama dalam mengembangkan kemitraan yakni masalah lokasi dan tenaga kerja. "Lokasi idealnya harus yang strategis dan sumber daya manusia jadi perhatian kami," tandasnya.

Meski begitu, pihaknya terus mengembangkan usaha. Seperti menambah satu menu anyar sehingga saat ini sudah ada tujuh menu yang tersedia. Tak cuma itu, untuk tetap menjaga pasar, Pota Potatoes juga tetap mempertahankan harga lama, yang berkisar antara Rp 6.000 sampai Rp 10.000 per porsi.

Lewat inovasi tersebut, pihaknya hingga kini masih terus menawarkan kemitraan Pota Potatoes. Malah, Dana menargetkan bisa menambah mitra usaha dan tambahan gerai pusat. Meski langkah ini tidak segencar tahun-tahun sebelumnya.  "Untuk saat ini kami memang membatasi kemitraan tapi kami menargetkan hingga akhir tahun ada sekitar 100 gerai mitra yang bergabung," tandasnya.

Mr Tornadoz

Roda usaha besutan Ruly Hermawan ini nampak tidak melaju cepat. Pasalnya, dari Januari sampai Juli ini baru ada 10 mitra yang bergabung, dengan lokasi tersebar di beberapa kota seperti Jakarta dan Bali.

Ruly mengaku bila usaha kentang goreng sudah tidak lagi populer, terlihat dari minat mitra yang terus menurun. Makanya, tahun ini dia tidak menargetkan jumlah penambahan mitra baru. "Saya sudah tidak fokus lagi (mengembangkan Mr Tornadoz) karena sudah habis (menurun), sekarang saya memilih untuk menjajal bisnis lainnya," katanya pada KONTAN, Kamis (12/7).

Sebelumnya, saat diulas KONTAN pada tahun 2016 lalu total mitra yang bergabung mencapai ribuan. Hanya saja, gerai yang aktif hanya sekitar 60% dan 40% sisanya tutup karena masalah tidak adanya karyawan atau sewa lokasi.

Namun, sampai hari ini tawaran kerjasama ini masih tetap dibuka dengan investasi yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu mulai Rp 1 juta sampai Rp 10 juta. Mitra nantinya  mendapatkan segala perlengkapan untuk menjalankan bisnis tersebut.

Untuk harga jual produknya pun juga masih dibanderol sama yaitu Rp 5.000 sampai Rp 15.000 per porsi. Dan, tersedia lima varian kentang goreng yaitu spiral, keriting, twisterdog, shoestring, dan wafel.

Kalau pemain yang lain menilai kendala usaha makanan ini di bahan baku, lokasi serta ketersediaan tenaga kerja, Ruly justru berbeda. Kendala bisnis usaha ini adalah sulit memenuhi kebutuhan tusukan kentang.   

Pilih bisnis yang baik, bukan sekedar tren

Erwin Halim, pengamat bisnis waralaba dari Proverb Consulting mengungkapkan jika kemitraan olahan kentang tidak lagi menunjukkan peluang bisnis yang bagus. Ia menilai bahwa tren bisnis olahan kentang, saat ini, memang telah melewati masanya.

Ia berpendapat usaha yang tidak menjanjikan atau memang secara bisnis sudah tidak lagi menarik, sebaiknya tidak lagi ditawarkan kepada para mitra. "Bukan sistem kemitraan yang harus diperbaiki, tapi dari segi bisnis itu memang sudah tidak menjanjikan lagi," katanya kepada KONTAN.

Melihat perkembangan bisnis usaha kentang goreng yang tengah melandai, ia menyarankan pebisnis untuk fokus membuat produk yang jelas di pasar. Baik itu secara pasokan maupun permintaannya. "Jadi memang dalam berbisnis itu harus melihat model bisnisnya. Apakah bisnis ini melihat berdasarkan supply dan demand atau hanya sekadar tren saja," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×