kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis laundry masih tetap basah


Sabtu, 25 Juni 2016 / 13:25 WIB
Bisnis laundry masih tetap basah


Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Teodosius Domina | Editor: Rizki Caturini

Bisnis laundry cukup pesat perkembangannya seiring kebutuhan masyarakat perkotaan akan jasa cuci ini. Terang saja, potensinya yang besar membuat banyak pelaku usaha sejenis bermunculan di berbagai daerah. Ini membuat tingkat persaingan kian tinggi.

Itu sebabnya di tengah persaingan tinggi, mampukah para pengusaha laundry yang membuka tawaran kemitraan usaha bertahan? Bagaimana perkembangan usaha mereka saat ini dan bagaimana cara mengatasi kendala-kendala yang kerap muncul? Simak ulasan selengkapnya dalam ulasan beberapa kemitraan usaha laundry kali ini dari Okey Wash, D'Green Laundry dan Tika Laundry.

Okey Wash

Usaha laundry asal Bogor, Jawa Barat ini berdiri sejak awal 2013 dan mulai membuka tawaran kemitraan sejak Agustus 2013. Saat KONTAN mengulas tawaran usaha ini pada Oktober 2013, Okey Wash yang khusus menawarkan jasa cuci karpet ini telah memiliki dua gerai pusat dan delapan gerai mitra yang tersebar di sekitar Bogor.

Berselang tiga tahun, perkembangan gerai Okey Wash cukup siginifikan, saat ini ada dua gerai pusat dan sekitar 100 gerai mitra yang beroperasi di berbagai daerah di Indonesia hingga Malaysia.

Sistem kerjasama Okey Wash adalah sistem kemitraan dengan sifat beli putus. “Kami tidak menghitung secara pasti berapa mitra yang masih aktif dan berapa yang sudah tidak beroperasi. Paling mereka kontak kami kalau ada masalah dengan mesin,” terang Tegar Mardhika, Direktur Okey Wash Indonesia.  

Selain jumlah mitra yang berubah, paket investasi yang ditawarkan pun kini berbeda. Dari paket awal yagn ditawarkan sebesar Rp 98 juta, saat ini berkurang menjadi Rp 65 juta. Paket tersebut di luar fasilitas sewa tempat usaha dan pengadaan karyawan. Paket sebesar itu hanya untuk mendapatkan perlengkapan usaha seperti mesin pengering karpet, alat cuci, alat vakum, alat pembilas, shampo, parfum, promosi dan software kasir. “Mitra kami bebaskan, boleh menggunakan brand Okey Wash atau tidak. Kami dukung sistem kasir dan mesinnya saja,” terang Tegar.

Tidak ada kewajiban pembayaran royalti maupun pembelian bahan baku dari pusat. “Kalau mitra yang di luar kota akan berat di biaya kirim. Bisa kami carikan rekomendasi pemasok yang kualitas barangnya sama atau mirip dengan pusat,” ujarnya.

Tarif laundry karpet dibanderol mulai dari Rp 8.000–Rp 25.000 per m² untuk paket stadar dan paket extra mulai Rp 15.000 per m². Harga jasa laundry sangat bergantung pada tebal-tipis karpet, lebar karpet dan jenis karpet.

Tegar bilang, bisnis laundry termasuk salah satu bisnis yang cukup bertahan lama, namun pertumbuhannya tidak secepat bisnis lainnya seperti bisnis kuliner. “Jadi wajar jika serapannya lemah, meskipun cukup stabil,” ujarnya menambahkan.

Ini terlihat dari pengalamannya menerima 200 hingga 300 orang yang menanyakan kemitraan Okey Wash, hanya 10% yang akhirnya bergabung sebagai mitra. Ke depan Tegar menargetkan bisa menggandeng minimal 10 mitra per bulan.  

D’Green Laundry

Pelaku usaha laundry lainnya adalah Munardi Nazwar lewat merek d'Green Laundry. KONTAN pernah mengulas tawaran kemitraannya pada bulan Juli 2015 yang lalu. Ketika itu d'Green Laundry memiliki sembilan gerai dengan rincian enam gerai dikelola mitra dan sisanya dikelola pusat. Semua cabang tersebut beroperasi di wilayah Banda Aceh.

Setaun berjalan, dari segi kuantitas outlet jasa binatu ini tidak mengalami penambahan. Meski peluang dalam bisnis ini menurut Munardi cukup besar, namun dia mengakui saat ini kompetitor semakin banyak. Hal itulah yang membuatnya kesulitan menambah jumlah mitra selama satu tahun terakhir.

Ia juga menduga hal tersebut disebabkan meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat. "Saat ini sudah banyak jenis mesin cuci. Harganya juga semakin terjangkau. Mungkin mereka memilih beli mesin cuci sendiri," tuturnya.

Tawaran kemitraannya pun masih sama, yaitu paket silver dengan nilai investasi Rp 57 juta dan gold seharga Rp 67 juta.Dengan nilai investasi tersebut mitra akan mendapat mesin cuci, mesin pengering, pelatihan rak, renovasi lokasi usaha serta instalasi peralatan. Berbagai peralatan promosi seperti neon box, spanduk serta bahan baku.

Perbedaan kedua paket tersebut adalah jumlah mesin cuci. Pada paket silver, mitra mendapat satu mesin cuci berkapasitas 7 kg sedangkan pada paket gold mendapat dua mesin.

Munardi menjelaskan tarif jasa laundry d'Green dipatok Rp 6.500 kg. Targetnya dalam sehari masing-masing mitra bisa melayani 100 kg cucian. Dari situ mitra bisa mendapat omzet sekitar Rp 17 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya operasional, gaji pegawai, dan lain-lain, mitra bisa mengantongi omzet sekitar Rp 7 juta. "Balik modal bisa dicapai dalam waktu sekitar 1 tahun," tuturnya.

Selain itu, ia memberi syarat agar mitranya memiliki lokasi usaha di tempat yang  strategis dengan ukuran minimal 48 m². Nantinya pusat juga akan mengutip royalti sebesar 5% dari omzet per bulan.

Tika Laundry

Pelaku usaha lainnya adalah Sugeng Riyadi dengan merek usaha Tika Laundry. Mendirikan usaha sejak tahun 2008 lalu, dia pun mantap untuk menawarkan kemitraan pada Oktober 2010. Saat diulas oleh KONTAN pada Januari 2015, ada 11 mitra yang bergabung di daerah Jawa Tengah seperti Pati dan Jepara serta satu gerai milik pusat di

Semarang.Kini, hampir 100 lebih mitra yang bergabung dengan Tika Laundry di Semarang, Jawa Tengah, Pati, Jepara, Bekasi, Lombok, dan Kalimantan. “Setelah Lebaran akan ada mitra lagi yang buka gerai di area Jawa Tengah,” ujar Sugeng.

Sebelumnya ada tiga jenis paket investasi yang ditawarkan yakni paket silver seharga Rp 20 juta hingga Rp 100 juta, paket gold senilai Rp 50 juta hingga Rp 100 juta dan paket platinum seharga Rp 100 juta hingga Rp 200 juta. Saat ini, Sugeng hanya menawarkan paket usaha yang nilainya lebih terjangkau yaitu Rp 15 juta. Mitra akan mendapat satu buah mesin cuci, satu buah mesin pengering, mesin uap, perlengkapan dan peralatan usaha, deterjen 15 liter dan pewangi 10 liter serta pelatihan karyawan.

Kedua, paket usaha senilai Rp 25 juta, mitra mendapat dua buah mesin cuci, dua buah mesin pengering, mesin uap dengan kapasitas tinggi, perlengkapan dan peralatan usaha, deterjen 15 liter dan pewangi 10 liter serta pelatihan karyawan. Ketiga, paket senilai Rp 45 juta, mitra akan mendapat tiga buah mesin cuci, tiga buah mesin pengering, mesin uap dengan kapasitas yang lebih tinggi, deterjen 20 liter dan pewangi 15 liter serta pelatihan karyawan. Kerjasama dengan mitra berlaku seumur hidup Sugeng juga menyarankan mitra bisa membeli bahan baku deterjen dan pewangi ke pusat.

Harga jasa cuci selesai dalam 12 jam berkisar Rp 4.000-Rp 5.000 per kg. Sementara untuk cuci selesai dalam sembilan jam dikenakan biaya Rp 6.500 per kg dan untuk jasa cuci selesai dalam tiga jam dikenakan tarif Rp 8.500 kg. Terakhir paket kilat 90 menit senilai Rp. 14.000 per kg.

Menurut Sugeng kendala yang dialami dalam menjalankan usaha ini adalah keluar masuk pegawai dan masalah internal antar mitra dengan pegawainya. Selain itu, tidak ada hambatan berarti lainnya.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×