kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis makin maju, tapi sulit mencari pembatik (2)


Jumat, 11 April 2014 / 17:48 WIB
Bisnis makin maju, tapi sulit mencari pembatik (2)
ILUSTRASI. Katalog Promo JSM Superindo Diskon s/d 50% Periode 18-20 November 2022.


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Havid Vebri

Di usia yang terbilang masih sangat muda, Ferry Kurniawan sudah sukses berbisnis batik khas Solo dengan omzet puluhan hingga ratusan juta. Kendati omzetnya cukup besar, sejak awal merintis Batik Diajeng Solo, Ferry mengaku tidak hanya memikirkan keuntungan semata.

Ferry ingin bisnis batiknya turut mengangkat citra Kota Solo yang terkenal akan motif batiknya. Selain itu, ia juga ingin bisnis yang dikelolanya memberikan dampak sosial bagi lingkungan sekitarnya.

Dampak sosial itu salah satunya dengan membuka lapangan pekerjaan selebarlebarnya. "Saya merekrut orang kampung di sekitar lokasi usaha saya," ujarnya.
Rumah produksinya sendiri berada di Pringgolayan Serengan Tipes, Solo, Jawa Tengah. Namun, sampai saat ini, baru ada tiga perajin yang bergabung dengannya.

"Sejak awal, saya memang ingin mengangkat dan memberdayakan masyarakat di sekitar tempat usaha saya, namun masih sedikit yang bergabung," katanya.

Ferry mengakui, kesulitan mencari perajin batik yang mau menggeluti usaha ini. Menurutnya, fenomena ini lumayan menjadi kendala bagi kelangsungan usahanya. Padahal, untuk membesarkan bisnis ia membutuhkan banyak pembatik.

Menurut Ferry, bisnis batik merupakan bisnis padat karya. "Diperlukan kerjasama erat antara pengusaha dan pembatik. Apalagi batik itu sebuah karya seni kolektif yang dibuat banyak orang," ujarnya.

Untuk menumbuhkan minat orang di usaha ini, Ferry pun rajin memberikan pelatihan membuat batik. Pelatihan itu mulai dari pembuatan motif, warna dan penjemuran kain. Ia juga tak putus asa mengajak generasi muda di daerahnya untuk mengikuti jejaknya untuk terjun ke bisnis batik.  

Kendati kerap memberikan pelatihan, Ferry sendiri tetap rajin mengasah dan mengembangkan kemampuannya di bisnis ini. Makanya dia juga rajin melakukan interaksi dengan pembatik dari daerah lain. Dari situ ia mampu menghasilkan banyak kreasi meski pegawainya sedikit.

Ferry mengaku, keinginan memberdayakan warga sekitar sudah muncul sejak masih duduk di sekolah menengah atas (SMA). Keinginan itu tumbuh karena melihat banyak orang kampungnya menghabiskan waktu secara tidak produktif.

Ferry berharap, ke depan akan banyak anak muda yang tertarik berwirausaha. Menurutnya, ada banyak manfaat dengan menjadi wirausahawan. "Kita bisa membuka lapangan pekerjaan," ujarnya.

Selain itu, menjadi wirausaha juga bisa membantu menggerakkan roda perekonomian daerah. Produk yang dihasilkan juga bisa memperkenalkan daerah kepada banyak orang.           

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×