Reporter: Elisabeth Adventa, Jane Aprilyani, Teodosius Domina | Editor: Rizki Caturini
Sosis bakar merupakan makanan camilan yang cukup digemari masyarakat. Selain karena rasanya yang lezat, olahan daging ini juga dipercaya memiliki kandungan gizi yang baik. Mulai dari anak-anak hingga orang tua pun menggemarinya.
Namun ternyata tak mudah menjalankan bisnis ini. Dari pelaku bisnis yang diulas KONTAN kali ini, mereka tampak kesulitan mengembangkan bisnis kemitraan ini karena persaingan ketat dan kendala SDM. Berikut ini ulasan bisnis Sosis Bakar Babe, Sosis Bakar Tyson, dan Sosis Bakar Aldriz Solution.
Sosis Bakar Betawi (Sosis Babe)
Salah satu pengusaha yang menggeluti bisnis ini adalah Yudha Prawira dengan brand Sosis Bakar Betawi atau Sosis Babe. Sejak tahun 2011, ia menjadi distributor berbagai merek sosis. Pada pertengahan 2014, lantas mencoba membuat gerai sosis bakar aneka rasa dan langsung menawarkan kemitraan.
KONTAN mengulas Sosis Babe pada April 2015 lalu. Waktu itu, pemilik dengan nama panggilan Wira ini memiliki 25 mitra di Bekasi, Tangerang, dan Jakarta. Ia memiliki satu gerai di Manggarai, Jakarta Selatan. Namun saat ini, ia sudah tidak menawarkan kemitraan lagi.
Secara kuantitas, jumlah gerai mitra juga semakin sedikit, yaitu tinggal 9 gerai. Lima gerai di antaranya masih menggunakan brand Sosis Babe. Wira bilang, tren sosis bakar sudah lewat. "Waktu itu saya juga mengikuti tren saja. Sekarang kelihatannya bukan trennya lagi," terangnya.
Sosis Babe menawarkan beberapa rasa yakni original, blackpaper, ayam dan keju. Sosis-sosis tersebut tersedia dalam beberapa ukuran mulai dari 11 sentimeter (cm) hingga 30 cm. Harganya pun berbeda-beda mengikuti ukuran sosis, mulai Rp 6.000 hingga Rp 20.000 per porsi.
Waktu masih menawarkan kemitraan, Sosis Babe menyediakan dua paket dengan nilai investasi Rp 2,7 juta dan Rp 3,7 juta. Yang membedakan dua paket itu hanya ukuran kompor. Pada paket Rp 3,7 juta, kompor yang didapat dua tungku dan paket Rp 2,7 juta hanya satu tungku.
Selain itu, mitra akan mendapat booth, alat promosi, 4 jenis bahan baku sosis masing-masing 5 kilogram (kg), saus sambal 1 kilogram, mayonaise 1 kg, saus barbeque 1 kg, serta aneka peralatan.
Wira menggunakan sistem beli putus dalam kemitraannya. Ia tidak mengutip biaya royalti. Namun bahan baku wajib dibeli dari pusat. Harga bahan baku sosis mulai Rp 60.000 hingga Rp 74.000 dengan isi 10 sosis-30 sosis per bungkus. Harga ini lebih murah 5%-10% dari penjual lain.
Agar bisa BEP dalam waktu sekitar 2 bulan, Wira menargetkan mitranya untuk bisa menjual 100 porsi per hari. Dengan itu, mitra akan mendapat omzet per bulan sekitar Rp 3,7 juta. Setelah dikurangi biaya operasional, gaji, dan lain-lain, keuntungan bersih yang bisa diraup adalah sekitar Rp 1 juta tiap bulan.
Sosis Bakar Tyson
Pelaku bisnis kemitraan sosis lainnya adalah Yadi Hendrawan dengan mengusung merek Sosis Bakar Tyson asal Jakarta. Usaha ini dirintis tahun 2013 dan mulai menawarkan kemitraan sejak 2014 lalu. Saat awal membuka kemitraan, baru ada satu mitra yang menggunakan merek Sosis Bakar Tyson. Lainnya menggunakan merek lain.
Saat diulas KONTAN pada Januari 2015, perkembangan mitranya cukup pesat, yakni punya 188 mitra. Saat ini, total gerai mitra Sosis Bakar Tyson ada 600 gerai di seluruh Indonesia. Namun, hampir 50% gerai milik mitra tidak aktif. “Kebanyakan terkendala karyawan dan tidak fokus menjalankan bisnis,” ungkap Yadi.
Paket investasi yang ditawarkan juga berubah signifikan. Kini, Sosis Bakar Tyson menawarkan empat paket investasi, yakni paket hemat Rp 3,5 juta, paket lengkap Rp 4,9 juta, paket lux Rp 7 juta, dan paket super Rp 10 juta. Dengan modal itu, mitra akan mendapat booth portable, spanduk dan banner, selang dan regulator, cold box, tusuk sate, baskom, dan stoples.
Mitra cukup menyediakan tabung gas, tempat usaha, dan karyawan. “Perbedaan keempat paket terletak pada kompornya dan jumlah bahan baku awal. Paket lengkap Rp 4,9 juta kompornya empat tungku, kalau paket Rp 3,5 juta hanya satu tungku. Bahan baku paket hemat dan paket lengkap 6 kg. Paket lux dan super bahan bakunya 10 kg. Paket lux juga dapat booth atap. Paket 10 juta sudah termasuk freezer,” terang Yadi.
Sosis Bakar Tyson menjual menu sosis bakar daging sapi dan ayam, disajikan dengan varian topping, seperti keju, rendang, black paper dan original. Harga jual masih sama, yakni Rp 2.000 sampai Rp 20.000. Harga jual dapat disesuaikan untuk setiap wilayah.
Terdapat juga penambahan varian menu di luar sosis bakar, seperti siomay bakar, kekyan bakar, otak-otak bakar, bakso bakar dan kentang goreng. Semua menu bakaran di luar sosis bakar dibanderol Rp 5.000 per porsi. Satu porsi berisi dua sosis. “Kami terus berinovasi meluncurkan menu-menu baru,” ujar Yadi.
Kendala yang dihadapi sebagian besar mitranya adalah pengadaan karyawan. Namun, ia menyerahkan strategi mempertahankan karyawan ke mitra. “Mitra perlu meyakinkan karyawan bahwa bisnis ini menjanjikan dan memiliki masa depan,” terangnya. Beberapa mitra lainnya belum fokus menjalankan bisnis karena sambil bekerja. Yadi memiliki target penambahan minimal 100 mitra hingga akhir tahun ini. Dalam dua bulan ke depan, ia juga akan mengeluarkan paket eksklusif khusus mal.
Sosis Bakar Aldriz Solution (A2S)
Pelaku lainnya adalah Muhammad Ashuri yang mendirikan Sosis Bakar Aldriz Solution sejak 2011 silam di Jakarta Selatan. Saat itu juga, ia langsung menawarkan kemitraan usaha. Saat diulas KONTAN Februari 2015, jumlah mitra A2S mencapai 150 mitra di berbagai wilayah di Indonesia, tanpa satu gerai milik pribadi karena hanya ingin fokus mengelola mitra usaha. Kini sudah ada 200 mitra yang bergabung, kebanyakan dari Jakarta dan Sulawesi.
Ada enam paket kemitraan usaha yang ditawarkan. Pertama, paket hemat seharga Rp 4,4 juta. Fasilitas yang didapatkan booth portable, kompor panggang empat tungku, spanduk, peralatan usaha, bahan baku awal dan juga panduan standard operating procedure (SOP).
Kedua, paket mini Rp 4,7 juta. Perbedaan dua paket di atas ini terletak pada jenis booth yang didapatkan, yaitu booth gerobak mini. Ketiga, paket mini dengan nilai investasi Rp 5 juta yang mendapatkan booth yang lebih eksklusif. Paket keempat dan kelima masing-masing senilai Rp 6 juta dan Rp 9 juta. Perbedaannya terletak pada jenis gerobak dan kelengkapan alat.
Terakhir, ada paket kombinasi senilai Rp 8,5 juta. Mitra akan mendapat fasilitas yang sama, namun dengan tiga pilihan hingga empat pilihan menu, seperti sosis bakar, minuman bubble, dan kentang ulir. “Paket ini banyak dipilih mitra karena efisien dan menarik untuk dijual ke pembeli,” ucap Ashuri.
Soal menu, Sosis Bakar Aldriz Solution disajikan dalam beberapa rasa pilihan rasa, seperti keju, barbeque, blackpaper, chicken frank, beef frank, jumbo, dan koktail. Harga jual produk berkisar Rp 8.000-Rp 10.000 per porsi. Tetapi Ashuri bilang, terkadang harga jual tergantung lokasi.
Salah satu kendala yang dihadapi Ashuri adalah banyak pelaku usaha baru dengan lini bisnis sama. “Ini membuat persaingan semakin ketat,” katanya. Tahun ini, ia optimistis bisa menggandeng 10 mitra-15 mitra tiap bulan.
Dalam kaca mata Konsultan Waralaba Koerussalim Ikhsan, tren penurunan dalam bisnis sosis bakar ini sangat wajar. Alasannya, nilai investasi yang ditetapkan cukup kecil dan tidak ada ikatan dengan pengelola pusat. Secara sederhana dapat dikatakan masuk ke bisnis ini cukup mudah, keluar pun juga mudah.
Selain itu, dengan nilai investasi yang kecil pemilik usaha menjadi mudah tidak sabar. Begitu hasilnya kurang baik, usahanya lalu ditutup. "Lebih-lebih kalau pemilik usaha sudah balik modal," tuturnya.
Kemitraan seperti ini biasanya juga tidak dikerjakan langsung oleh mitra, tetapi oleh karyawan atau asisten rumah tangga supaya bisa menjadi penghasilan tambahan. Dengan pengelolaan "asal-asalan" seperti ini, bisnis menjadi minim inovasi. Padahal jika ingin bertahan di tengah persaingan usaha yang semakin ketat, inovasi mutlak diperlukan.
Beberapa waktu lalu juga ada kemitraan burger yang mitranya mencapai 3.000-an. Tetapi karena minim inovasi dan tidak dikelola secara serius oleh mitra, bisnisnya menjadi tidak berkembang.
Kalau ada pemilik usaha yang menilai bahwa jajanan sosis bakar sudah tidak tren lagi, Salim menganggap anggapan itu kurang pas. Kalau pemilik usaha tidak berusaha menangkap permintaan pasar dan melakukan inovasi, setiap bisnis, tak hanya sosis bakar, pasti akan sulit berkembang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News