kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Brosa mengubah industri furnitur


Kamis, 07 Desember 2017 / 10:15 WIB
Brosa mengubah industri furnitur


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - Rumahku istanaku. Ya, bagi sebagian orang, rumah adalah istana. Itu sebabnya, meski ukurannya kecil, mereka menjadikan rumah sebagai tempat tinggal yang paling nyaman bagi seluruh anggota keluarga.

Kenyamanan itu salah satunya bisa Anda dapatkan lewat pemilihan dan penataan furnitur. Tak heran, saban akhir pekan selama satu bulan, Ivan Lim berada di ruang pamer toko mebel dan berhubungan dengan tenaga penjual untuk urusan furnitur rumah.

Jelas, tak hanya uang, masalah perabot rumah juga menyedot energi dan waktu yang tak sedikit untuk bolak-balik ke gerai furnitur. Nah, berangkat dari pengalaman pribadi, Lim akhirnya membangun perusahaan rintisan alias start-up marketplace furnitur.

Lim menggandeng Richard Li dan David Wei untuk memulai start-up bernama Brosa itu pada Februari 2014 lalu. “Kami masing-masing berlatar belakang bisnis furnitur dan bisnis teknologi,” kata Lim yang juga Chief Executive Officer (CEO) Brosa ke Tech in Asia.

Menurut Lim, perusahaannya yang bermarkas di Collingwood, Victoria, Australia, bertujuan untuk membantu pelanggan menemukan produk-produk furnitur keren cukup lewat situs, dengan harga terjangkau, lalu mengirimkannya ke rumah mereka.

Selama enam bulan, Lim dan pendiri Brosa lainnya mengunjungi bengkel-bengkel furnitur di seluruh dunia untuk mencari perajin terbaik. Lalu, membangun pasar yang menawarkan produk dari pembuatnya langsung ke konsumen.

Brosa lahir karena ketidakpuasan dengan status quo, dan keinginan untuk mengubah industri furnitur menjadi lebih baik. “Jika menginginkan furnitur premium, Anda harus membayar dengan harga premium. Masuk akal? Tidak. Karena harga itu sudah di-mark up untuk mengakomodasi biaya lain, seperti importir dan pedagang grosir,” sebut Brosa dalam laman resminya.

Untuk itu, Brosa menyingkirkan importir, pedagang grosir, toko furnitur kelas atas. Dengan dukungan teknologi, mereka membesut furnitur dengan desain yang praktis tanpa label harga mahal.

Brosa, yang baru saja mengantongi pendanaan putaran kedua (seri B) senilai US$ 4 juta, membangun perangkat lunak untuk melakukan otomatisasi dan mengoptimalkan proses dalam merancang produk-produk furnitur. Lalu, menjual, mengemas, mengirimkannya ke pelanggan.

Start-up yang sudah mendekap suntikan modal total US$ 7,02 juta ini siap mengambil keuntungan dari tren peningkatan pangsa pasar ritel furnitur online. Menurut Euromonitor International, nilai pasar ritel furnitur global tahun lalu mencapai US$ 13 miliar.

Penjualan daring memang baru mencuil 6% dari total nilai penjualan di seluruh dunia. Tapi, angka ini naik 13% dari pangsa pasar tahun sebelumnya.

Pasar di luar Australia

Itu sebabnya, Brosa berencana menggarap pasar di luar Australia, khususnya negara-negara di kawasan Asia Pasifik. Bermodal sebagian pendanaan baru dari konsorsium investor pimpinan Bailador, perusahaan modal ventura asal Australia, mereka bakal merekrut karyawan baru dan berpengalaman di bidang teknologi dan bagian lain.

Sejak memperoleh pendanaan putaran pertama (seri A) senilai US$ 2 juta pada Juli 2015 lalu, jumlah karyawan Brosa meningkat, dari 25 orang menjadi 70 orang. Lim menyebutkan, jumlah pemesanan juga meningkat 10 kali lipat. “Kami sudah mendesain dan meluncurkan lebih dari 2.000 produk,” ungkapnya.

Di Australia, ada beberapa situs lokal maupun internasional yang menawarkan produk furnitur rancangan sendiri seperti HipVan. Tapi, Lim bilang, sebetulnya yang jadi pesaing Brosa ilah ritel offline.

Toh, Lim tak gentar. Soalnya, Brosa punya keunggulan yang terletak pada layanan end-to-end. Konsumen bisa membeli secara online, berbincang dengan seorang penata letak furnitur melalui telepon atau fitur percakapan online, membuat janji untuk  datang ke Brosa Studio.

Bahkan, memantau proses pengiriman barang pesanan mereka secara real time. “Kami menciptakan pengalaman berbelanja yang jauh lebih menyenangkan,” ujar Lim.

AirTree Ventures, salah satu investor Brosa, percaya start-up ini memiliki potensi besar secara lokal dan global. Perusahaan modal ventura dari Australia ini menilai, model bisnis Brosa yang terintegrasi secara vertikal, serta prosesnya yang cepat dalam meluncurkan desain baru dan tepat waktu adalah masa depan e-commerce.

“Kami sangat antusias untuk membantu mengembangkan skala bisnis dan menambah produk-produk Brosa,” ucap Craig Blair, Partner AirTree Ventures seperti dikutip Startup Daily

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×