kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bugar bersama yoga, segar bersama capcin


Sabtu, 30 Mei 2015 / 10:10 WIB
Bugar bersama yoga, segar bersama capcin
ILUSTRASI. Calon presiden nomor urut 1 Anies Baswedan berswafoto bersama relawan seusai kampanye di Gor Gondrong, Cipondoh, Kota Tangerang, Sabtu (2/12/2023). ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/aww.


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Silakan, akhir pekan ini kita sudah dijamu oleh Yanti dengan Cappucino Cincau Tempo Doeloe. Biar ada embel-embel tempo doeloe, rasa cappuccino cincau alias capcinnya Yanti masa kini. Boleh dicoba. Pokoknya bakal ketagihan.

Biarpun jenis minuman ini di pasar sudah banyak, Yanti agaknya yakin benar bisa ikut bersaing menikmati lezatnya si capcin. Buktinya, saat ini Capcin Tempo Doeloe sudah memiliki 39 mitra yang tersebar sekitar wilayah di Jawa Timur, Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Timur, Jambi, dan Sulawesi.

Yanti mendirikan usahanya di Gresik, Jawa Timur pada 2014.  Pada akhir tahun itu juga Yanti menawarkan kemitraan usaha. Ada beberapa jenis paket investasi yang ditawarkan,  yaitu paket jenis SD senilai Rp 2 juta, paket SMP seharga Rp 3,5 juta, dan paket SMA Rp 5 juta.  Kerja sama usaha berlangsung selamanya tanpa dikenakan biaya royalti. Hanya,  mitra harus membeli bahan baku dari pusat. Ada enam rasa yang ditawarkan seperti choco oreo, choco caramel, vanilla late dan moccacino. Harga jual minuman sekitar Rp 5.000 per gelas.

Yanti menargetkan, dengan penjualan 50 gelas per hari, mitra bisa meraup omzet Rp 250.000 per hari atau sekitar Rp 6,5 juta per bulan. Setelah dikurangi biaya bahan baku, sewa tempat, dan biaya operasional lainnya, Yanti menghitung balik modal dalam dua sampai tiga bulan.

Maaf nih Mbak Yanti, ada enggak paket Universitas, he he he. Cuma becanda. Tapi, segar benar minuman capcinnya. Terimakasih Mbak Yanti. Tapi, kalau diamati ruang tempat kita ngobrol ini ternyata banyak lampionnya. Ya, betul, itu semua lampion bikinananya Muhammad Ifdal.

Lampion bikinan Ifdal ini merupakan lampu dari untaian benang. Itulah kreativitas dari pemilik usaha Unique Lampion. Bentuk lampu ini beraneka macam dan mampu memberi nuansa berbeda karena cahaya dari lampu menerabas benang.

Lampu dari untaian benang ini tidak hanya diminati di dalam negeri, bahkan pasarnya sudah sampai ke luar negeri. Muhammad Ifdal, perajin lampu benang karakter asal Padang, Sumatra Barat sudah menggeluti usaha ini sejak tahun 2010. Keunikan lampu karakter ini adalah bahan baku kap lampu yang terbuat dari benang. Di tahun 2010, Ifdal mendirikan usahanya dengan nama Unique Lampion.

Lampu hasil kreasi Ifdal dibentuk menjadi puluhan karakter seperti karakter tokoh kartun seperti Hello Kitty, Angry Bird, Mickey Mouse, Doraemon, dan berbagai bentuk lain. Kapasitas produksi per hari bisa mencapai 200 buah lampu.

Rata-rata lampu benang ini dihargai Rp 65.000 hingga Rp 130.000 per unit. "Pembeli sebagian besar berasal dari wilayah Sumatra. Omzet yang saya hasilkan mencapai Rp 20 juta per bulan," kata Ifdal.

Ngomong-ngomong soal lampu, kita bisa temui Guntoro Rusli, seorang perajin lampu karakter asal Surabaya yang sukses menjadi perajin lampu karakter benang yang bisa menjual hingga 2.000 unit per bulan. Guntoro memulai usaha ini lantaran sering mengumpulkan suvenir setiap kali ia berkunjung ke suatu tempat baik di dalam maupun di luar negeri. Sebelum memulai karier sebagai perajin lampu, Guntoro adalah seorang pelaut yang banyak menghabiskan waktu di luar negeri.

"Ide membuat lampu datang ketika saya berkunjung ke Amerika Serikat dan Thailand. Mereka menjual berbagai aneka lampu. Saya dan istri memutuskan mencoba produksi," kata Guntoro. Proses desain Light Craft, ini usaha yang didirikan Guntoro, dilakukan oleh staf desain di luar waktu produksi. Sebab memerlukan waktu berminggu-minggu untuk menciptakan setiap prototipe produk yang bagus dan berkualitas.

Rata-rata harga lampu Light Craft di kisaran Rp 35.000 per unit untuk jenis lampu hias string light sampai Rp 1,2 juta per unit untuk jenis lampu shade ukuran 100 cm. Produk yang paling banyak diminati hingga sekarang adalah jenis cotton ball light seharga Rp 125.000 per unit. Dengan kapasitas total hingga 10.000 unit per bulan, Guntoro dapat mengantongi omzet hingga Rp 300 juta per bulan.

Waduh, Guntoro bikin iri saja. Sekarang kita melakukan rileksasi dengan yoga. Konon, yoga juga dapat menghilangkan stres. Tapi, sebelum beryoga kita beli dulu alat dan aksesori yoga.

Tahu enggak, sekarang ini yoga sudah menjadi tren. Imbasnya  kebutuhan akan alat dan aksesori yoga pun meningkat. Hal ini juga mendorong bermunculannya para pedagang alat dan aksesori yoga. Salah satu pemainnya adalah Eni Hariani, pemilik Yoga Mat Indonesia di Jakarta. Perempuan ini sudah menjual peralatan yoga lebih dari tiga tahun lalu.

"Kebetulan saya sendiri adalah seorang yogi," katanya kepada KONTAN. Semua produk perlengkapan yoga itu diimpor dari berbagai negara. Untuk yoga matras dengan merek Manduka diimpor dari Amerika Serikat, sedangkan merek Easyoga dari Taiwan dan Ecocare dari China. "Saya terpaksa impor karena di Indonesia belum ada yang menjual barang dengan kualitas yang sama," katanya.

Untuk produk Eni membanderoli harga Rp 500.000—Rp 1,75 juta. Biasanya yang paling laris matras dari China karena harganya murah di bawah Rp 500.000. Adapun tas yoga dijual dari harga Rp 35.000—Rp 250.000. Dalam sebulan Eni bisa menjual 50-70 matras dan lebih dari 100 tas yoga. Tak heran, dalam sebulan ia bisa meraup omzet hingga Rp 50 juta per bulan.

Eni sendiri lebih banyak penjualan online. Dengan penjualan online, ia bisa menjangkau pasar lebih besar. "Konsumen saya sekarang ada di seluruh Indonesia," kata pemilik yogamatindonesia.com ini.

Ayo, kita melakukan gerakan yoga yang lembut itu. Sungguh-sungguh ya yoganya. Soalnya, sebentar lagi kita mau pergi. Eh, sambil yoga kita titipkan dulu sepatunya agar dicuci yang bersih. Lo, memangnya ada yang memberikan jasa cuci sepatu?

Jasa pencucian sepatu masih terbilang jarang ditemukan. Padahal, jasa ini dibutuhkan mengingat semua orang memakai sepatu. Peluang itu juga yang ditangkap Ogi Disye. Sejak 2014, ia terjun ke bisnis ini dengan mengusung brand Mysolecase Ogi di Malang, Jawa Timur. Untuk mengembangkan usahanya, April 2015 ia resmi menawarkan kemitraan usaha.

Dalam kemitraan ini, Ogi menawarkan dua paket investasi. Yakni, paket Rp 10 juta dan paket Rp 15 juta.  Bila kontrak habis, mitra bisa memperpanjang dengan membayar biaya franchise fee 70% dari investasi awal. Mitra juga wajib membeli sabun cuci sepatu merek Mysolecase, dengan minimal order 10 botol atau sekitar Rp 1 juta. Ogi menargetkan, mitra di kota-kota besar bisa mengantongi omzet Rp 2 juta per hari. Dengan asumsi, dalam sehari bisa melayani  order 40 pasang sepatu.

Jasa yang ditawarkan Mysolecase Ogi adalah washing shoes, jasa repair shoes, dan recolour shoes. Tarifnya murah kok. Untuk washing shoes dihargai mulai Rp 25.000—Rp 40.000, repair shoes Rp 10.000—Rp 50.000, dan recolour shoes dihargai Rp 70.000—Rp 100.000.

Wah, badan sudah segar, sepatu sudah bersih. Jadi dong kita pergi. Yuk, mari. Selamat berakhir pekan, semoga perjumpaan kita ini menyenangkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×