kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bukan sekadar tren, bisnis kuliner berbasis sambal tetap menyengat


Selasa, 20 Maret 2018 / 11:30 WIB
Bukan sekadar tren, bisnis kuliner berbasis sambal tetap menyengat


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Kuliner berbasis sambal punya banyak penggemar. Meski seringkali hanya menjadi pelengkap sebuah sajian, banyak orang tak bisa melewatkan keberadaan sambal saat bersantap. Meski bisa membuat lidah terasa terbakar hingga badan berkeringat, sambal bisa menggugah selera dan membuat ketagihan.  

Sajian berbasis sambal inilah yang beberapa tahun terakhir ini menjadi primadona para pebisnis kuliner. Mereka berlomba-lomba membuka kedai hingga restoran dengan sambal sebagai daya tarik utamanya. Bahkan, ada juga sebuah kedai yang ramai pengundung hanya karena rasa sambal yang sedap. Lainnya, mereka menyajikan sejumlah level kepedasan sesuai keinginan pemburu kuliner.

Salah satunya adalah Sambal Karmila. Kedai ini menawarkan 12 jenis sambal geledek dengan berbagai citarasa. Ambil contoh, sambal merah domba membara, sambal rica-rica dan sambal terasi khas pedesaan.

Jelita Pramesti, Media Relation CRP Group, perusahaan yang membawahi Sambal Karmila, mengatakan, bila bisnis kuliner berbasis sambal tetap bertahan pada tahun-tahun mendatang. Sebab, sambal sudah dikenal oleh masyarakat dan disukai.

Tidak hanya orang tua dan  remaja, kini anak-anak pun mulai mencolek sambal. Lagipula, kebiasaan orang tua yang mengkonsumsi sambal saban hari di rumah dapat tertular pada anak mereka.

Hal ini cukup menguntungkan bagi pemilik usaha karena mereka tidak perlu melakukan edukasi pasar. "Orang Indonesia sudah cukup teredukasi dengan sambal bila mereka penasaran mereka akan cari tahu sendiri," katanya pada KONTAN, Selasa (27/).

Sambal pada Sambal Karmila dibanderol harga terpisah dari sajian utamanya. Harganya mulai Rp 3.500 sampai Rp 4.000 per porsi. Sedangkan, lauk utamanya, yakni ayam dan bebek dipatok mulai dari Rp 15.000 sampai Rp 30.000 per porsi.

Senada, Widyatmoyo, Kepala Humas Warung Spesial Sambal (SS) juga mengatakan kalau kuliner bersambal ini bukan sekedar tren. Prospek kuliner jenis ini tetap menjanjikan lantaran  jumlah penikmat sambal di dalam negeri sangat besar.

Asal tahu saja, dalam sehari kebutuhan cabai Warung SS hampir 1 ton. Untuk memenuhinya, mereka menjalin kerjasama dengan kelompok petani yang berada di Magelang, Jawa Tengah.

Menyasar segmen konsumen kelas menengah, Warung SS mematok harga sambal Rp 3.500 sampai Rp 35.000 per porsi. Khusus untuk sambalnya ada 33 macam pilihan beberapa diantaranya sambel mangga, sambel belut, dan lainnya.

Warung SS mulai beroperasi sejak 2012 silam di Yogyakarta. Berawal dari konsep warung tenda, kini  total gerainya ada 81 gerai yang tersebar di 41 kota seperti di Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, dan Tangerang.       

Harga cabai pedas di kantong, porsi dan kualitas sambal tetap nampol

Kunci sukses usaha kuliner sambal terletak pada cabai. Kualitas cabai yang baik akan menghasilkan rasa sambal yang pas dilidah dan aman untuk dikonsumsi. Pasokan cabai yang tak pasti menuntut pemilik usaha memutar otak agar usahanya berjalan lancar.  

Jelita Pramesti, Media Relation CRP Group mengatakan, selama ini manajemen menjalin kerjasama dengan beberapa pemasok cabai. Selain untuk mengamankan pasokan, kerjasama ini juga terkait kesepakatan harga.  Maklum, mengikuti pasokan, harga cabai sering naik turun.   

Jelita pun menegaskan, meski harga cabai tinggi,  mereka tetap menyediakan menu sambal tanpa mengurangi kualitas dan porsi. Alhasil, mereka rela hanya mengantongi laba tipis. "Kondisi seperti itu tak akan panjang, makanya kami putuskan tetap menjual sambal saat harga cabai tinggi," katanya.

Selalu menyajikan menu sambal baru menjadi senjata menghadapi pemain baru yang terus bermunculan.  Biasaya, setahun sekali akan ada satu sambal kreasi baru.  

Kedepan, Sambal Karmila bakal terus mengembangkan sayapnya dengan membuka cabang baru di Jakarta. Jelita menjelaskan pasar ibu kota masih sangat besar serta konsumen jauh dari tingkat kejenuhan akan menu ayam dan sambal.

Sebagai pioner diusaha ini, Warung Spesial Sambal mengakui pertumbuhan pemain kuliner berbasis sambal ini cukup agresif. Namun, jumlah konsumennya pun juga terus bertambah. Makanya, persaingan  bisa berjalan sehat tanpa ada perang harga.

Widyatmono, Kepala Humas Warung Spesial Sambal mengatakan manajemen gerai tak khawatir dengan adanya pesaing baru. Mereka memilih fokus melakukan inovasi produk.

Biasanya, tes pasar untuk menu sambal baru dilakukan di salah satu gerai Warung Spesial Sambal. Lantas, bila mendapatkan respon baik maka akan dicoba pada sejumlah gerai cabang. Saat responnya sama, mereka pun siap untuk menjualnya disemua gerai.

Sama dengan sebelumnya, tidak stabilnya harga cabai di pasar serta pasokan cabai merupakan salah satu kendala yang Warung Spesial Sambal hadapi. Widy mengatakan, saat harga tinggi mau tidak mau mereka harus memangkas laba.  

Pasalnya, manajemen telah menetapkan Warung Spesial Sambal tidak boleh mengurangi porsi, menaikkan harga jual dan mengurangi kadar kepedasan. Ketiga point tersebut dibuat agar konsumen tidak kecewa dan berujung kabur.

Kendala lainnya adalah masalah internal yaitu manajemen karyawan yang berjumlah sekitar 3.600 orang. Widy bilang, tak mudah mengorganisir karyawan dalam jumlah besar mengingat mereka bermula dari usaha warung tenda. Pantang menyerah, mereka pun terus belajar dalam hal manajerial serta tetap melakukan kontrol kualitas.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×