kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bunda pun merasa aman dengan buku berbahan kain


Kamis, 02 Desember 2010 / 14:12 WIB
Bunda pun merasa aman dengan buku berbahan kain
ILUSTRASI. Semen Indocement (INTP)


Reporter: Anastasia Lilin Y | Editor: Tri Adi

Bisnis berbau kreativitas selalu menarik, termasuk kreasi buku edukatif berbahan kain. Selain muatan informasinya cukup mendidik, buku ini juga aman bagi balita. Jumlah pemain yang masih minim menjadikan potensi bisnis ini cukup bagus.

Banyak orang beranggapan, usia anak di bawah lima tahun (balita) adalah masa penting proses pembentukan otak. Selain asupan gizi yang bagus, rangsangan untuk meningkatkan kemampuan saraf sensorik dan motorik juga penting agar daya kerja otak ikut berkembang.

Salah satu perangsangnya adalah mainan edukatif. Berbeda dengan mainan biasa, mainan ini memiliki unsur pendidikan. Bahkan, kini, bentuknya jauh lebih aman dan menyenangkan. Soalnya, bahan bakunya bukan berupa buku, tapi lembaran kain yang bisa dilipat selayaknya buku.

Bentuknya memang persis seperti buku. Ada lembaran di dalamnya yang bisa dibolak-balik. Hanya, bahan bakunya dari kain lembut macam flanel. Lantaran terbuat dari kain, tekstur buku ini lembut dan aman jika digigit si kecil. Menariknya lagi, buku ini bisa dicuci kalau kotor. Jadi, si kecil tetap bisa mendapatkan mainannya dalam kondisi bersih.

Memang, belum banyak produsen buku edukatif dari kain ini. Salah satunya adalah Evy Nur Shakuntala. Evy mengaku, ide usahanya terinspirasi dari ulah kedua anaknya yang berusia tiga dan lima tahun. Lulusan Jurusan Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) ini kerap mendapati buku cerita yang dia beli buat buah hatinya berakhir menjadi robekan kecil.

Pada Mei 2009, terbersit ide Evy membuat buku dari bahan kain. “Sekalian memanfaatkan kain perca dari usaha konveksi kaos anak-anak saya,” ujar pemilik usaha Alea Educotton di Yogyakarta ini. Hasilnya, Evy kini mengoleksi 10 seri buku yang semua didesain sendiri, disesuaikan dengan usia anak. Contohnya, desain isi buku buat usia satu tahun ke bawah berupa ajakan untuk beraktivitas seperti memasang pola dan mengenali bentuk geometri.

Ada juga buku seri Story Time yang memberikan kesempatan bagi orangtua maupun anak untuk membuat cerita sendiri dari gambar-gambar yang ada. Untuk usia ini, buku dibikin dengan sisipan busa di dalam kainnya.

Buat anak usia dua tahun, Evy membuat buku yang didesain untuk mengembangkan kepekaan motorik anak seperti aktivitas memasang kancing baju atau memasang tali sepatu dari pola yang ada dalam buku. Ia juga membuat buku yang menyodorkan aneka huruf hijaiah (Arab) sehingga si kecil bisa sedini mungkin berkenalan dengan huruf dalam Al Quran.

Evy memproduksi buku edukatif ini dalam tiga ukuran: 12 sentimeter (cm) x 12 cm, 15 cm x 15 cm, dan 18 cm x 18 cm. Harganya antara Rp 40.000–
Rp 85.000 per buku, tergantung ukuran dan tingkat kerumitan pembuatannya.

Berbeda dengan Evy yang sudah menyiapkan buku dalam beberapa seri, pemilik usaha Souvenir Murah, Diana Dewi, yang menggeluti bisnisnya di Yogyakarta, sejak awal 2010, mengaku melayani pembuatan buku sesuai pesanan pembeli. Beberapa jenis buku yang pernah dia buat antara lain informasi soal bentuk, warna, dan anggota keluarga. Harganya sekitar Rp 40.000–Rp 45.000 per buku.


Bidik playgroup dan TK

Di luar buku yang didesain secara personal ini, Dewi juga menjual buku kain massal. Ada empat jenis informasi yang dimuat, yakni seputar serangga, warna, burung, dan cara berhitung. Khusus untuk buku jenis ini, ia bekerjasama dengan seorang rekan di Bandung untuk memproduksi. Harga buku rata-rata sebesar Rp 50.000.

Untuk memasarkan produknya, Evy menggandeng sejumlah pengecer di Bandung dan Jakarta. Ia juga menawarkan buku-bukunya kepada sejumlah sekolah playgroup dan taman kanak-kanak (TK). Beberapa orang yang pernah menjadi kliennya adalah sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Tsabita di Yogyakarta. “Cara ini lebih efektif menggenjot penjualan,” ungkapnya.

Selain menyasar institusi sekolah, Dewi mengaku juga mendekati para orangtua dan perkumpulan sosial untuk memasarkan buku edukatif dari kain ini. Lulusan Jurusan Biologi Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini pernah mendapat pesanan hingga 50 buku dari sebuah sekolah di Yogyakarta.

Dalam seminggu, rata-rata Evy bisa memproduksi 50 buku. Sebagian besar terjual sehingga omzet penjualan buku edukatif dari kain ini mencapai Rp 20 juta per bulan. Jumlah ini hampir separuh dari total omzet usahanya yang lain, yakni memproduksi kaos anak dan wanita yang tiap bulan membukukan omzet sekitar Rp 50 juta.

Para pengecer buku dari kain ikut menikmati untung ini. Rahmawati Wulan Yuliarti, pemilik Azzah Kid Shop di Magelang, Jawa Tengah, ikut memasarkan produk ini sejak 2009. Ia mengambil produk dari seorang produsen di Jakarta dan menjualnya bersama dengan aneka mainan lain dengan harga Rp 48.000–Rp 50.000 per buku.

Permintaan buku edukatif jenis ini juga terus naik. Saat ini, dalam sebulan, Rahma berhasil menjual lebih dari 20 buku. “Makin banyak orangtua yang ingin memberikan sesuatu yang mendidik dan aman bagi anaknya,” ungkapnya.

Yessy Namara, seorang pengecer mainan di Cibubur, Jakarta Timur, mencatat, penjualan buku edukatif dari kain mencapai setengah dari total penjualan mainan. “Saya mengambil margin harga sebesar 30%,” ujarnya tanpa menyebut total omzet penjualan bukunya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×