kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,19   -7,17   -0.77%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Burung robin: Irit bertelur, populasinya semakin dedikit (1)


Jumat, 29 April 2011 / 15:43 WIB
Burung robin: Irit bertelur, populasinya semakin dedikit (1)
ILUSTRASI. Teh hijau menjadi salah satu obat stroke herbal paling ampuh. REUTERS/Shamil Zhumatov/Illustration


Reporter: Mona Tobing | Editor: Tri Adi

Para pecinta burung pasti tak asing dengan burung robin. Sempat ngetop di tahun 1990-an, burung kicau impor asal China, Taiwan, dan Belanda ini menghilang saat flu burung merebank di Indonesia. Tahun ini, kicau si robin kembali dicari.

Memiliki ukuran tubuh yang mungil, yakni cuma 5 sentimeter (cm) hingga 7 cm, burung robin mampu memikat hati para pecinta burung. Bulunya yang berwarna-warni menggoda mata untuk mencermati keindahan fisiknya.

Meski termasuk burung impor, robin mudah beradaptasi di Tanah Air. Di habitat aslinya, robin hidup secara bergerombol. Ia juga termasuk burung yang lincah, terbang ke sana-kemari. "Burung ini juga suka mengoceh hingga suara kandang ramai dan berisik," tandas Yudha Tri Darma, penjual burung robin di Bekasi.

Meski begitu, ocehannya berirama sehingga merdu ketika sampai di telinga. Ocehan inilah yang turut mendongkrak harga burung robin. Semakin nyaring suaranya, semakin mahal harga jual si robin.

Menurut Yudha, ocehan yang keluar dari robin sangat tergantung dengan lingkungan sekitar burung. Robin juga lebih peka terhadap perubahan cuaca di sekitar tempat ia tinggal.

Tempat yang sejuk menjadi habitat terbaik bagi burung robin. Karena itu, jika tinggal di daerah panas, umur robin akan lebih pendek. Karena itu, Yudha memberi saran, pecinta burung yang tinggal di daerah dengan suhu panas harus rajin menaruh burung robin kesayangannya ke dalam ruangan. "Sediakan air dalam kandang. Kalau robin kepanasan, ia akan berendam sendiri dalam air," ujarnya.

Agar tumbuh sehat dan berumur panjang hingga lima tahun atau lebih, robin juga membutuh vaksin. Salah satunya vaksin flu burung. Pemberian vaksin secara rutin akan mendongkrak harga robin.

Selain vaksin, hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah soal pakan. Meski makanan robin terbilang mudah, yakni cokelat, jangkrik, pisang, apel, atau voer, tapi robin termasuk burung yang rakus. Makanya, pemilik robin harus memperhatikan jadwal makan robin, yakni pada pagi hari dan sore hari. "Kalau apel setengah, kalau jangkrik dua ekor," ujar Stevanus, penjual burung robin di Yogyakarta.

Mendeteksi burung robin yang sedang sakit mudah. Selain malas berkicau, burung yang punya sifat dasar riang ini akan tampak lesu. Jika tak berusaha menyembuhkan si robin, pemilik ada baiknya membiarkan burung mati. "Ini demi mencegah penyakit menular," ujarnya.

Daya tarik paling kuat burung robin adalah bulunya yang berwarna cerah. Bahkan, dari warna bulu, kita dapat mengidentifikasi jenis kelamin burung robin. "Warna pada paruh betina kuning pudar, sedangkan di jantan berwarna merah bercampur orange," terang Stevanus.

Leher dan sayap burung, baik jantan maupun betina, memiliki persamaan yakni berwarna kuning bercampur oranye. Punggung burung berwarna hijau bercampur kuning dan merah.

Meski memiliki bulu indah dan berwarna-warni, kualitas bulu robin terbilang kuat lantaran tak gampang rontok. Namun, seperti burung lainnya, robin juga mengalami ganti bulu setahun sekali.

Meski belum masuk sebagai satwa yang dilindungi, robin merupakan satwa yang tak begitu produktif dalam bertelur. Dalam setahun, burung ini hanya bertelur dua sampai tiga kali. Telur yang dihasilkan hanya dua sampai tiga butir. "Kemungkinan yang bertahan hidup hanya 1 dari 3 telur," tutur Yudha.

Wajar bila populasi burung robin kian sedikit. Ini pula yang membuat harga robin mencapai Rp 550.000-Rp 1,5 juta.


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×