kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Cocolan batagor tak lagi nendang


Jumat, 10 November 2017 / 13:10 WIB
Cocolan batagor tak lagi nendang


Reporter: Mia Chiara, Tri Sulistiowati, Venny Suryanto, Yovi Syarifa | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain siomay, nasi goreng, bakso atau ketoprak, batagor menjadi salah satu makanan favorit banyak orang. Tak percaya, coba lihat di sekitar komplek perumahan, di sekolah, di area parkir mini market, atau di jalan-jalan, pasti kita akan menjumpai kedai atau gerobak yang menjajakan makanan asal ranah Sunda tersebut.  

Malah sajian ini juga sudah nongkrong di gedung perkantoran, pusat belanja hingga hotel berbintang. Maklum, makanan dengan sebutan bakso tahu goreng alias batagor tersebut punya rasa yang gurih dan lezat. Apalagi ditaburi dengan bumbu kacang.

Tak heran bila para pengusaha batagor pun banyak yang menawarkan program kemitraan. Dengan harapan tawaran mitra bisnis ini mendapat sambutan hangat lantaran potensi pasar yang masih terbuka.

KONTAN pernah mengulas program kemitraan batagor kurang lebih satu tahun yang lalu. Nah saat sekarang, apakah tawaran kemitraan dengan skema waralaba tersebut masih menjanjikan hingga kini. Untuk mengetahuinya, KONTAN mengulas tiga program kemitraan batagor. Yakni Batagor Abuy, Hanimun, dan Batagor Cuplis. Berikut ulasannya.  

Batagor Abuy

Adalah Siau Tjhun Bui yang merintis usaha kuliner sejak tahun 1983 dengan nama Batagor Abuy di Bandung. Secara perlahan, Batagor Abuy menjadi salah satu batagor terlaris di Bandung.

Setelah lama eksis dan banyak peminat, Siau Tjhun, mulai memberanikan diri membuka tawaran kemitraan camilan tersebut sekitar empat tahun yang lalu.

Saat menawarkan program kemitraan, Siau Tjhun memberi tantangan bagi para mitra untuk menjadi reseller terlebih dahulu. Bila saban hari calon mitra sanggup menjual batagor 100 porsi per hari dan terus mengalami lonjakan, maka calon mitra bisa menjadi mitra.

Saat KONTAN ulas pada tahun 2015 lalu, jumlah mitra yang bergabung ada 10 mitra dengan lokasi gerai semuanya ada di Kota Kembang. Begitu pula dengan para penjual (reseller) Batagor Abuy yang ada lima penjual juga ada di Bandung.

Selang dua tahun, tidak ada perubahan yang berarti. Jumlah mitra dan reseller pun masih sama dengan sebelumnya. "Kami memang membatasi dan selektif sehingga, tidak semua orang yang ingin menjadi mitra kami terima," kata Frans Sanjaya, pemegang cabang sekaligus anak dari Siau Tjhun Bui kepada KONTAN.

Yang berbeda adalah dari sisi harga. Bila sebelumnya harga Batagor Abuy sekitar Rp 8.000 per porsi, maka kini sudah naik menjadi Rp 10.000 per porsi sejak tujuh bulan yang lalu. Penyebabnya tak lain karena adanya kenaikan bahan baku yang membuat Frans harus mengerek harga jual.

Sayang, Frans tidak mengetahui secara persis omzet seluruh cabang dan reseller Batagor Abuy. Ia cuma tahu omzet dari 10 cabang Batagor Abuy, yakni rata-rata antara Rp 5 juta sampai Rp 10 juta per bulan.

Omzet yang tidak terbilang ciamik tersebut terjadi lantaran persaingan bisnis kuliner di Bandung saat ini sudah begitu sangat ketat. Saat ini saja, kedai makanan dan minuman di Kota Persib tersebut sudah menjamur di mana-mana.

Meski begitu, Frans tidak patah semangat. Ia punya resep untuk tetap menjaga kualitas produk Batagor Abuy supaya tetap terjaga dan tetap dibeli konsumen. Misalnya tetap memakai ikan tenggiri yang berkualitas.

Malah, tahun depan Frans menargetkan ingin membuka cabang baru dengan konsep ala kafe. Supaya bisa menjangkau kaum milenial. Sayang, ia tidak merinci target jumlah gerai dan soal lokasi dari gerai Batagor Abuy yang baru tersebut. Yang jelas, hingga kini, Batagor Abuy masih dicari pelanggan dan juga pelancong.

Batagor Hanimun

 

Batagor Hanimun berdiri pada tahun 2007 juga di kota Bandung. Usaha ini didirikan oleh beberapa orang. Salah satunya Satria Maulana Kusumahdinata dan Angga Januar Kusumahdinata.

Tahun 2011, Satria mulai mengembangkan usaha lewat kerjasama kemitraan dengan nilai investasi Rp 20 juta. KONTAN sendiri pernah mengulas program kemitraan Batagor Hanimun setahun lalu. Kala itu usaha ini punya tiga unit gerai pribadi dan empat gerai milik mitra  yang tersebar di Jabodetabek.

Sekarang, sang pemilik mengaku tidak lagi fokus pada bisnis kemitraan. Rupanya, mereka ingin fokus di proses produksi batagor. Langkah ini mereka ambil supaya tetap bisa mengontrol tiga mitra kerja yang masih aktif. Alasan yang lainnya lagi adalah Batagor Hanimun kini juga sudah dijual lewat foodtruck.

Untuk gerai pribadi yang aktif berjualan adalah foodtruck yang biasanya mangkal di seputaran Taman Lansia, Cisangkuy , Bandung di setiap akhir pekan. Menu yang dijual juga tidak berubah masih. Selain batagor ada siomay,  bakso malang dan cuanki.

Untuk menu, Batagor Hanimun kini sudah ada tambahan rasa. Seperti siomay cheese roll dan batagor dengan tujuh macam bumbu yakni bumbu kacang, kuah kaldu, kuah tom yam, kuah cuka, bumbu rujak, bumbu tabur dan kuah kare. Harga yang dibanderol berkisar Rp 15.000 per porsi.

Uniknya, harga Batagor Hanimun hingga kini masih belum naik. Menurut Satria, pihaknay tidak ingin mengerek harga lantaran daya beli masyarakat tengah lesu. Apalagi penjualan Hanimun saat ini tengah turun 10% dari tahun lalu.

Sama seperti Frans, Satria tidak patah arang menghadapi bisnis yang kurang kondusif. Supaya pasar tetap terjaga, ia menerapkan strategi promosi. Seperti promosi via media sosial, yakni Instagram atau Facebook, Ia juga sudah gandung Go Food untuk pengiriman batagor Hanimun ke luar Bandung.

Batagor Cuplis

Berbeda dengan Batagor Abuy dan Hanimun, batagor besutan Sugieharto Gunawan, yakni Batagor Cuplis sudah tidak lagi menawarkan program kemitraan. Menurut Sugieharto, pihaknya hingga saat ini tinggal fokus mempertahankan gerai yang sudah berjalan.

Saat KONTAN ulas pada November 2016, Batagor Cuplis sudah mempunyai 12 gerai milik pusat yang tersebar di sekitar Jabodetabek dan Cirebon. Sedangkan gerai milik mitra kerja saat ini sudah ada empat gerai.

Selang setahun, perubahan besar terjadi. Untuk 12 gerai milik manajemen Batagor Cuplis hingga kini masih berjalan. Berbeda dengan gerai milik mitra yang ada empat gerai sudah pada tutup. "Batagor Cuplis tidak menawarkan kemitraan lagi sejak awak tahun 2017 ini," katanya kepada KONTAN.

Penyebabnya tak lain adanya regulasi pemerintah yang mengharuskan bagi para pebisnis mendaftarkan mitra kerja. "Apabila regulasi sudah bisa kami urus, kemungkinan Batagor Cuplis bisa menawarkan program kemitraan kembali," tuturnya.

Sebelumnya, Batagor Cuplis menawarkan beragam paket kemitraan, seperti paket booth senilai Rp 30 juta-Rp 75 juta, paket foodcourt Rp 50 juta – Rp 150 juta dan paket kemitraan mini resto Rp 150 juta -Rp350 juta.

Sambil jalan, Sugieharto justru sudah mengeluarkan produk anyar dengan label Gerobak Bandung. Lokasi ada di Bogor. Namun, hingga kini ia belum membuka peluang kerjasama untuk Gerobak Bandung. Yang jelas, ia bakal terus berinovasi.            

Perlu ada keseriusan dan standardisasi

Djoko Kurniawan, Konsultan Bisnis dan seorang pengamat usaha menilai batagor hingga kini masih tergolong makanan yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Otomatis, pangsa pasar dari camilan khas Sunda ini masih luas dan terbuka lebar.

Maka, ia masih optimistis, meski persaingan di bisnis makanan batagor sudah sangat ketat, masih tersisa peluang yang bisa pemilik manfaatkan. Asalkan si pemain mau menjalankan usaha tersebut dengan tekun dan serius. "Merek (batagor) baru yang mengelola secara serius masih belum terlalu banyak," katanya kepada KONTAN.

Sehingga tidak ada alasan lain bagi investor yang seolah enggan untuk terus membenamkan investasi di bisnis bakso tahu goreng alias batagor tersebut. Nah, kalau ada pebisnis yang sudah merasa enggan berbisnis camilan tersebut, si pebisnis dari awal berusaha kurang serius menjalani usaha. Sebab bila ini terjadi maka standardisasi dalam proses produksi, pelayanan dan pengelolaan karyawan bakal kurang optimal. Ujung adalah pelayanan ke pelanggan menjadi tidak profesional. Semisal, produk tidak berkualitas dan layanan ala kadarnya.  

Nah, kendala tersebut rupanya kerap terjadi. Penyebabnya karena banyak pebisnis yang belum mempunyai standar yang jelas dalam menjalankan bisnis.

Salah satu syarat untuk tetap konsisten di bisnis batagor, dan tentu di bisnis lainnya, maka pemilik bisnis harus mengadakan pelatihan terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mengetahui rencana dan skala bisnis serta kendala yang bakal dihadapi. Ini penting pebisnis kerjakan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×