kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Corak kain unik, labanya pun ciamik


Selasa, 07 Juli 2015 / 12:39 WIB
Corak kain unik, labanya pun ciamik


Reporter: J. Ani Kristanti, Marantina | Editor: Tri Adi

Usaha berbahan kain tengah melambung, mulai dari pernak-pernik seperti dompet, tas hingga pengisi interior, seperti sarung bantal, pelapis sofa, lampu meja dan lainnya. Nah, untuk membuat produk yang punya keunikan masing-masing, selain model, produsen juga banyak bermain dengan motif-motif kain.

Oleh karena itu, seringkali produsen menggambar sendiri motif-motif kain yang mereka pakai. Dari sinilah muncul kebutuhan akan jasa cetak kain. Maklum, kebutuhan bahan baku sebagian produsen kerajinan itu belum banyak sehingga mereka tak memesan kain langsung ke pabrik kain. Apalagi, jika mereka masih dalam taraf pemain baru.

Usaha jasa cetak kain ini juga masih tergolong baru. Shrelo, salah satu pemainnya, baru memulai bisnis ini tiga tahun lalu. Sebelumnya, Abimono, pemilik Shrelo, bersama istrinya sempat bekerja sebagai karyawan dan punya pengalaman dalam usaha offset printing. Lalu pada 2012, usaha cetak kain dimulai.

Awalnya, usaha ini dimulai secara maklon. Abimono mencari order klien terlebih dahulu, lalu mencetak kain di tempat lain. Sistem ini berlangsung selama enam bulan. Selain mencari pasar, Abimono ingin tahu dan mendapatkan kualitas terbaik untuk cetak kain.

Sementara, Eprintdigital baru membuka usahanya pada Oktober 2014. Yani Intan, pemilik Eprintdigital, mengatakan, potensi jasa cetak kain ini masih cerah karena belum banyak pelaku usaha yang terjun ke bidang jasa printing kain ini.  

Prospek usaha ini juga terlihat dari pertumbuhan permintaan jasa cetak kain. Yani bilang, sejak memulai usahanya tujuh bulan silam, permintaan terus meningkat. Bahkan, dia menghitung, pesanan saat ini sudah lebih dari dua kali lipat dibanding dulu.

Kini, saban bulan, Yani bisa mencetak mulai ratusan hingga ribuan meter kain. “Kalau ramai bisa lebih dari 1.000 meter, kalau sepi, ya, berkisar 100 m -
200 m,” kata Yani.

Pemakai jasa ini datang dari konsumen ritel. Sebagian besar adalah pengusaha atau pemilik usaha yang memproduksi garmen, tas, sarung bantal dan lainnya. Ada juga konsumen dari korporasi yang ingin mencetak kain seragam atau suvenir, seperti syal atau kerudung, dengan membubuhkan logo perusahaan atau tulisan tertentu pada kain.

Biasanya, konsumen akan membawa desain motif kain sendiri. Meski begitu, Yani juga menyiapkan desain motif-motif kain untuk dicetak. Selain itu, dia juga menyediakan kain putih yang siap cetak. “Sebab, banyak pula konsumen yang tidak membawa kain sendiri,”
ujar dia.

Beberapa kain yang disediakannya adalah kain TC (yang biasa dipakai untuk spanduk), kain satin, velvet, chiffon dan lainnya. Jika konsumen membawa kain sendiri, Yani meminta konsumen untuk memilih kain yang mengandung polyester. “Kami masih memiliki satu mesin cetak yang khusus mencetak jenis kain polyester,” terang Yani. Maklum, mesin cetak ini berbeda untuk kain yang mengandung bahan katun. Selain mesin berbeda, tinta yang digunakan juga beda.  

Banderol harga jasa cetak ini berkisar antara Rp 80.000-Rp 170.000 per meter, tergantung dari kain yang dipakai. Harga ini sudah termasuk dengan kain putih yang disiapkan Eprintdigtal. Bila konsumen membawa kain sendiri, ongkosnya mulai dari  Rp 60.000-Rp 80.000. “Ongkos ini tergantung dari jenis dan lebar kainnya, karena konsumen memang ada yang mau nyoba dari kain sendiri,” kata Yani.

Apakah Anda tertarik menggeluti usaha ini? Menurut Yani, lantaran pemain belum banyak, keuntungan dari jasa cetak kain ini lumayan tebal. “Masih bisa mencapai 30%,” ungkap dia.


Maklon atau beli mesin
Secara garis besar, Abimono mengatakan, usaha cetak kain mirip dengan offset printing, tapi dengan tingkat kesulitan yang berbeda. “Industri offset printing sudah mapan karena sudah lebih dari 30 tahun, sementara cetak kain baru empat tahun, jadi para pemain pun masih sama-sama belajar,” jelas  dia. Begitu juga dengan di luar negeri, usaha ini pun masih tergolong baru.

Yani pun berpendapat serupa. Jasa cetak kain digital ini mirip dengan jasa cetak untuk media kertas. Sebab, sebelum dicetak di kain, motif terlebih dulu dicetak pada kertas dengan ukuran skala 1:1. Oleh karena itu, sebaiknya motif kain harus benar-benar fix sebelum dikirim ke percetakan supaya tak terjadi kekeliruan.  

Dalam melayani konsumen, Yani pun selalu meminta pemesan untuk menyerahkan file yang siap dicetak. File harus tersimpan dalam format jpeg, tiff, psd, ai, png atau pdf, dengan resolusi 150 DPI-300 DPI. “Ukuran harus siap print karena kami tak memberikan layanan untuk edit,” kata Yani.

Kualitas mesin sangat berpengaruh pada hasil cetakan. Yani menggunakan mesin asal Jepang karena hasil cetakannya lebih tajam. Namun, mesin printer asal Jepang ini harganya juga lumayan tinggi. Yani sendiri merogoh koceknya hingga Rp 200 juta untuk membeli mesin.

Selain dari Jepang, mesin-mesin cetak kain buatan China juga banyak tersedia. Mesin-mesin cetak ini bisa diperoleh dari pemasoknya di Indonesia.

Namun, meski Anda sudah menyiapkan modal yang cukup untuk membeli mesin, ada baiknya mempertimbangkan masukan dari Abimono. Menurut dia, sebelum membeli mesin sendiri, pastikan kapasitas produksi atau volume order sudah mencukupi untuk menutupi biaya produksi. Kalau belum, bisa, Anda bisa memulai dengan sistem maklon. Dari segi margin, sistem maklon sebenarnya menghasilkan margin keuntungan lebih tinggi. Namun, mencetak sendiri dengan volume order yang tinggi akan lebih menguntungkan. “Kalau belum ada market, tapi beli mesin itu seperti gambling. Biasanya orang digital printing dengan maklon dulu,” kata Abimono.

Mesin yang digunakan ada dua macam. Selain printer, usaha ini juga memerlukan mesin press. Untuk ukuran kecil, harga mesin printer mulai di atas Rp 100 juta. Demikian pula dengan mesin press.

Abimono memilih Epson setelah dibandingkan dengan produk printer lain. Pasalnya, perusahaan manufaktur juga baru mulai meluncurkan produk printer kain sekitar empat tahun lalu. Dari sisi perusahaan, mereka juga masih mengembangkan produk. Namun, permintaan untuk cetak kain sudah bermunculan.

Ketika mulai usaha, Abimono hanya membeli sepasang mesin yang terdiri dari printer tekstil dan mesin press. Pada tahun pertama, dalam sebulan mereka bisa mencetak 300 meter kain per bulan. Abimono bilang, itu sudah kapasitas maksimal untuk sepasang mesin cetak.

Untuk cetak kain, pilihan mesin ada banyak dengan teknologi yang berbeda-beda. Perlu diperhatikan, ada beberapa printer yang memang bisa menghasilkan warna sesuai desain, tapi ada juga printer yang tidak bisa mendapat detail
desain.

Dengan demikian, penyedia jasa cetak kain punya pasar yang beragam. “Ada yang main di harga murah karena memang hasil cetaknya tidak bisa persis seperti desain,” sebut dia.

Bukan cuma mesin, kualitas cetak kain ini juga ditentukan oleh jenis tinta. Tinta yang dipakai untuk cetak kain ini adalah tinta untuk media kertas. Yani pun menggunakan tinta merek Epson untuk menjamin kualitas cetak di kainnya.

Namun, sebaiknya, Anda tak berlaku curang. Abimono bilang, banyak penyedia jasa cetak kain yang “nakal” dengan menggunakan tinta oplosan. “Padahal, ada konsumen kami menggunakan kain untuk baju anak, jadi kami tidak berani menggunakan bahan kimia berbahaya sebagai tinta,” ujarnya.

Untuk itu Abimono mengakui tarif jasa cetak kain Shrelo tidak bisa ditekan. Tarif mencetak kain di Shrelo mulai Rp 90.000 hingga Rp 200.000 per meter. Konsumen bisa menggunakan kain sendiri atau sekaligus membeli kain pada Shrelo.

Abimono sendiri lebih menyarankan customer untuk sekaligus membeli kain pada Shrelo. Pasalnya, beda dengan kertas, ketika dicetak, kain punya tingkat kesulitan yang jauh lebih tinggi. Untuk jenis kain yang sama, hasil cetaknya bisa berbeda. “Kami sudah coba banyak jenis kain hingga menemukan kain yang memang cocok untuk dicetak,” katanya.

Jenis kain yang bisa dicetak yaitu yang mengandung polyester, seperti satin bridal, silk satin, chiffon, organdi, spandek, serta kanvas.

Saat ini, kisaran order cetak kain di Shrelo berkisar 500 meter–3.000 meter saban bulan. Abimono menuturkan, dari usaha ini, ia bisa mencetak laba sektiar 15% dari omzet. Namun, ada faktor lain yang harus diperhitungkan dari bisnis ini, yakni gagal cetak.

Yang harus diperhatikan, tingkat keberhasilan juga ditentukan oleh tebal tipis kain. Namun, bukan berarti, hasil cetakan di kain yang tipis rentan gagal. Untuk menghindarinya,  pencetakan harus dilakukan dengan hati-hati. “Untuk kain-kain yang tipis, seperti chiffon, biasanya butuh waktu yang lebih lama, karena memang harus hati-hati. Hal ini harus disampaikan ke konsumen,” tegas Yani. Pekerjaan cetak kain digital ini biasanya rampung dalam waktu 1 minggu.

Lantaran menjamin kualitas terbaik, Shrelo bersedia mengganti kain yang gagal cetak. Ini seringkali terjadi sehingga margin keuntungan tidak bisa digenjot terlalu tinggi. Nah, bedanya dengan usaha cetak kertas, tingkat kegagalan cetak kain sangat tinggi. “Kalau ada yang rusak sekian sentimeter, saya harus ganti semuanya,” ucap Abimono.

Memilih pasar antara ritel dan korporasi
Sampai saat ini, penjualan dengan sistem online masih menjadi andalan para pelaku usaha jasa cetak kain ini. Sejak membuka usahanya pada Oktober 2014, Yani Intan pun masih mengandalkan website www.eprintdigital.com untuk menjangkau konsumennya.

Demikian pula dengan Abimono, pemilik Shrelo, yang juga memilih jalur online pada tahap awalnya untuk mencari pasar. Dia pun memanfaatkan berbagai media sosial sebagai media promosinya. Dari konsumen yang pernah memesan kain di Shrelo ini kemudian promosi berlanjut lewat mulut ke mulut.

Seperti bidang usaha lainnya, Anda juga bisa menetapkan target pasar secara khusus supaya lebih fokus saat menggarap pasar tersebut. Anda bisa memilih pasar ritel atau langsung menetapkan untuk menggarap pasar korporasi. Tapi ingat, masing-masing pasar itu punya kelebihan dan kekurangan.

Pasar ritel misalnya. Abimono bilang, dari pasar ritel bisa menjangkau konsumen dari seluruh Indonesia. Bahkan hingga Malaysia dan Singapura. “Kami, kan, online, jadi tak ada kesulitan. Yang penting kualitas gambar yang dikirim bagus dan bisa dicetak. Kalau belum, kami akan membantu desain supaya bagus untuk dicetak karena tidak semua gambar atau disain bisa dicetak dengan bahan kain,” terang dia.

Hanya saja, melayani konsumen ritel ini, Anda juga harus siap dengan berbagai keribetan, terutama jika mereka mengajukan keluhan. Oleh karena itu, Yani bilang, quality control menjadi penting supaya tak menuai keluhan. Kelebihan dari pasar ritel ini adalah uang jasa cetak bisa didapatkan lebih mudah sehingga modal cepat berputar.

Sementara, dengan konsumen korporasi, Anda bisa mendapatkan order besar dalam sekali pemesanan. Anda juga tak terlalu repot menghadapi mereka. Namun, bisa bermain di segmen ini, Anda juga harus siap dengan modal besar karena pembayaran biasanya berdasar pada waktu yang telah disepakati.

Di Shrelo, konsumen korporasi hanya 10% dari total konsumen mereka. “Tapi jumlah order bisa separuh dari order yang masuk ke Shrelo,” kata Abimono. Biasanya, konsumen korporat juga tak  terlalu mengutamakan waktu, tapi kualitas. Karena perencanaan mereka sudah jauh-jauh hari. Sementara, konsumen ritel lebih memerlukan waktu cetak yang cepat.•

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×