kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dari jeruk, petani beralih ke buah naga (1)


Minggu, 01 Oktober 2017 / 11:00 WIB
Dari jeruk, petani beralih ke buah naga (1)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Tak hanya pesona keindahan alam, Banyuwangi juga terkenal dengan  hasil pertaniannya. Ada dua komoditas buah utamanya, yakni jeruk dan buah naga.

Salah satu sentra penghasil kedua buah ini adalah Desa Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Saat KONTAN mengunjungi lokasi tersebut, hamparan luas perkebunan buah naga dan jeruk di kanan kiri jalan mendominasi pemandangan. Perkebunan jeruk dan buah naga ini lokasinya juga tak jauh dari rumah penduduk.  

Ada keunikan dari kebun buah naga di Desa Pesanggaran ini. Tampak untaian kabel dan lampuu yang mengelilingi seluruh area kebun. Lampu-lampu pun persis berada di atas tanaman.

Berdasarkan penelusuran, lampu tersebut dipercaya sebagai alat bantu fotosintesis tanaman. Alhasil, tanaman dapat berbuah sepanjang tahun. Sebab, buah naga termasuk salah satu buah musiman.

Bagi Anda yang hendak berwisata sambil menikmati keasrian kebun jeruk dan buah naga, sebaiknya membawa kendaraan pribadi. Tak ada tranportasi umum yang menjangkau lokasi kebun buah ini.

Jarak tempuh dari pusat kota Banyuwangi berkisar 55 kilometer, mengarah ke Jember. Butuhkan waktu sekitar satu jam untuk mencapai lokasi kebun ini. Tak ada patokan khusus yang menandakan mulai memasuki lokasi.

Sebagai penanda hanyalah hamparan pohon jeruk dan buah naga dikanan kiri jalan. Aktivitas berkebun biasanya dilakukan pagi dan sore hari.

Gatul, salah satu petani mengaku lokasi tersebut sudah dikenal sebagi penghasil jeruk sejak tahun 1973. Mudahnya akses komunikasi dan informasi, membuat sebagian petani mulai beralih atau membagi sawahnya dengan tanaman buah naga.

Seperti laki-laki berkumis ini yang mulai menanam buah naga pada tahun 2014. Ia tertarik dengan keuntungan hasil panen yang didapatkan oleh rekan-rekannya. Lantas, Mbah Gatul mengubah sebagian kebun jeruknya untuk ditanami bibit buah naga.

Tak ingin setengah-setengah, dia merogoh koceknya dalam-dalam untuk menyiapkan fasilitas menanam buah naga. Yakni, jaringan listrik dan lampu yang mendukung pertumbuhan tanaman. "Saya habis Rp 20 juta untuk pasang lampu," ujarnya.

Sayang usahanya belum berbuah manis. Hasil panennya tergolong kecil karena kesalahan pemasangan lampu.  
Seluruh hasil panennya pun, disetorkan kepada tengkulak. Buah naga ini dijual di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur.

Petani lainnya adalah Suyanto. Ia telah mengolah perkebunan ini sejak kecil bersama orang tuanya. Tak sama dengan lainnya, dia menggunakan lahan sewa untuk menanam jeruk dan buah naga.

Saat ini, dia mempunyai tiga lahan yang total luasnya hampir sehektar. Namun, tahun ini, panen tak maksimal karena cuaca kurang bersahabat. Dia hanya memanen 4-5 kuintal jerukdan 3-4 kuintal buah naga saat musim panen. Seluruh hasilnya pun langsung didistribusikan kepada pedagang pasar dibeberapa tempat seperti Suarabaya, Kalimantan dan Flores.      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×