kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,28   -13,21   -1.43%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dari sini asal lemper yang dijual di pasar jajan Jakarta (3)


Jumat, 09 Februari 2018 / 10:40 WIB
Dari sini asal lemper yang dijual di pasar jajan Jakarta (3)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Puluhan tahun menggeluti usaha pembuatan lemper, beragam tantangan menghadang para produsen makanan berbungkus daun pisang ini. Mulai dari turunnya daya beli hingga lonjakan harga beras ketan. 

Kasmanto, produsen lemper di sentra itu mengeluhkan harga beras ketan yang terus merangkak naik usai lebaran tahun lalu. "Kenaikan harganya lebih dari 50%," katanya pada KONTAN, Jumat (19/1). 
 
Sebelumnya, untuk membeli satu karung beras ketan dia hanya perlu menyiapkan uang sekitar Rp 630.000. Tapi, kini, modal yang harus ia siapkan mencapai Rp 1,17 juta. 
 
Laki-laki yang lebih akrab disapa Kasman ini pun sengaja keliling ke pasar-pasar hingga ke Jakarta Selatan. Namun, ia justru mendapati harga yang kian tinggi. Apalagi, selain beras ketan, harga bahan baku lainnya, seperti ayam juga ikutan naik. 
 
Tapi, kenaikan harga ini tak mendorong Kasman mengerek harga jual lemper. Ia takut lemper produksinya justru tak laku. Dia pun memilih memperkecil ukuran lemper. 
 
Kasman mengatakan,  sebenernya dia sudah enggan membuat lemper bila kondisi terus memburuk. "Ingin pulang kampung saja, tapi di sana juga bingung mau kerja apa karena ketrampilan saya ya bikin kue. Sementara jualan kue begini dikampung tidak laku," katanya.
 
Melihat usaha yang nampak tidak dapat berkembang, kedua anaknya enggan untuk meneruskannya.  Mereka memilih membantu dalam proses pengemasan sambil mencari pekerjaan lainnya.
 
Meski kondisi sedang tak bersahabat, Kasman tak  pernah khawatir dengan persaingan. Dia yakin, setiap rejeki sudah ada yang mengatur.  
 
Pembuat lemper lainnya, Kusmanto juga mengeluhkan hal yang sama. Tingginya harga beli beras ketan menyusutkan keuntungannya. Ia tak lagi sering pulang kampung. "Saya kalau pulang bisa-bisa tidak bisa kembali dan produksi lagi modalnya pas-pasan sekarang," jelasnya. 
 
Berbeda dengan sebelumnya, kenaikan biaya produksi ini mau tidak mau membuatnya untuk menaikkan harga jual produk sekitar Rp 100 - Rp 200 tiap lemper. Namun, dia menghitung, meski harga sudah naik, untung yang diperoleh tetap lebih kecil dibanding dulu. 
 
Kusmanto pun mengaku pasrah. Dia harus bersiap untuk menyambut makin mahalnya harga bahan baku menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. 
 
Apalagi, lemper termasuk makanan yang tak bisa bertahan lama. Dia kini harus benar-benar berhitung dalam menentukan jumlah produksi supaya tak menyisakan banyak lemper. Biasanya, Kusmanto akan melelang lemper yang tak laku dijual ke pedagang lainnya. Sedangkan untuk Kasman lebih sering membagikan lemper yang tidak terjual kepada tetangga sekitar tempat produksinya.
 
(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×