kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dari tugas kampus ke merintis usaha ikan (2)


Senin, 15 Februari 2016 / 17:21 WIB
Dari tugas kampus ke merintis usaha ikan (2)


Reporter: Teodosius Domina | Editor: S.S. Kurniawan

Aang Permana berasal dari keluarga yang perekonomiannya pas-pasan. Sejak kecil dia sudah terbiasa hidup dalam keterbatasan.

Tiap tahun Aang harus mengurus Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) ke kantor kepala desa, agar bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan SMP.

Aang tidak pernah membeli buku pelajaran seperti teman-teman lainnya. Ia kerap meminjam dari temannya dan mengerjakan tugas-tugas di rumah lantas besoknya buku tersebut dikembalikan.

Perekonomian keluarga makin terpuruk ketika ayahnya terkena PHK akibat imbas krisis moneter di tahun 1998. Sejak saat itu ayahnya sempat menjajal berbagai usaha, mulai dari berjualan mainan hingga buka warung untuk menghidupi keluarga.

Kondisi serba kekurangan terus berlanjut hingga SMA dan memasuki jenjang perkuliahan. Lantaran tidak ada biaya, orang tuanya tidak menyetujui Aang melanjutkan kuliah. 

Namun, lantaran semangatnya yang tinggi untuk bisa mengenyam pendidikan, Aang berusaha untuk bisa masuk kuliah dengan berbagai cara. Orang tua Aang mengira waktu itu ia pergi untuk kerja serabutan.

Tapi ternyata, Aang nekat mendaftar tes masuk di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) . "Ternyata diterima, tapi karena kesulitan ekonomi saya tidak bisa membayar uang masuk,” ungkap Aang.

Program subsidi silang di kampus membuatnya hanya membayar Rp 3 juta. Itupun masih tertunggak hingga semester dua.

Tiap tiga bulan, Aang menandatangani surat kesanggupan membayar. Uang kuliah ia tutup dengan uang beasiswa, memberi les privat siswa SD-SMP, dan berjualan makanan ringan. 

Ketekunannya membuat perkuliahan berjalan baik. Cikal bakal Crispy Ikan bermula dari sini. Dari tugas kampus yang mengharuskan dia membuat sebuah program pemberdayaan warga desa,

Aang dan rekan-rekannya pun terjun ke masyarakat sekitar Waduk Cirata, Cianjur. Ikan Petek yang menjadi sumber daya alam daerah itu coba mereka budidayakan untuk nantinya bisa meningkatkan perekonomian masyarakat.

Setelah tugas kampus selesai, dia pun disibukkan dengan pelajaran dan lainnya hingga lulus. Selepas kuliah, Aang sempat bekerja di sebuah perusahaan minyak dan gas.

Secara ekonomi, fasilitas yang Aang dapat sudah lebih dari cukup. Seharusnya ia sudah cukup puas lantaran sudah bisa menghidupi dirinya sendiri. Namun, kondisi itu tidak membuatnya bahagia.

"Saya tidak ingin memperkaya diri sendiri. Saya ingin  membantu masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka," ujarnya. 

Setelah beberapa kali ditolak ketika mengajukan pengunduran diri, akhirnya dia diizinkan untuk keluar dari pekerjaannya. Aang membulatkan tekad untuk kembali ke Cianjur untuk mengembangkan bisnis ikan petek yang dia rintis ketika kuliah.

Berbekal tekad dan niat tulus tersebut, dukungan mengalir. Mantan atasannya memberi pinjaman dana Rp 150 juta untuk modal. 

Awalnya Aang hanya menjual kembali ikan petek hasil budidayanya. Di tahun 2012, melalui berbagai riset bersama teman-teman di IPB dulu, ia menemukan cara untuk mengolah ikan ini dengan cara digoreng.    

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×