kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Daun mint menyegarkan napas sekaligus kantong (1)


Selasa, 13 Desember 2011 / 13:47 WIB
Daun mint menyegarkan napas sekaligus kantong (1)


Reporter: Hafid Fuad, Dea Chadiza Syafina | Editor: Tri Adi

Sebagai salah satu tanaman penghasil minyak asiri, daun mint punya banyak khasiat. Tak heran, daun mint ini banyak digunakan sebagai bahan obat. Potensi pasarnya juga terbuka lebar. Apalagi, bila pembudidaya bisa menjalin kerja sama dengan industri besar.

Daun mint (Mentha cordifolia) banyak dikenal karena memberi efek segar. Selain memiliki kandungan minyak asiri, tumbuhan ini juga mengandung vitamin C, provitamin A, fosfor, kalsium, dan potasium.

Aroma wanginya bahkan berkhasiat melancarkan sistem pencernaan, pernapasan, dan berbagai penyakit ringan lainnya. Lantaran beragam khasiat inilah, daun mint juga diburu para produsen makanan dan minuman untuk memberikan rasa khas mentol.

Itulah sebabnya, peluang agribisnis daun mint besar. "Saat ini, saya masih kewalahan memenuhi permintaan dari industri jamu di Jawa Tengah," ujar Seto Hidayat, salah satu pembudidaya daun mint.

Seto menanam pohon mint sejak tahun ini. Ketika itu ia melihat pasar yang masih terbuka luas. Ia pun menjalin kerja sama dengan industri jamu supaya produknya bisa disalurkan dengan rutin.

Menurut Seto, dari setiap lahan seluas 1 m2, bisa dipanen 1 kilogram (kg) daun mint. Alhasil, Seto yang memiliki lahan 1.500 m2, bisa menuai 1.500 kg daun mint setiap kali panen.

Harga jual daun mint basah berkisar Rp 10.000 hingga Rp 15.000 per kg. Adapun harga daun mint kering lebih tinggi lagi, yakni Rp 30.000 hingga Rp 60.000 per kg.

Seto bilang, daun mint bisa dipanen minimal seminggu sekali hingga sebulan sekali. Pasalnya, tingkat kematangan daun mint yang dibutuhkan konsumen berbeda-beda. Namun, biasanya, ia memetik daun mint dua minggu sekali dan menjualnya dalam kondisi basah. "Saya bisa mengantongi omzet hingga Rp 30 juta per bulan," ujar Seto.

Selain Seto, Nizar Zulmi juga membudidayakan daun mint di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tapi, berbeda dengan Seto, Nizar lebih banyak menjual daun mint kering. "Daun mint kering lebih praktis," ujarnya.

Permintaan daun mint kering banyak datang dari Surabaya, Kalimantan, dan Jakarta. Saban bulan, Nizar sanggup menjual hingga 30 kg daun mint kering.

Harga daun mint kering lebih mahal, karena melewati proses pengeringan terlebih dulu selama dua hingga empat hari. Karena itu, Nizar pun menjual daun mint kering seharga Rp 150.000 per kg. Daun mint kering ini sanggup bertahan hingga enam bulan. Meski pesanan terus meningkat, Nizar mengaku, belum bisa menyuplai daun mint lebih banyak karena karyawannya masih terbatas.

Pelanggan daun mint kebanyakan datang dari pengusaha restoran atau produsen teh yang menggunakan daun mint sebagai campuran. Maklum, khasiat daun mint bisa digunakan sebagai terapi aroma serta mengobati rasa mual.

Daun mint asal Mataram, menurut Nizar, juga memiliki perbedaan dibandingkan dengan daun mint dari daerah lainnya. Yakni, memiliki karakteristik daun yang lebih lebar. Itu lantaran kondisi tanah vulkanik di kaki Gunung Rinjani sebagai tempat budidaya tanaman mint, memiliki tingkat kesuburan yang tinggi. Selain itu, cuaca dingin di kawasan tersebut sangat mendukung pertumbuhan pohon mint hingga tumbuh dengan sangat baik.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×