kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Demi cokelat, Sabrina mundur dari konsultan (2)


Rabu, 25 November 2015 / 15:04 WIB
Demi cokelat, Sabrina mundur dari konsultan (2)


Reporter: Rani Nossar | Editor: Tri Adi

Mencintai dunia pertanian dan berprofesi sebagai konsultan pertanian tak cukup bagi Sabrina Mustopo untuk berekspresi.  Sabrina mundur dari pekerjaannya dan serius untuk berbisnis cokelat hingga belajar langsung ke Belgia.

Menjadi seorang pengusaha produsen cokelat bukanlah mimpi seorang Sabrina. Apalagi, ia mengaku hanya penikmat cokelat tapi tidak sampai menggilai cokelat.

Keinginan terjun ke bisnis ini lebih disebabkan kecintaannya pada bidang pertanian dan pengalaman kerjanya banyak berhubungan dengan pertanian. Pengalaman ini yang menjadi modal utamanya menjadi pengusaha cokelat.

Sabrina adalah lulusan International Agriculture and Rural Development dari Cornell University di Amerika Serikat. Ketika lulus tahun 2007, dia memutuskan untuk bekerja di perusahaan konsultan McKinsey & Company sejak tahun 2007 hingga 2013. Selama enam tahun bekerja, Sabrina mengecap pengalaman bertugas di Belgia dan Singapura.

Nah, selama itu Sabrina banyak berpergian ke berbagai negara seperti negara-negara di Asia Pasifik dan Afrika untuk menyelesaikan proyek-proyek yang berhubungan dengan pertanian seperti Tanzania, Ethiopia, Pantai Gading, Ghana, Papua Nugini, termasuk Indonesia.

Pengalaman Sabrina sebagai seorang konsultan pertanian inilah yang mendorong dirinya mendirikan perusahaan sendiri. Dia bilang kalau di pekerjaan dahulu dirinya tidak bisa berbuat banyak dan hanya sekedar memberi saran dan tidak bisa sepenuhnya menjadi pengambil keputusan jika ada masalah. "Kalau punya usaha sendiri saya yang 100% bisa memutuskan apa yang harus saya lakukan," tuturnya.

Sabrina menjelaskan, dari sekian banyak komoditas pertanian yang ada di Tanah Air, dia tertarik menggarap bisnis cokelat lantaran bahan bakunya yang mudah diperoleh. Posisi Indonesia sebagai salah satu produsen kakao terbesar di dunia juga diimbangi dengan potensi besar dari konsumsi cokelat yang besar.

Baginya, banyak cokelat berkualitas premium yang bahan baku kakaonya berasal dari Indonesia, tapi justru produk hasil olahannya berasal dari luar Indonesia.

Selain tertarik melihat bisnis cokelat, Sabrina bilang tekad kuat menjadi produsen cokelat karena ingin meningkatkan nilai tambah produk kakao nasional dan menggairahkan semangat petani kakao karena produknya diserap pengusaha lokal.

Sabrina berpendapat, menjadi petani adalah profesi yang mulia dan kesempatan memberdayakan diri masih sangat terbatas. Dia mengutarakan saat ke Lampung berkunjung dan bertemu petani kakao, Sabrina menemui fakta bahwa petani kakao hanya berpenghasilan Rp 1,5 juta per bulan.

Titik balik dalam karier Sabrina terjadi pada Juni 2013 ketika dia mundur dari pekerjaannya dan fokus menggarap perusahaan cokelat.

Untuk tahap awal, dia belajar membuat cokelat yang enak ke Belgia untuk menjadi chocolatier, sebutan untuk pembuat cokelat profesional.

Butuh waktu enam bulan untuk mempersiapkan semuanya, mulai dari membuat resep, mencoba rasa, dan memperbaiki semua kesalahan dalam pembuatan cokelat.

Pada Oktober 2014, Sabrina mendirikan PT Aneka Cokelat Kakoa dan membuat tim kecil berisi 10 orang, namun berhasil memberdayakan  200 orang petani kakao. 

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×