Di era milenial, pemimpin bukan cuma memerintah

Rabu, 03 Mei 2017 | 18:49 WIB   Reporter: Hendra Gunawan
Di era milenial, pemimpin bukan cuma memerintah


JAKARTA. Di era generasi milenial yang saat ini mendominasi perusahaan, para pemimpin perusahaan dituntut untuk memiliki keahlian lebih dalam memimpin. Pasalnya generasi ini lebih menuntut pemimpin yang tidak hanya memerintah, tetapi juga lebih open minded terhadap masukan-masukan bawahannya.

Lyra Puspa Ketua Asosiasi Sinergi Terapan Neurosains Indonesia (Sintesa) mengatakan untuk itu para pemimpin di era ini perlu melakukan penyegaran dalam bagaimana ia memimpin. Menurutnya, saat ini banyak pemimpin perusahaan yang merasakan kecemasan pada perusahaan yang dipimpinnya. 

"Untuk itu perlu coaching skills. Ini merupakan bagian dari memimpin secara efektif, khususnya sebagai bentuk situational leadership atas situasi di dunia bisnis di masa kini," ujar Lyra, dalam seminar Indonesia Coaching Movement (ICM) 2017 di Hotel JS. Luwansa, Rabu (3/5).

Pemimpin, lanjut Lyra, perlu memiliki sikap coaching state, yakni kondisi mental yang objektif, no judgment, empati, kesungguhan untuk betul-betul mendengar, menahan pendapat apalagi memerintah, disiplin untuk bertanya secara open-minded, memahami karyawan sebagai manusia secara utuh, adalah sebagian dari kebiasaan mental yang perlu dilatih di tahap-tahap dasar mempelajari coaching.

Oleh karena itu, Lyra yang juga merupakan president Vanaya Coaching Institute yakin metode coaching, akan menjadi  sangat efektif terhadap kinerja organisasi ketika perusahaan menghadapi era VUCA  (volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity) World.

Eka B Danuwirana, Chief of Corporate Affairs Officer PT XL Axiata Tbk mengatakan, saat ini, dari total karyawan XL, sebagian merupakan anak-anak muda generasi digital yang berusia kurang dari 30 tahun. Karakteristik generasi ini, lanjut Eka, berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya sehingga berpengaruh terhadap perubahan perilaku karyawan.

"Mereka sebagian besar merupakan karyawan yang memiliki cara pandang yang sesuai dengan era digital," kata Eka, di acara yang sama. 

Josef Bataona HR Director PT Indofood Sukses Makmur Tbk menambahkan, bahwa kultur perusahaan yang terlalu sentralistis menjadi penyebab kegagalan ketika memasuki era VUCA dan disruptive teknologi.  

"Leader juga perlu banyak mendengar dan percaya kepada bawahannya. Para pemimpin selama ini nyaman untuk selalu memberi perintah padahal prinsip coaching adalah membangun kesadaran diri bawahan," katanya.

Pada era ini, lanjut Josef, dibutuhkan SDM yang penuh inisiatif dan mampu mencari solusi  untuk setiap tantangan yang muncul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan

Terbaru