kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Didiet sukses berkat jeli mengolah tenun


Rabu, 17 Desember 2014 / 14:02 WIB
Didiet sukses berkat jeli mengolah tenun
ILUSTRASI. Yogurt bermanfaat menaikkan kadar kolesterol baik.


Reporter: Marantina | Editor: Tri Adi

Kain tradisional bak barang seksi bagi banyak desainer. Saat ini semakin banyak desainer yang melirik keindahan kain tradisional Indonesia dalam rancangannya. Namun, tidak semua membawa terobosan baru.

Adalah Didiet Maulana, perancang busana yang turut meramaikan industri fashion dalam negeri. Meski baru tiga tahun terjun di dunia fashion, baju rancangannya sudah dikenakan banyak tokoh publik. Karyanya juga meramaikan perhelatan peragaan busana.

Menjadi seorang desainer memang jadi impian Didiet sejak kecil. Didiet kecil sangat suka menggambar. Akan tetapi, ketika lulus SMA, ia harus memendam sejenak cita-citanya itu dan pilih mendalami ilmu arsitektur di Universitas Parahyangan, Bandung.

Di satu sisi, Didiet merasa tak percaya diri untuk belajar desain secara formal. Namun di sisi lain, kecintaannya terhadap seni tak ingin ia tinggalkan begitu saja. “Saya kuliah arsitektur karena saya suka teknik dan bangunan. Selain itu, arsitektur merupakan seni yang terukur,” ucap pria yang berulang tahun tiap 18 Januari ini.

Selesai kuliah, Didiet justru berkarier di media. Ia bekerja di MTV Indonesia, mengurus bagian talent & production. Pekerjaan ini membuka pergaulannya dengan banyak tokoh dunia hiburan. Maklum, dia harus bekerjasama dengan banyak artis yang videonya tampil di MTV.

Tak disangka, relasi ini membawa keberuntungan. Didiet mengakui namanya bisa naik daun lantaran selebritas yang menggunakan rancangannya.

Selanjutnya, Didiet meneruskan karier di perusahaan retail, yaitu PT Gilang Agung Persada. Posisi di bidang marketing communication membuat ia mengenal banyak brand fashhion internasional. Sehari-hari, ia berhubungan dengan lebih dari 80 merek ternama, seperti Raoul, Givenchy, Guess, Banana Republic, dan Valentino.


Produk berkualitas

Pergumulan dengan banyak merek itu akhirnya membukakan mata Didiet. Dia punya gambaran mengenai fashion secara internasional. Di samping itu, Didiet menjadi paham  pasar fashion di Indonesia. Dus, ia memutuskan untuk merintis usahanya sendiri. “Saya merasa sudah punya bekal untuk mewujudkan impian saya jadi desainer,” tandasnya.

Bermodal dua mesin jahit, Didit membutuhkan waktu enam bulan untuk menyiapkan butiknya di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Sedari awal, dia mengusung konsep ready to wear yang memadukan bahan tradisional, teristimewa tenun ikat. Butiknya pun mulai buka pada Juli 2011.

Didiet jatuh cinta mengolah kain tenun, karena dia ingin berkontribusi terhadap bangsa melalui keahliannya. Didiet juga berharap kain tradisional tak lagi dianggap kuno ataupun kaku, karena hanya dipakai pada acara-acara tertentu, seperti pesta pernikahan. Dus, ia mengolah kain tradisional menjadi pakaian yang tampak kasual dan modern.

Pengagum desainer senior Edward Hutabarat ini pun harus mempelajari seluk-beluk tenun. Sejauh ini, dia memproduksi pakaian dari bahan tenun yang berasal dari Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan Palembang. Ia mengambil tenun dari daerah-daerah tersebut lantas diproduksi di Jakarta.

Ia seperti belajar dari nol karena harus beralih dari karyawan menjadi pengusaha. Apalagi, ketika merintis dia tidak berbekal blueprint bisnis. “Ternyata, menjadi desainer tak semudah mengandalkan keahlian menggambar atau punya jaringan yang luas,” kenangnya.

Seorang pengusaha, termasuk desainer, tak kan berhasil hanya dengan modal mimpi dan passion. “Agar roda bisnis terus berputar, saya harus ikut berjualan. Makanya, dari awal saya perkuat desain dan sisi ekonomi usaha saya,” tegasnya.

Selain memastikan rancangannya bisa diterima pasar, dia juga menitikberatkan pemasar-an. Meski punya jaringan artis, dia tak semata-mata mengandalkan pemasaran pada mereka. “Bukan cuma jaringan, sekarang yang berbicara adalah kualitas produk,” ungkapnya.  Maksud Didiet, artis yang ia kenal pasti mau saja membeli pakaiannya, tapi mereka tidak akan membeli dua kali jika produknya tak berkualitas.

Apalagi, Didiet menyadari, tenun belum populer. Kini, dia bersyukur karena banyak yang menilai bahwa IKAT Indonesia, merek fashion bikinannya berhasil mendongkrak pamor tenun. “Itu jadi kebanggaan tersendiri bagi saya,” tutur dia.

Rancangan Didiet memang membawa terobosan baru bagi dunia fashion. Kalau dulu, tenun identik dengan pakaian perempuan, Didiet mematahkan anggapan itu. Ia merancang pakaian pria yang dibuat dari bahan tenun dan berhasil diterima masyarakat. Koleksi tenun pria ini diluncurkan sejak 2012 karena banyaknya permintaan.

Kata Didiet, hal itu bisa terwujud karena ia berani mengawinkan gaya hidup dengan tenun. Ia juga bekerja sama dengan Nicholas Saputra sebagai inspiratornya ketika mengeluarkan rancangan pertama untuk laki-laki. Melalui rancangan Didiet, masyarakat punya gambaran bagaimana tenun juga bisa dikenakan kaum pria.

Kapasitas produksi IKAT Indonesia sekarang berada di kisaran 300 potong–400 potong per bulan. Semua produksi dipasarkan di gerainya, yang berada di Jakarta dan Bali.

Banderol harga pakaian rancangan Didiet mulai Rp 1,2 juta per potong. Tapi, Didiet bilang, ada juga aksesori seperti syal ada yang dijual mulai harga Rp 800.000 per piece.

Sekitar 70% karyanya dipasarkan dalam bentuk pakaian ready to wear. Sementara sisanya dibuat berdasar order.  

Di masa mendatang, Didiet ingin melanjutkan misinya mengembangkan kain tradisional Indonesia. Rencananya, mulai November ini, baju rancangan Didiet akan dipajang di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Konsepnya masih sama, yakni pakaian ready to wear. “Saya tidak mau agresif melakukan ekspansi secara horizontal. Tapi berharap nanti bisa membuka lebih banyak retail store lagi,” ujar dia.  


Mendandani menkeu dunia

Kendati baru tiga tahun berkiprah di dunia fashion, nama Didiet Maulana sudah lumayan kondang. Maklum, Didiet punya segudang prestasi.

Didiet pernah merancang busana untuk Pemilihan Puteri Indonesia. Tahun lalu, dia juga terpilih sebagai perancang pakaian para menteri keuangan sedunia dalam KTT APEC di Bali. “Saya dipilih oleh APEC Counsel setelah presentasi konsep IKAT Indonesia,” kata dia.

Dalam kurun dua bulan, Didiet merancang dan memproduksi pakaian untuk sekitar 30 menteri keuangan sedunia.  Dia memakai kain dan tenun Bali sesuai dengan tempat perhelatan.

Lantaran tak mengukur langsung, pria 33 tahun ini mengaku sempat kesulitan mereka-reka ukuran tubuh para menteri. Pasalnya, ia belum pernah bertemu secara langsung dengan pejabat keuangan tersebut.

Dus, ia mencari foto terbaru para menteri di internet. Dari situ, ia memperkirakan sendiri ukuran yang cocok. “Kendalanya itu saja, tapi ketika dipakai ternyata pas-pas saja,” katanya.

Bagi pria kelahiran Jakarta ini, inspirasi bisa didapat dari banyak hal, termasuk lewat keindahan alam. Tak heran, Didiet sangat doyan melancong untuk menemukan ide-ide segar desainnya.

Meski begitu, dia menyadari, inspirasi bisa muncul kapan saja. Dia juga tak harus bepergian jika ingin mendapat ide. Hanya, “Kalau dipaksakan malah inspirasi untuk mendesain tidak kunjung datang,” ucap dia.

Namun, untuk mendapatkan kain tradisional dengan kualitas terbaik, ia tak ragu untuk menyambangi banyak tempat.

Seperti halnya ketika ia terlibat dalam pameran Jakarta Fashion and Food Festival beberapa bulan lalu. Di pagelaran itu, ia menampilkan pakaian bahan lurik. Nah, Didiet tak ragu pergi ke Klaten dan Yogyakarta demi berburu lurik berkualitas dan memesan langsung ke perajin.                                 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×