kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,34   -28,38   -2.95%
  • EMAS1.321.000 0,46%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Dulu penggembala, kini pengusaha telur asin (1)


Selasa, 29 Oktober 2013 / 13:32 WIB
Dulu penggembala, kini pengusaha telur asin (1)
ILUSTRASI. Ilustrasi harga emas Antam dan UBS hari ini di Pegadaian, Selasa, 21 Juni 2022./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/28/01/2022.


Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Dupla Kartini

Hidup bagai roda yang berputar. Pepatah ini bisa menggambarkan kisah Sulaiman, pengusaha asal Sidoarjo. Pria yang pernah menjadi penggembala bebek ini kini telah menjadi pebisnis telur asin. Nama usahanya, Adonan Jaya. Kini, telur asin buatannya sudah menjangkau pasar di seluruh Indonesia, bahkan ekspor.

Kisahnya berawal ketika 1987, Sulaiman menerima tawaran menggembalakan bebek milik tetangganya di Desa Kebonsari, Sidoarjo, lantaran harus membantu  orang tua mencari uang.

Saat itu, karena tidak punya biaya, lulusan SMP ini tidak  bisa melanjutkan sekolahnya. "Setiap hari saya harus menggiring bebek ke sana ke mari untuk mencari makan. Saya sampai harus berenang di empang," kenang pria kelahiran Sidoarjo 56 tahun silam ini.

Namun, ia tak berkecil hati. Bahkan, kondisi tersebut membuatnya  bertekad, suatu saat kondisinya akan berubah. Ia pun rajin bekerja dan tak takut mencoba berbisnis kecil-kecilan sembari menjadi penggembala.

Ia membeli telur dari peternak bebek di desanya, dan belajar mengolahnya menjadi telur asin. Telur-telur itu ia jual kepada tetangga dan ke pasar.

Setelah lima tahun berjalan, ia berhasil mengumpulkan modal untuk membuka usaha ternak bebek sendiri. Awalnya, ia hanya membeli 20 ekor bebek. Perlahan, jumlah ternak bebeknya bertambah berkali-kali lipat. Kini, ia memiliki 2.200 ekor bebek, yang bisa menghasilkan sekitar 1.000 - 1.500 telur dalam sehari.

Dengan demikian, Sulaiman tidak lagi mengandalkan pasokan telur dari peternak lain untuk diolah menjadi telur asin. Bapak dua anak ini bilang, ia membuat tiga jenis olahan  telur asin, yaitu telur asin biasa, sedang, dan istimewa.

"Kualitas istimewa bisa didapatkan ketika telur berukuran besar dan diperam dalam waktu lebih dari 20 hari. Rasanya masir, dengan warna kuning kemerahan dengan sedikit lelehan minyak ketika dibelah menjadi dua," ungkapnya.

Sementara, telur asin kualitas sedang, ukurannya sedikit lebih kecil dibanding tipe istimewa, dengan masa peram kurang dari 10 hari.

Sulaiman mengaku, dengan punya peternakan sendiri, ia memang bisa lebih leluasa merencanakan kualitas telur asin buatannya. Contohnya, ternak bebek diberi makan campuran kulit udang, kupang putih dan bekatul. Campuran pakan itu supaya warna kuning telurnya menjadi kemerahan dan ukuran telur lebih besar dan bercangkang tebal.

Usahanya terus berkembang dan produk telur asin buatan Sulaiman sudah merambah hingga Jakarta, Bandung, dan Medan. Bahkan, bisa menembus pasar ekspor. Ini juga karena adanya dukungan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Sidoarjo.

Sekarang, Sulaiman mampu menghasilkan 1.500 butir telur asin sehari, dengan harga jual Rp 3.000 per butir. Alhasil, ia bisa meraup omzet sekitar Rp 135 juta sebulan. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×