kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Edy pernah menjadi pelayan resto (2)


Rabu, 01 Oktober 2014 / 14:33 WIB
Edy pernah menjadi pelayan resto (2)
ILUSTRASI. Pengamat Menilai Akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu Butuh Waktu untuk Negosiasi Perjanjian Jual Beli Listrik. KONTAN/Fransiskus SImbolon/16/12/2010


Reporter: Rani Nossar | Editor: Havid Vebri

Edy Ongkowijaya menganggap kesuksesan yang diraihnya sekarang ini merupakan anugerah setelah bertahun-tahun hidup dalam kesulitan. Sepanjang perjalanan bisnisnya, Edy sudah keluar masuk perusahaan dan sudah mencoba banyak jenis pekerjaan.

Semua terpaksa dilakukan saat bisnis orangtuanya di Jakarta mengalami kebangkrutan. Untuk bertahan hidup d negeri orang, ia pun mencoba berbagai jenis pekerjaan tanpa pandang dulu. "Saya bekerja paruh waktu. Pernah menjadi pelayan restoran, petugas room service hotel, dan mengajar les," katanya.

Semua pekerjaan itu ditekuni sampai lulus kuliah dari Universitas Nanyang Polytechnic Jurusan Marketing pada 2000. Setelah lulus kuliah, ia tidak langsung terjun ke dunia bisnis. Ia sempat bekerja di Koyo Kaiun Singapore, sebuah perusahaan logistik asal Jepang.

Di perusahaan ini ia berkarier selama tiga tahun. Saat itu posisinya masih sebagai staf operasional yang kerjanya hanya di depan komputer. "Saya ini orang lapangan, dari dulu kerja banyak gerak. Kalau di kantor itu jenuh dan tantangannya kurang," kata dia.

Ia lalu mulai kepikiran untuk terjun ke dunia bisnis. Saat itu terlintas di benaknya untuk membuka restoran cepat saji khas Indonesia di Singapura. Kebetulan, saat itu belum banyak restoran cepat saji khas Indonesia di Singapura. Didorong keinginan yang kuat untuk terjun ke bisnis, ia lalu tanpa ragu meninggalkan pekerjaannya.

Lantaran suka dengan ayam penyet, menu ini dipilihnya sebagai menu utama resto yang akan dibangunnya. Awalnya, ia membeli waralaba Ayam Penyet Ria dari Batam.
Ia memilih lokasi di Jalan Orchard. Tepatnya di dalam pusat perbelanjaan Lucky Plaza. "Ternyata banyak sekali orang Indonesia yang datang. Apalagi kalau weekend," kata dia.

Melihat peluang besar itu, Edy lalu memutuskan kontrak dengan pemilik waralaba Ayam Penyet Ria di tahun ketiga. Ia lalu membuka restoran ayam penyet merek sendiri.
Membuka bisnis di negara orang tentu tidak mudah. Waktu itu modal awal yang ia siapkan untuk membuka usaha sebesar S$ 20.000. Uang itu dipakai buat membeli perlengkapan.

Selain itu, ia juga menyiapkan deposit sewa tempat untuk tiga bulan sebesar S$ 15.000. "Jadi total modal yang saya siapkan S$ 35.000 sampai S$ 40.000 untuk gerai tipe foodcourt," kata dia.

Selain modal yang besar, untuk memulai usaha di Singapura, harus ada warga negara Singapura di perusahaan tersebut. Minimal tenaga operasionalnya harus orang Singapura.

Padahal, Edy sendiri harus mendatangkan orang Indonesia yang ahli memasak ayam penyet. "Yang paling rumit soal izin kerja pegawai untuk orang Indonesia," ujarnya.
Menurutnya, peraturan di industri makanan Singapura sangat ketat dan semua harus ikut aturan. "Tidak ada uang pelicin," kata dia.

Selain sibuk mengurus izin kerja warga asing, ia juga sibuk mengurus sertifikasi izin dan kebersihan restoran, serta aplikasi sertifikasi halal. Semua aturan itu berhasil dipenuhinya dalam waktu setahun. Resto Dapur Penyet akhirnya resmi beroperasi tahun 2006.        

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×