kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,72   -19,77   -2.14%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gagal bersama teman, Suryo sukses sorangan (2)


Selasa, 21 Maret 2017 / 14:40 WIB
Gagal bersama teman, Suryo sukses sorangan (2)


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Mengunjungi Yogyakarta pasca bencana gempa bumi di 2006 telah merubah jalan hidup Suryo Purnomo. Saat melakukan perjalanan ke Yogyakarta ini ia melihat aktivitas pembuatan keramik bakaran tinggi (stoneware) dengan suhu 1.250o C.  

Dari situ ia lalu tertarik untuk memproduksi keramik stoneware. Ia tertarik lantaran keramik bakaran tinggi memiliki kualitas jauh lebih baik dibandingkan gerabah biasa.

Alhasil pada 2006, dia bersama kedua temannya memutuskan untuk memproduksi stoneware sendiri dengan merek Lesung Keramik. Mereka memulai produksi dengan bermodalkan satu unit oven berkapasitas 3/4 meter kubik.

Hasil produksinya pun dititipkan ke beberapa galeri milik orang lain dan galeri pribadinya yang berada di wilayah Kemang, Jakarta Selatan. Saat itu, usaha mereka sempat maju. "Kami sempat menjadi supplier suvenir istana negara," katanya.

Sayangnya, usaha tersebut hanya bertahan sekitar tiga tahun. Hal itu terjadi karena mereka tidak fokus menjalankan usaha. "Waktu itu kami  juga menjalankan bisnis lain," jelasnya

Merasa sayang meninggalkan bisnis keramik yang sudah dirintis, selang setahun Suryo kembali menjajal peruntungannya dengan memproduksi stoneware. Saat itu, dia harus merogoh kocek hingga puluhan juta untuk membeli satu unit oven.

Dia mantap menekuni usaha ini kembali karena merasa sudah mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang cukup. Sayangnya, bekal itu tidak lantas membuatnya mampu memproduksi stoneware berkualitas baik.

Suryo pun harus menanggung rugi cukup besar karena sempat gagal produksi sampai tiga kali. Saat itu, keramik buatanya melepuh, sehingga warna cat yang dihasilkan rusak karena ada kesalahan saat proses pembakaran.

Dia mengaku, saat itu ada masalah dengan pengapian sehingga pembakaran tidak dapat mencapai  1.250o C.  "Saat itu mental saya sempat down, tapi karena sudah punya pengalaman gagal yang kemarin itu yang membuat saya tetap kuat," katanya.

Sementara untuk penjualan produk, sama seperti sebelumnya,  yakni dengan dititipkan ke galeri-galeri. Saat itu, dia merasa cukup kesulitan mencari pembeli karena tidak semua orang suka dengan benda seni.

Tidak ingin gagal kembali, Suryo terus mengembangkan usahanya. Sampai akhirnya  ia bergabung dengan Yayasan Dharma Bakti Astra yang akhirnya memberikan peluang untuk ikut pameran Inakraf di Jakarta Convention Center (JCC).

Dari situlah dia melihat potensi pasar stoneware cukup besar. Permintaana pun mulai mengalir kencang dari berbagai daerah.Makanya sampai sekarang dia getol untuk terus ikut pameran.                      

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait



TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×