kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garam langka, industri pengolahan setop produksi


Kamis, 20 Juli 2017 / 13:38 WIB
Garam langka, industri pengolahan setop produksi


Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Langkanya bahan baku garam membuat industri pengolah garam konsumsi terkena imbasnya. UD Rizky Mandiri, salah satu usaha pengolahan garam konsumsi berskala menengah ini sudah menghentikan kegiatan produksi selama sebulan karena tidak memiliki bahan baku.

Sukawi, Direktur UD Rizky Mandiri menyebutkan, tidak adanya pasokan bahan baku garam karena musim panen yang belum datang. Padahal, seharusnya panen raya berlangsung selama bulan Juli. Sayangnya, curah hujan yang tinggi menghambat petani untuk memanen garam.

Selain musim panen yang tidak pasti, Sukawi juga menjelaskan tidak ada pasokan bahan baku garam karena belum ada impor garam. Terlebih, PT Garam saat ini sedang terlibat masalah, sehingga menghambat industri garam dalam mendapatkan pasokan.

"Walaupun kami pengusaha kecil-kecilan, kami berharap PT Garam tidak disalah-salahkan lagi. Permendagnya yang harus diubah atau dicabut sehingga saya berharap impor bisa segera masuk," tutur Sukawi, Kamis (20/07).

Memang, Sukawi menyebutkan masih terdapat tengkulak yang terkadang menyediakan kebutuhan bahan baku garam konsumsi. Hanya saja, jumlah yang dipasok hanya sedikit. Industri hanya boleh memesan maksimal 20 ton per hari.

Bahan baku ini juga belum tentu tersedia setiap hari. Selain itu, harganya terus berubah. Berdasarkan pengakuan Sukawi, harga bahan baku garam dari tengkulak bisa lebih dari Rp 5.000.

Kata Sukawi, jumlah tersebut tidak bisa memenuhi kapasitas produksi perusahaan garam di Pati, Jawa Tengah ini. Rizky Mandiri menargetkan mampu memproduksi 80 ton sehari di pabrik Pati dan Sidoarjo, Jawa Timur. Sukawi hanya berharap, pemerintah mampu menyediakan bahan baku untuk dapat diproduksi. "Kalau pun mahal yang penting ada. Kedua, harganya sama. Jangan sampai ada yang murah ada yang mahal. Nanti itu akhirnya ada mafia lagi," ungkap Sukawi.

Akibat tidak adanya kegiatan produksi, dalam sebulan UD Rizky Mandiri mengalami rugi cukup besar. "Hanya untuk gaji karyawan per bulan rugi Rp 50 juta sampai Rp 60 juta. Itu belum untuk biaya operasional lainnya," ujar Sukawi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×